Liputan6.com, Jakarta - Di tengah cuaca yang panas seperti saat ini, air conditioner (AC) memang bisa membuat nyaman dan udara lembap. Namun, penggunaan jangka panjang, terutama di ruang kantor atau di rumah semalaman dapat memengaruhi berbagai aspek kesehatan seseorang. Efek samping dari AC mungkin termasuk masalah kulit dan pernapasan.
Dilansir dari Health Shots, Senin (10/6/2024), penggunaan AC memang dapat memberikan efek sejuk yang sangat dibutuhkan dari panas di luar. Meskipun begitu, ada beberapa dampak negatif yang bisa ditimbulkan.
Baca Juga
Menurut dokter Dr. Kiran R Dhake, berikut pengaruh AC yang terlalu banyak terhadap kesehatan, di antaranya:
Advertisement
1. Kesehatan pernapasan
Paparan terus-menerus terhadap lingkungan ber-AC dapat memperburuk ketidaknyamanan klinis pada penderita penyakit pernapasan kronis.
- Kekeringan
Unit AC menghilangkan komponen kelembapan udara yang dapat menyebabkan kekeringan pada lapisan alias selaput lendir alat saluran napas sehingga berpotensi menyebabkan iritasi dan meningkatkan kerentanan terhadap infeksi saluran pernapasan.
- Fenomena alergi
Jika sistem pengontrol suhu pada unit AC tidak dijaga dengan baik, udara dingin dapat menyebabkan gejala alergi—pilek, bersin, sakit kepala berulang, dan juga dapat memicu penyempitan saluran napas.
Sebab, udara yang sangat dingin, unit AC dapat menjadi tempat berkembang biaknya jamur, jamur, dan alergen lainnya. Hal inilah yang sebenarnya dapat memperparah gejala pada individu yang menderita alergi atau asma, kata pakar tersebut.
2. Masalah kulit
Selain masalah pernapasan, berikut beberapa efek samping AC pada kulit:
- Dehidrasi kulit
Unit AC cenderung menghilangkan pelembab dari lingkungan dalam ruangan tanpa pandang bulu sehingga menyebabkan efek dehumidifying, menghilangkan pelembab dari kulit karena dehidrasi sel. Hal ini membuat kulit kering, melar, dan gatal.
- Produksi minyak berkurang
Minyak alami kulit yang bermanfaat menjaga kesehatan dan tekstur kulit, mengurangi sisa racun penyebab di permukaan kulit. Produksi keringat juga berkurang sehingga menyebabkan kulit kusam dan tidak sehat.
- Memburuknya kelainan kulit
Kekeringan yang berkepanjangan akibat lingkungan yang sangat ber-AC dapat memperburuk kelainan kulit, seperti eksim, dermatitis, rosacea, dan psoriasis.
- Penuaan dini pada kulit
Paparan iklim ber-AC secara terus-menerus dapat menyebabkan penuaan dini pada kulit. Karena dehidrasi sel, terjadi penurunan elastisitas jaringan yang menyebabkan kerutan dan kerutan.
Advertisement
3. Gangguan mata
Karena menghabiskan waktu berjam-jam di iklim ber-AC, bagian sensitif tubuh—mata adalah yang paling terkena dampaknya.
- Mata kering
Akibat suhu dingin, fungsi kelenjar mata penghasil minyak menurun sehingga menyebabkan penguapan air mata. Hal ini menyebabkan kemerahan, gatal, iritasi, ketegangan mata dan penglihatan kabur.
- Peradangan mata
Saluran AC adalah tempat berkembang biaknya jamur, virus, dan bakteri yang menyebabkan pembengkakan mata.
4. Sick building syndrome
Karena paparan kualitas udara buruk yang berkepanjangan di dalam ruang tertutup dan berbagai faktor lingkungan eksternal dan non-lingkungan lainnya dapat menyebabkan serangkaian gejala tertentu. Fenomena ini disebut Sick Building Syndrome, kata Dr Kiran R Dhake.
Gejalanya tidak spesifik seperti sakit tenggorokan, kesulitan bernapas, dada terasa sesak, pilek, kelelahan, sulit konsentrasi, mudah lupa, badan pegal-pegal, dan mual. Intensitas gejala tampaknya berhubungan dengan waktu yang dihabiskan di ruang tertutup.
5. Dehidrasi
Akibat berkurangnya tingkat kelembapan udara akibat lingkungan ber-AC, cenderung berdampak pada tingkat hidrasi. Hal ini akhirnya berdampak pada beberapa penyakit, seperti:
- Sakit kepala
Ketika dehidrasi terjadi dan berlangsung selama berjam-jam, hal ini dapat memicu sakit kepala yang parah.
- Migrain
Perubahan suhu yang berulang karena seringnya transisi antara lingkungan dalam ruangan yang sejuk dan suhu luar ruangan yang panas dapat menyebabkan pembuluh darah menyempit dan melebar dengan cepat sehingga memicu sakit kepala jenis migrain pada individu tertentu.
6. Efek pada kognisi
Penurunan kualitas udara yang terus-menerus akibat paparan lingkungan dingin dalam waktu lama dapat berdampak pada fungsi kognitif, memengaruhi tingkat konsentrasi, dan kemampuan untuk fokus pada tugas.
Advertisement