Liputan6.com, Jakarta - Kamu mungkin memiliki gaya yang unik dalam menyelesaikan konflik dalam hubunganmu. Namun, gaya kolaborasi merupakan gaya yang umumnya paling sehat untuk hubungan karena menekankan pendekatan berorientasi untuk menentukan solusi yang memuaskan dari kedua pasangan. Demikian pula dengan gaya bersaing yang seringkali memberikan tekanan berlebih pada suatu hubungan karena mengadu domba satu pasangan dengan yang lain dan berasumsi bahwa hanya satu yang bisa menang.
Penelitian menunjukkan bahwa gaya penyelesaian konflik memiliki dampak yang lebih besar pada kekuatan dan umur suatu hubungan dibandingkan jenis konflik. Dengan kata lain, cara kamu bertengkar lebih penting daripada seberapa sering kamu bertengkar atau apa yang kamu pertengkarkan.
Baca Juga
Melansir dari halaman Verywell Mind pada Rabu (20/12/23), terdapat lima gaya penyelesaian konflik dalam hubungan yang dapat kamu lakukan.
Advertisement
1. Bersaing
Gaya ini mendekati konflik seolah-olah itu merupakan pertarungan yang salah satu menginginkan menang dan satu lagi akan kalah. Ini bukan tentang memecahkan masalah, tetapi lebih banyak tentang mencari tahu siapa yang akan mendapatkan apa yang mereka inginkan. Pada akhirnya, hal ini dapat mengikis fondasi hubungan karena pasangan akan semakin memandang satu sama lain sebagai pesaing yang berebut kendali atas hubungan.
2. Menghindari
Gaya ini mencoba berpura-pura bahwa konflik tidak ada. Penghindaran ini biasanya dilakukan karena takut konflik tersebut dapat melukai atau bahkan mengakhiri hubungan. Namun, ini bukan solusi jangka panjang karena kamu tidak bisa menyelesaikan masalah bila kamu menolak menghadapinya. Hal ini dapat mengganggu hubungan karena masalah yang belum terselesaikan akan membebani hubungan dan semakin sulit untuk diabaikan.
3. Berkolaboasi
Pasangan yang berkolaborasi biasanya menganggap konflik sebagai situasi yang bermasalah. Daripada bersaing satu sama lain, mereka bekerja sebagai tim untuk mencari solusi terhadap masalah yang memungkinkan kedua pasangan menang. Ini akan memberikan hasil terbaik, tetapi juga membutuhkan energi, kesabaran, dan empati, terutama ketika permasalahan tersebut tidak memiliki win-win-solution.
4. Mengakomodasi
Gaya ini terjadi ketika salah satu pasangan memilih untuk mengabaikan kebutuhan atau kekhawatirannya sendiri demi menjaga perdamaian. Untuk masalah yang relatif kecil, mungkin tidak akan menjadi hal yang besar. Namun, untuk permasalahan yang lebih besar, hal tersebut bukanlah solusi jangka panjang karena hanya menyelesaikan masalah bagi pasanganmu. Pihak yang melakukan akomodatif akan tetap merasa permasalahannya belum terselesaikan.
5. Berkompromi
Kompromi merupakan jalan tengah antara dua pihak yang berseberangan. Hal ini masih memposisikan pasangan sebagai pesaing, tetapi alih-alih berjuang untuk meraih kemenangan, mereka malah menegosiasikan solusi yang dapat diterima untuk keduanya. Untuk permasalahan yang rumit dan tidak ada solusi yang saling menguntungkan, kompromi merupakan alternatif yang baik. Namun, ketika pasangan terlalu mengandalkan kompromi, kedua pasangan akan merasa seperti mereka yang berkompromi terlalu berkorban demi hubungan.
Advertisement
Jenis Konflik dalam Hubungan
Konflik merupakan hal yang normal dalam setiap hubungan. Semakin banyak dua orang mencoba membangun kehidupan bersama, mereka akan semakin menghadapi perbedaan pandangan dan harapan saat mereka menavigasi logistik dalam menggabungkan keuangan, berbagi tanggung jawab, dan menyepakati apa yang mereka inginkan untuk masa depan bersama.
1. Ketidaksepakatan Keuangan
Pasangan seringkali bisa terlibat perbedaan pendapat tentang bagaimana menyeimbangkan tabungan untuk masa depan dengan membayar gaya hidup yang mereka inginkan saat ini. Koflik akan terjadi ketika yang lain tidak setuju dengan cara membagi tanggung jawab keuangan pasangannya.
2. Ketidaksepakatan Orang Tua
Perbedaan pandangan mengenai pendidikan dan profesi dari orang tua setiap pasangan dapat menjadi konflik yang sulit untuk diatasi. Hal ini dikarenakan bagaimanapun restu orang tua adalah hal yang utama dalam menjalin hubungan.
3. Pembagian Kerja Rumah Tangga
Setiap orang mungkin memiliki standar kebersihan berbeda yang sulit dipadukan. Dalam kasus lain, satu orang mungkin akan membawa beban lebih banyak dibandingkan yang lain. Dalam suatu hubungan yang paling dibutuhkan adalah kesepakatan atas pembagian tugas yang seimbang sesuai kapasitas setiap pasangan.
Cara Meningkatkan Keterampilan Penyelesaian Konflik
1. Saling Memaafkan
Jika gaya penyelesaian konflikmu tidak sehat di masa lalu, akan mudah bagi kamu untuk terlibat dalam konflik di masa depan dengan mengharapkan munculnya dinamika tidak sehat yang sama. Harapan itu dapat menjadi hal yang terwujud dengan sendirinya bila kamu bersandar pada kebiasaan lama yang memicu pasanganmu kembali ke kebiasaan lamanya. Oleh karena itu, kamu dan pasanganmu harus menyetujui masa lalu yang menyakitkan dan bersabar serta saling memaafkan ketika kamu berupaya mengembangkan gaya menyelesaikan konflik yang lebih sehat.
2. Dengar dan Ulangi
Jangan menyela satu sama lain ketika ada yang sedang berbicara. Selain membiarkan orang lain selesai berbicara, mulailah untuk memberikan tanggapanmu dengan merangkum apa yang mereka katakan untuk memastikan bahwa kamu memahaminya.
3. Tahan Kritik
Bila kamu merasa kekhawatiran orang lain berlebihan atau tidak penting, simpan saja untuk dirimu sendiri. kamu berdua harus bisa berbicara secara terbuka tentang pemikiranmu dan perasaan tanpa khawatir hubunganmu akan diputuskan begitu saja.
4. Bertukar Pikiran dengan Empati
Daripada hanya berfokus pada kebutuhanmu, fokuslah pada cara untuk memasukkan kekhawatiran pasanganmu ke dalam solusi yang kamu usulkan. Meskipun kekhawatiran tersebut tidak begitu penting bagimu, kamu masih dapat mencari cara untuk mengubah ide awal kamu untuk mengatasinya. Namun, perlu diingat bahwa pasanganmu juga harus melakukan hal yang sama.
Advertisement