Liputan6.com, Jakarta - Terkait hari kesehatan mental yang jatuh pada 10 Oktober lalu, banyak spekulasi dari berbagai individu perihal kesehatan mental rupanya banyak mempengaruhi segala hal.
Dilansir dari Healthline, Sabtu (29/10/2022), banyak stigma seputar kesehatan mental yang mempengaruhi jutaan orang di seluruh dunia yang hidup dengan kondisi tersebut.
Hal ini bisa mempengaruhi mulai dari hubungan sosial dan peluang profesional mereka, hingga cara mereka memandang diri sendiri.
Advertisement
Menurut American Psychological Association (APA), stigma terjadi ketika orang dipandang negatif karena memiliki karakteristik tertentu, baik itu mental, fisik, atau yang lainnya.
Stigma kesehatan mental mengacu pada stigma yang melekat pada kondisi kesehatan mental dan diskriminasi yang dapat terjadi pada orang yang hidup bersamanya.
Lantas mengapa kesehatan mental distigmatisasi?
Diketahui, karena kurangnya pemahaman tentang apa itu kondisi kesehatan mental dan bagaimana rasanya hidup dengan kondisi kesehatan mental.
Umumnya, kurangnya pemahaman tentang kesehatan mental serta persepsi berbahaya tentang orang yang hidup dengan kondisi kesehatan mental adalah inti dari stigma yang ada.
Hal ini dapat mengakibatkan penolakan, penghindaran, hingga diskriminasi lainnya terhadap orang-orang yang memiliki kondisi kesehatan mental tersebut.
3 Jenis Stigma
Kita sering menggunakan kata ‘stigma’ untuk menggambarkan pengalaman yang dimiliki individu lain. Namun, sebenarnya ada 3 jenis stigma, yakni:
- Stigma Publik
Mengacu pada sikap negatif seputar kesehatan mental dari segelintir masyarakat.
- Stigma Diri
Menggambarkan stigma internal yang dirasakan orang dengan kondisi kesehatan mental tentang diri mereka sendiri.
- Stigma Institusional
Jenis stigma yang muncul dari korporasi, pemerintah, dan institusi lainnya.
Namun, contoh umum juga banyak ditemukan di masyarakat, antara lain:
- Ketika orang lain menggunakan bahasa yang berbahaya, seperti ‘gila’ untuk menilai atau meremehkan orang yang memiliki kondisi kesehatan mental.
- Ketika orang membuat lelucon tentang kesehatan mental atau kondisi tertentu.
- Ketika seseorang yang hidup dengan kondisi kesehatan mental memandang dirinya tidak berharga atau merendahkan dirinya sendiri karena kondisinya.
- Ketika perusahaan menolak untuk mempekerjakan seseorang atau memberi mereka ‘bantuan’ yang memadai karena kesehatan mental mereka.
Advertisement
Skizofrenia Paling Sering Distigmatisasi
Sebuah studi pada 2021 menunjukkan tren stigma kesehatan mental di Amerika Serikat selama lebih dari 20 tahun.
Dalam studinya, para peneliti meninjau survey dari berbagai negara tentang sikap terhadap kondisi kesehatan mental, termasuk skizofrenia, depresi, OCD, dan ketergantungan alkohol.
Sekitar pada 2006 hingga 2018, terjadi penurunan yang signifikan dalam stigma sosial terhadap depresi. Namun, pada skizofrenia dan ketergantungan alkohol, tidak hanya stigma sosial yang meningkat, tetapi juga persepsi negatif terhadap kondisi ini.
Menurut hasil penelitian, kondisi kesehatan mental lebih cenderung distigmatisasi dan diremehkan daripada kondisi kesehatan fisik.
Berdasarkan kondisi, skizofrenia menjadi yang paling distigmatisasi dan gangguan obsesif-kompulsif (OCD) menjadi yang paling diremehkan.
Dampak dari Stigma dan Diskriminasi
- Mental
Orang yang hidup dengan kondisi kesehatan mental cenderung mengalami harga diri yang rendah dan kepercayaan diri yang lebih rendah jika mereka distigmatisasi.
Beberapa orang kemungkinan besar mengalami peningkatan gejala kondisi mereka atau bahkan mengembangkannya, seperti kecemasan atau depresi.
- Sosial
Stigma kesehatan sosial dapat menyebabkan isolasi dari kerabat bahkan keluarga. Orang dengan kondisi kesehatan mental mungkin mengalami intimidasi atau ‘pelecehan’ dari orang lain.
Beberapa riset menunjukkan bahwa orang yang mengalami diskriminasi stigma sosial dan stigma diri mungkin lebih cenderung mengalami ide bunuh diri.
- Profesional
Stigma di dunia profesional dapat menyebabkan lebih sedikit peluang untuk berprestasi dan berekspresi di luar lingkungan.
Orang yang hidup dengan kondisi kesehatan mental mungkin mengalami kesulitan memenuhi kewajiban dalam sekolah maupun pekerjaan.
Ketika profesional kesehatan menunjukkan sikap negatif terhadap orang dengan kondisi kesehatan mental atau kurang memahami tentang kondisi ini, maka hal tersebut dapat mencegah orang untuk meneruskan perawatan yang lebih efektif.
Advertisement