Liputan6.com, Jakarta Salah satu hal yang menarik dari aplikasi Instagram adalah adanya fitur hati (heart) sebagai likes, sebuah pengakuan bahwa follower menyukai foto tersebut. Saat mengunggah foto kita di Instagram, tentunya mendapatkan hati dari para pengikut merupakan hal yang paling ditunggu-tunggu.
Baca Juga
Advertisement
Namun di balik itu, ternyata ada tuduhan yang ditujukan kepada pihak Instagram.
Dugaan tersebut menyebutkan bahwa pihak Instagram memanfaatkan likes untuk meningkatkan frekuensi para pengguna agar semakin sering mengunjungi aplikasi mereka. Caranya, dengan tidak langsung memberitahu pengguna Instagram bahwa fotonya mendapatkan likes.
Melansir Quartz, Selasa (16/1/2018), diketahui bahwa Instagram sengaja menahan likes, agar para pengguna tetap kembali membuka aplikasi untuk memeriksa jumlah likes pada unggahan foto mereka.
Strategi Instagram untuk menahan likes, ternyata mampu memicu keresahan para pengguna Instagram.Â
"Strategi ini akan membuat pengguna kecewa dengan jumlah likes yang mereka dapat. Sehingga pengguna terus terdorong untuk memeriksa dan membuka kembali Instagram hanya untuk melihat apakah mereka sudah mendapat like yang lebih banyak," ujar Matt Mayberry dari Laboratorium Startup Dopamin dari California.
Fenomena kecanduan likes bisa berbahaya
Tak hanya Instagram saja, tahun lalu tombol like juga sempat menjadi candu pengguna Facebook. Hal ini bahkan diungkapkan sendiri oleh Presiden Facebook, Sean Parker.
Tombol 'like' Facebook bahkan sampai disebut 'pukulan dopamin kecil', yang membuat orang kecanduan untuk terus mendapatkannya.
Fenomena kecanduan ini sebenarnya dianggap menjadi hal yang berbahaya. Media sosial dapat bersifat adiktif yang sama berbahayanya seperti narkoba atau alkohol bagi kaum milenial.
Bahkan, investor terbesar dari perusahaan teknologi Apple pernah mengajukan banding, untuk membantu para orangtua agar bisa melindungi anak mereka dari kecanduan terhadap ponsel.
Jika kecanduan ponsel dan media sosial semakin parah, hal ini dapat berdampak buruk kepada kesehatan mental.
Oleh karena itu, perusahaan Apple menaruh perhatian besar terhadap anak-anak dan remaja dengan mengeluarkan sistem parental control. Sistem itu sengaja dibuat untuk mengurangi kecanduan anak terhadap gawai.
Advertisement
Instagram membantah
Sedangkan untuk kecanduan likes dalam Instagram, hal ini punya kaitan erat dengan teori dasar dari pencarian pengakuan. Teori itu menjelaskan perasaan atau hasrat tak terhingga pada orang-orang untuk mendapatkan penghargaan tertentu.
Itulah sebabnya mengapa banyak orang merasa ketagihan untuk terus-menerus mendapatkan likes. Dan akan semakin buruk lagi jika hal tersebut dimanfaatkan demi keuntungan pihak pengembang aplikasi.
Walaupun begitu, dugaan tersebut sempat dibantah oleh Chief Technology Officer (CTO) Instagram, Mike Krieger melalui Twitternya. Menurut Mark, strategi menahan likes hampir mirip seperti terjadinya lag yang dilakukan secara tak sengaja.
Pihak mereka tengah berusaha untuk tak memberikan notifikasi secara berlebihan kepada para pengguna serta mencoba menyeimbangkan waktu yang tepat saat memberikan likes.
Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:
Â