Terapi Ini Ampuh Atasi Telinga Berdengung, Yuk Dicoba

Terapi yang satu ini diklaim ampuh mengatasi telinga berdengung.

oleh Liputan6.com diperbarui 10 Feb 2018, 16:00 WIB
Diterbitkan 10 Feb 2018, 16:00 WIB
telinga berdengung (screen capt. liputan6)
telinga berdengung (screen capt. liputan6)

Liputan6.com, Jakarta Sebuah penelitian terbaru di Jepang menemukan alat perangkat pemancar suara yang bisa dipakai di telinga saat tidur. Alat ini dapat melatih otak untuk mengabaikan suara dering atau dengingan menjengkelkan yang sering terdengar di telinga.

Orang yang mengalami kelainan ini disebut dengan tinitus, yakni bunyi berdengung pada telinga. Ini bukanlah sebuah penyakit, melainkan gejala dari kondisi kesehatan tertentu, seperti cedera telinga, gangguan pada sistem sirkulasi tubuh, atau menurunnya fungsi pendengaran yang muncul seiring bertambahnya usia.

Tinitus adalah persepsi suara yang tidak memiliki sumber di luar kepala, dan ini biasanya sering disebabkan oleh paparan suara keras. Terapi suara merupakan salah satu perawatan yang direkomendasikan oleh dokter.

Menurut situs Japan Today, hingga kini telah ditemukan banyak orang yang menderita kelainan terkait dengingan di telinga mereka. Beberapa waktu terakhir ini, para peneliti secara acak menugaskan 60 pasien tinitus untuk tidur dengan satu dari tiga perangkat terapi suara.

Pertama perangkat in-ear yang disesuaikan dan  memainkan suara sesuai dengan dengingan yang biasanya didengar pasien. Kedua, perangkat in-ear yang membiarkan pasien memilih suara yang telah ditentukan sebelumnya, dan terakhir menempatkan mesin noise di samping tempat tidur mereka.

Terapi Suara

Setelah tiga bulan pengobatan, pasien dengan ketiga jenis terapi suara ini dilaporkan merasakan berkurangnya gangguan suara dengingan di telinga mereka. Namun, orang dengan perangkat pertama atau in-ear yang disesuaikan merasakan penurunan lebih besar dalam pengobatan tinitus dibandingkan peserta lainnya.

"Dengan mendengarkan suara ini saat tidur, idenya adalah otak akan belajar untuk mengabaikan tinitus," kata seorang peneliti dari VA Portland Health Care System dan Oregon Health and Science University, Sarah Theodoroff.

"Penelitian ini memberi dukungan tambahan bahwa terapi berbasis suara membantu mengurangi tekanan tinitus," kata Theodoroff melalui email.

Dengan perangkat in-ear yang disesuaikan, para peserta membuat bisa membuat "cetakan suara" tinitus dengan menggunakan perangkat lunak untuk mengidentifikasi suara yang paling sesuai dengan nada yang mereka dengar di telinganya. Pasien pun diminta untuk mendengarkan cetakan suara setiap malamnya dan mengatur volume agar sesuai dengan kenyaringan tinitus.

Sementara orang-orang yang mendapat alat in-ear kedua bisa memilih pengaturan dengan white noise, band noise atau kombinasi keduanya. Mereka diminta memilih opsi suara dan tingkat volume yang dirasa paling nyaman.

Demikian pula, pasien yang menerima mesin noise di samping tempat tidurnya diminta memilih suara dan volume yang nyaman. Jika mereka berbagi kamar tidur, mereka diberi tahu bahwa mereka boleh memasukkan pasangan mereka sesuai pilihan mereka.

Gejala Tinitus

Kedua perangkat in-ear dalam penelitian ini disebut produk Levo System. Studi ini didanai oleh Baker Group LLP, yang memproduksi perangkat Levo System. Salah satu kelemahan dari penelitian ini adalah tidak memiliki kelompok kontrol pasien yang tidak menerima terapi suara.

Ini berarti secara tidak langsung membandingkan terapi suara dengan intervensi lain untuk tinitus seperti terapi perilaku kognitif atau alat bantu dengar. Memang tidak ada cara untuk mengukur secara obyektif apakah kenyaringan tinitus bisa berkurang dengan terapi suara.

“Itulah sebabnya para peneliti lebih fokus untuk mengurangi reaksi terhadap tinitus,” ujar Theodore.

Dokter spesialis THT dari House Ear Clinic, Los Angeles, Jennifer Derebery menyarankan agar penderita dengan kelainan ini segera menemui dokter.

"Mereka harus diperiksa apakah mereka memiliki tinitus dan melihat apakah ada alasan mendasar yang dapat diidentifikasi," jelas Derebery.

Dereberry menambahkan, penyebab tinitus sendiri sebenarnya bermacam-macam, di antaranya menggiling gigi di malam hari atau mengkonsumsi obat tertentu seperti aspirin atau obat anti-inflamasi tertentu.

Seiring waktu, kebanyakan pasien dapat menyesuaikan diri dengan nada dering di telinga mereka sampai pada titik di mana tidak lagi menjadi masalah atau mereka hanya memikirkannya beberapa saat.

Jika tidur menjadi bermasalah karena telinga sering berdengung di malam hari, maka terapi suara dapat membantu orang dengan tinitus ringan atau sedang. Perangkat in-ear diklaim juga bisa membantu penderita jika gejalanya menjadi persisten atau semakin parah.

 

Penulis

Dhita Koesno

Forum Liputan6.com

**Jadilah bagian dari Forum Liputan6.com dengan mengirimkan artikel unik dan terkini melalui email: Forum@liputan6.com

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya