Studi: Kecanduan Smartphone Bisa Sebabkan Orang Jadi Compulsive Shopping

Selain dari tingginya intesitas mereka saat menggunakan smartphone, ternyata hal ini turut membawakan konsekuensi lain.

oleh Afifah Nur Andini diperbarui 12 Des 2022, 17:00 WIB
Diterbitkan 12 Des 2022, 17:00 WIB
Compulsive Shopping
Compulsive Shopping (Freepik.com)

Liputan6.com, Jakarta - Kecanduan smartphone pada saat ini telah menjadi isu yang umum dialami oleh banyak orang dan hampir tak terhindarkan. Diketahui sekitar 6 persen dari 3,8 miliar pengguna smartphone di dunia dilaporkan mengalami kecanduan.

Perilaku ini pun kemudian memiliki sebutan yang disebut sebagai nomophobia atau rasa takut seseorang ketika dipisahkan dari ponsel mereka.

Namun, selain dari tingginya intesitas mereka saat menggunakan smartphone, ternyata hal ini turut membawakan konsekuensi lain.

Ini kemudian dibuktikan lewat sebuah studi terbaru yang melakukan penelitian terhadap hubungan antara kecanduan smartphone dan compulsive shopping.

Melalui studi yang diunggah di Computers in Human Behavior, studi ini menyelidiki dampak smartphone pada kebiasaan belanja konsumen.

Beberapa peneliti mendefinisikan hal ini sebagai penggunaan smartphone yang berlebihan dan ditandai dengan penggunaan yang tidak terkendali, pengabaian aktivitas sehari-hari, dan konsekuensi negatif bagi kehidupan pengguna.

Sementara itu, compulsive shopping digambarkan sebagai kecenderungan konsumen untuk sibuk melakukan pembelian lalu terungkap melalui proses membeli yang berulang-ulang dan kurangnya kontrol impulsif, turut meningkat bersamaan dengan semakin tinggi orang yang mengalami kecanduan smartphone.

Melansir dari The Swaddle, Senin (12/12/2022), meskipun belum ada penelitian lebih sistematis mengenai dua hal ini, para peneliti melabeli studi mereka sebagai sebuah "hubungan" yang baru.

Baik itu dilihat secara terpisah maupun digabung dan selaing berkaitan, kecanduan smartphone dan compulsive shopping cukup membahayakan kehidupan seseorang, baik secara sosial ataupun finansial.

Kecanduan Smartphone Jadi Salah Satu Gejala Orang Mengalami Compulsive Shopping

Terlalu Terpaku dengan Smartphone Bisa Menghambat Kreativitas
Terlalu Terpaku dengan Smartphone Bisa Menghambat Kreativitas (Freepik.com)

Studi ini dilakukan dengan 250 partisipan yang berasal dari Generasi Z atau Gen Z.

Gen Z dijadikan sebagai subjek penelitian sebab mereka termasuk sebagai generasi yang telah tumbuh dengan akses yang memadai ke teknologi untuk dapat mengikuti kemajuan digital dalam kehidupan sehari-harinya.

Gen Z atau yang sering digambarkan sebagai "digital native" adalah orang yang lahir setelah tahu 1996. Generasi ini hampir tidak pernah mengalami kehidupan tanpa adanya teknologi. Itulah yang mendorong para peneliti untuk fokus mempelajari generasi ini.

Para peneliti menemukan hasil menarik yang mengungkapkan bahwa kecanduan smartphone memang dapat memprediksi seseorang mengalami compulsive shopping, tetapi tidak semua orang yang kecanduan smartphone akan mengalaminya.

Namun, ketika seseorang kecanduan karena mereka mengandalkan smartphone untuk mengatur suasana hati mereka dan membuat mereka lupa waktu, hal inilah yang kemudian menghubungkan kondisi kecanduan smartphone dengan compulsive shopping.

Banyak Pengguna Mudah Tergoda dengan Iklan di Media Sosial

Berpotensi Memancing Tindakan Cyber Bullying dan Dibicarakan Banyak Orang
Ilustrasi Menggunakan Media Sosial Credit: freepik.com

Menggunakan smartphone untuk mengatasi suasana hati yang negatif menjadi penyebab seseorang mengalami paparan yang lebih besar terhadap dunia online seperti platform belanja dan media sosial serta pengalaman lucu dan mendebarkan. Paparan ini kemudian secara signifikan berkontribusi memicu perilaku compulsive shopping.

Hubungan antara kecanduan smartphone dan belanja menjadi lebih memprihatinkan melihat fenomena yang sudah menghubungkan keduanya dalam kehidupan nyata.

Apalagi saat ini, iklan yang ditampilkan di media sosial yang kita miliki sudah bisa dipersonalisasi tergantung dengan apa yang kita suka.

Pengaturan ini diambil melalui algoritma ketika kita terus berselancar di media sosial dan hanya akan mengklik konten yang ingin kita terima dan konsumsi.

Sebuah penelitian mendukung hal ini, sebab sekitar 90 persen konsumen diketahui terdorong untuk membeli sesuatu kita mereka tertentu muncul sebagai iklan di media sosialnya.

Karakteristik Compulsive Buying

Compulsive Shopping
Compulsive Shopping (Freepik.com)

Perilaku belanja secara berlebihan tanpa disadari akan berubah menjadi sebuah gangguan kesehatan mental.

Orang-orang yang memiliki perilaku compulsive shopping sering kali dikejutkan dengan dorongan yang tidak tertahankan untuk membeli sesuatu. Dorongan ini biasanya terlalu kuat untuk ditahan dan akan menimbulkan konsekuensi negatif pada akhirnya.

Melansir Very Well Mind, Senin (12/12/2022), terdapat beberapa karakteristik perilaku compulsive shopping di antaranya adalah sebagai berikut:

- Kesulitan menolak membeli barang yang tidak dibutuhkan,

- Mengalami kendala keuangan karena belanja tak terkontrol,

- Terlalu asyik belanja barang yang tidak diperlukan,

- Mengalami masalah di tempat kerja, sekolah, ataupun rumah akibat terus berbelanja, dan

- Menghabiskan terlalu banyak waktu browsing barang-barang yang diiinginkan tapi tidak dibutuhkan.

Infografis Hari Belanja Online
Infografis Hari Belanja Online (Liputan6/desi)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya