Terlalu Lama Duduk, Ini Bahaya yang Mengintai Otak Anda

Bukan hanya jantung, masalah pada otak juga mengintai orang-orang yang menghabiskan banyak waktunya untuk duduk.

oleh Nur Aida Tifani diperbarui 18 Apr 2018, 10:12 WIB
Diterbitkan 18 Apr 2018, 10:12 WIB
14 Efek Samping Duduk Terlalu Lama di Tempat Kerja
Foto Ilustrasi (Boldsky)

Liputan6.com, Jakarta Apakah kamu orang yang sering duduk di layar komputer hingga waktu yang lama? Biasanya pekerja kantoran kerap mengalami hal demikian dalam waktu bekerja mereka.

Pastinya, kamu terkadang merasa jenuh duduk di kursi selama berjam-jam. Selain rasa nyeri dan sakit yang mengintai area tulang belakang dan pinggul, ada dampak berbahaya lain dari duduk yang berakibat buruk pada otak.

Sebuah studi terbaru dari Univeristas California mengklaim menghabiskan waktu yang lama untuk duduk sepanjang hari dapat meningkatkan risiko demensia serta penurunan kognitif pada kemudian hari. Studi mereka melibatkan 35 orang berusia antara 45 sampai dengan 65 orang. Para partisipan yeng terlibat sebelumnya ditanyakan terlebih dahulu seberapa lama mereka menghabiskan waktu duduk dalam seharian.

Memerangi kurangnya aktivitas fisik

Agar Bebas Pegal, Perhatikan Posisi Duduk yang Benar
Agar Bebas Pegal, Perhatikan Posisi Duduk yang Benar

Setelah itu, para tim peneliti akan melakukan pemindaian otak secara khusus di bagian lobus temporal medial. Bagian otak tersebut dianggap penting dalam membentuk ingatan seseorang.

Hasil pemindaian otak menunjukan bahwa para partispan yang menghabiskan waktu paling banyak untuk duduk memiliki struktur otak yang lebih tipis.

Perilaku yang menetap dan kurang bergerak meningkatkan risiko demensia dan penurunan kognitif. Meski dapat meningkatkan risiko tersebut, pihak peneliti tidak bisa menyalahkan sepenuhnya muncul penyakit tersebut akibat duduk.

Walaupun begitu, peneliti percaya bahwa gaya hidup yang tetap dan kurang gerak dapat dikaitkan dengan penyakit jantung, diabetes, serta kanker usus.

Aktivitas fisik bisa menjadi cara terbaik untuk mencegah munculnya penyakit tersebut. Meski begitu, pihak peneliti yakin bahwa penelitian mereka masih perlu dikembangkan lagi karena masih memiliki kekurangan.

Oleh karena itu, mereka akan melakukan penelitian lebih lanjut sebagai cara untuk memerangi kurangnya aktivitas fisik.

Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya