Liputan6.com, Jakarta - Ratusan mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) terjerat pinjaman online (pinjol) hingga miliaran rupiah.
Atas kasus pinjol tersebut, sejumlah mahasiswa melaporkan kasus penipuan ke Markas Polresta Bogor Kota, untuk mencari bantuan lebih lanjut.
Baca Juga
Melansir Antara, Rabu (16/11/2022), dalam mengusut kasus ini, IPB segera melakukan empat langkah cepat.
Advertisement
"Pertama, membuka posko pengaduan. Kedua, memilah-milah tipe kasus yang ada. Saat ini sedang kami petakan tipe masalahnya," kata Rektor IPB Arif Satria.
Kedua, lanjut dia, pihak kampus memilah-milah tipe kasus yang ada yang saat ini sedang dipetakan. Selain itu, IPB juga mempersiapkan bantuan hukum untuk mahasiswa yang tertipu usaha online dalam kasus pinjaman online ini. Adapun langkah keempat berupa upaya IPB untuk meningkatkan literasi keuangan bagi para mahasiswa.
Kemudian, sebagai pemecahan masalah, Arif juga dikabarkan telah mengundang para mahasiswa yang menjadi korban kasus penipuan untuk menggali informasi yang sebenarnya sedang terjadi.
Hasil pertemuan tersebut didapatkan bahwa dari 311 orang, 116 di antaranya merupakan mahasiswa IPB yang menjadi korban dugaan penipuan transaksi pinjol.
Salah satu mahasiswa bahkan mengaku bahwa ia terjerat saat terlibat dengan kakak tingkat (kating) dalam sebuah proyek usaha di kampus.
Adapun modusnya berupa investasi ke usaha proyek bersama dengan keuntungan 10 persen per bulan. Tetapi, para korban diarahkan untuk meminjam modal ke aplikasi penyedia pinjaman.
Ketika sudah melakukan transaksi online, mahasiswa hingga kini belum mendapatkan komisi 10 persen dan cicilan yang dibayarkan.
Sementara itu, Polresta Bogor Kota pun telah menerima dua laporan resmi dan 29 laporan pengaduan dari 311 mahasiswi IPB.
Menurut Wakapolresta Bogor Kota AKBP Ferdy Irawan, dua laporan resmi telah masuk sejak akhir Oktober 2022 dan sedang dalam pencarian terlapor pemilik akun toko online berinisial SAN untuk dimintai keterangan.
"Berdasarkan pelaporan pelapor atau korban, ini jumlah korban yang berhasil didata 311 orang dan itu sebagian besar, tidak semuanya, mahasiswa IPB. Terlapornya sama SAN," ujar Ferdy.
Wakapolresta Bogor itu menjelaskan total uang dari sebagian besar mahasiswa IPB yang diduga tertipu toko online SAN sebesar Rp2,1 miliar dari 311 korban.
Modus SAN kepada korbannya kerja sama awalnya tidak terkait dengan pinjol. Terlapor menawarkan kerja sama secara online dengan bagi hasil 10 persen.
Tetapi, kata AKBP Ferdy, kemudian syarat yang disampaikan oleh SAN ini bahwa para pelapor atau para korban ini harus mengajukan pinjaman di online.
Diduga untuk Dana Kepanitiaan
Atas iming-iming dari kating untuk mendapat keuntungan sebanyak 10 persen. Salah satu akun Twitter menuliskan bahwa pinjaman online yang dilakukan bukanlah untuk keuntungan pribadi, melainkan untuk dana kepanitiaan.
"Mau meluruskan sedikit ya bg ya, anak IPB yg kena tuh rata² bukan buat kebutuhan individu, tapi dana kepanitiaan. Jadi poin² yg diatas ga valid buat kasus ini. Kenanya karena katingnya nawarin buat naikin rating usahanya, tapi sumber dananya dari pinjol pake akun si mahasiswa," tulis akun @ma*da**ow.
Kasus ini bahkan menuai perhatian DPR RI yang menaungi bidang pendidikan, olah raga, pariwisata, dan ekonomi kreatif atas terjeratnya ratusan mahasaiswa karena ingin mencari sumber dana.
Ketua Komisi X DPR RI Syaiful Huda kerap mempertanyakan pendampingan dari pihak kampus ketika mahasiswa mencari sponsor kegiatan dari sumber-sumber yang aman.
Menurutnya, kasus ini perlu menjadi perhatian bersama agar mahasiswa lain dapat belajar untuk menghindari pencarian sumber dana kegiatan dari proses usaha yang melibatkan pinjaman online.
Advertisement
Tuai Perhatian Warganet
Sebelum mengetahui bahwa dana ini diduga untuk kepanitiaan, para warganet kerap melayangkan beragam komentar bagi para korban karena terlalu mudah untuk diiming-imingi kenikmatan instan untuk meningkatkan gaya hidup.
“Makin banyak yg tergiur ga mau susah kerja ya. Adek2 ga ada yg namanya semua serba mudah. Akhirnya Terjerat pinjol dan menjadi bagian dari susahnya hidup.” ucap akun @no**_kr**ka.
“Seriusan nih... masih muda & miskin modal jangan termakan embel-embel investasi yang cuma ngasih imbal hasil. Biarkan uang bekerja untuk anda. itu slogan ompong, jangan percaya. Mending investasi ke skill, atau investasi ke suatu usaha tapi juga ikut menjalankan ushaa tsb.” komen akun @N*P**eel.
“Dah tahu masih sekolah tuh duitnya pas2an. Bisa2nya ngutang buat dipake buat investasi. Padahal udah jelas kalo mau invest pun mesti pake uang dingin. Mentalitas pengen cepet kaya dan gaya hidup selangit tuh ya gini,” cuit akun @R*t*yz*5.
Warganet Saling Mengingatkan
Meskipun terdapat cuitan yang awalnya dilayangkan untuk mengkritik gaya hidup para korban, tak jarang terdapat juga warganet yang saling mengingatkan dan memberitahukan mengenai ciri-ciri dari pinjol yang mengancam.
Salah satunya dari akun @sesidiskusi membagikan tangkapan layar yang menghasutnya untuk menjadi pembeli online dan mendapatkan komisi 10 persen dari harga.
sumpah harus hati2 bgtt sih. ini iklannya freelance entry data ternyata sistemnya sama kayak penjelasan di kolom komen🙃klaimnya dpt penghasilan 500k/day kerja wfh cuman 2-3 jam aja ckck pic.twitter.com/EKWp5OIF1N
— selamat datang di (@sesidiskusi) November 15, 2022
Tak hanya itu, terdapat juga warganet yang membagikan pengalamannya sebagai lulusan IPB yang mengalami kejadian serupa. Akun dengan user @jdahupin menyatakan bahwa dulu, ia dikejar-kejar oleh kakak tingkat untuk join MLM yang membuatnya perlu menjual HP sebagai modal. Tetapi naas, ujung dari ajakan katingya tidak berakhir jelas.
Gw IPB ak.41, dulu pas jaman gw lagi rame MLM Tiansi nah kakak tingkat gw ngejar2 trus biar gw join,ampe gw jual HP dulu. Endingnya ya gitu gitu aja ga jelas. Nah gw tuh penasaran skrg kondisi dia gmn ya apa udah dapet kapal pesiar ??
— Irman FF (@jdahupin) November 15, 2022
Dalam reply-nya, banyak juga yang membagikan kejadian serupa dari berbagai kampus lain.
Advertisement