Pentingnya Menjaga Berat Badan Ideal Saat Menjalani Program Kehamilan, Seperti Apa?

Pakar kesuburan mengungkapkan mengapa mencapai BMI yang tepat dapat meningkatkan peluang Anda untuk hamil

oleh Bella Zoditama diperbarui 21 Okt 2024, 09:05 WIB
Diterbitkan 21 Okt 2024, 09:05 WIB
Mencegah Cacat Tabung Saraf
Ilustrasi Pemeriksaan Kehamilan Credit: pexels.com/Anneth

Liputan6.com, Jakarta - Menjaga berat badan memang sangat penting untuk kesehatan. Selain supaya Anda tetap bisa lincah saat beraktivitas, tidak gampang lelah, dan masih tetap bugar ketika usia semakin bertambah. 

Namun siapa sangka, kalau memiliki berat badan ideal juga sangat penting bagi calon orang tua. Khususnya bagi Anda yang ingin berencana untuk hamil di tahun ini.

Oleh karenanya, memulai pola makan yang sehat termasuk untuk diet dan menurunkan berat badan mampu meningkatkan peluang untuk hamil serta dapat memiliki bayi yang sehat. Maka diusahakan supaya Body Mass Index (BMI) Anda harus normal. Tidak boleh di bawah (underweight) ataupun di atas (overweight).

Kenapa hal ini sangat penting? Sebab menurut informasi dari Hindustan Times, Senin (14/10/2024), para ahli kesehatan dan kesuburan, Body Mass Index (BMI), memiliki dampak langsung pada kesehatan reproduksi dan kemampuan untuk hamil, sehingga menjadikannya faktor penting dalam kesuburan wanita. BMI adalah rumus sederhana yang memperhitungkan tinggi dan berat badan seseorang.

Dr Rupali Tambe, Konsultan Fertilitas di Nova IVF di Pune, berbagi, “Meskipun sistem reproduksi yang sehat sering dikaitkan dengan BMI dalam kisaran normal (18,5-24,9), wanita yang kekurangan berat badan atau kelebihan berat badan mungkin mengalami kesulitan untuk hamil. Bagi wanita yang berniat untuk hamil, mengetahui bagaimana BMI memengaruhi kesuburan sangatlah penting karena menjaga BMI yang sehat dapat meningkatkan peluang pembuahan.” 

Oleh karenanya, hal ini juga sangat penting diketahui jika Anda juga masih berjuang terhadap infertilitas dan mendambakan seorang buah hati. Akan tetapi, perlu diingat bahwa artikel ini hanya untuk tujuan informasi dan bukan pengganti saran medis profesional. Selalu minta saran dokter jika Anda memiliki pertanyaan tentang kondisi medis.

Hubungan Antara Wanita dengan Berat Badan Kurang dan Infertilitas

Mengenal Body Dissatisfaction Akibat Media Sosial, Benarkah Sangat Berpengaruh? (pexels.com)
Ilustrasi seorang wanita yang tidak percaya diri dengan tubuhnya (pexels.com).

Dr. Rupali Tambe menjelaskan kalau BMI di bawah 18,5 dianggap sebagai berat badan kurang. Ketidakseimbangan hormon sering kali menyebabkan kesulitan untuk hamil bagi wanita dalam kategori ini. Produksi hormon reproduksi vital seperti estrogen, yang diperlukan untuk mengendalikan siklus menstruasi dan ovulasi, dapat terganggu oleh lemak tubuh yang rendah.

Maka, kemungkinan ovulasi dan kehamilan menurun ketika kadar lemak tubuh sangat rendah karena produksi estrogen menurun. Hal ini dapat mengakibatkan menstruasi yang tidak teratur atau bahkan amenore, penghentian menstruasi sepenuhnya.

Ia juga menambahkan bahwa wanita yang kekurangan berat badan mungkin tidak mendapatkan cukup nutrisi, yang dapat menurunkan kualitas sel telur mereka dan meningkatkan kemungkinan keguguran. BMI yang rendah juga dapat berdampak pada lapisan rahim, yang mengurangi kemungkinan sel telur yang telah dibuahi akan menempel dengan baik.

Dengan menambah berat badan untuk mencapai BMI normal dapat membantu meningkatkan kemungkinan pembuahan dan mengembalikan ovulasi yang teratur pada wanita yang sedang berusaha untuk hamil.

Wanita yang Kelebihan Berat Badan dan Obesitas

Ilustrasi obesitas, syarat operasi bariatrik. Photo by Andres Ayrton/Pexels
Ilustrasi obesitas, syarat operasi bariatrik. Photo by Andres Ayrton/Pexels

Di sisi lain, BMI lebih dari 25 dianggap kelebihan berat badan dan BMI lebih dari 30 dikategorikan sebagai obesitas.

Dr Rupali Tambe mengungkapkan bahwa produksi estrogen berlebih yang disebabkan oleh lemak tubuh yang berlebih dapat mengganggu ovulasi dan siklus menstruasi. Salah satu penyebab paling sering terjadinya infertilitas pada wanita yang kelebihan berat badan dan obesitas adalah kelainan ini, yang disebut anovulasi.

Polycystic ovarian syndrome (PCOS), suatu kondisi hormonal yang mengurangi kualitas sel telur dan menyebabkan menstruasi tidak teratur atau tidak ada, juga lebih umum terjadi pada wanita dengan BMI tinggi. Selain itu, obesitas dapat memengaruhi kadar insulin, yang mengakibatkan resistensi insulin, yang selanjutnya mengganggu keseimbangan hormon reproduksi dan menghambat ovulasi.

Dia pun menambahkan, wanita yang kelebihan berat badan dapat mengalami masalah terkait kehamilan seperti diabetes gestasional, hipertensi, risiko keguguran yang lebih tinggi, dan kelainan kelahiran. Karena alasan-alasan ini, sangat penting bagi wanita dengan BMI tinggi untuk mengurangi berat badan mereka sebelum mencoba untuk hamil.

Penelitian menunjukkan bahwa penurunan berat badan sedikit saja, 5–10%, akan meningkatkan kesehatan reproduksi secara umum dan memulihkan ovulasi, yang akan meningkatkan kesuburan. Wanita dengan usia ibu lanjut, yaitu lebih dari 30 tahun dan tidak dapat hamil, sebaiknya tidak membuang-buang waktu terlalu banyak untuk menurunkan berat badan karena dapat memperburuk kuantitas dan kualitas oosit.

Dalam kasus seperti itu, pendapat ahli dari konsultan kesuburan dan pendekatan terprogram terhadap penurunan berat badan plus kesuburan akan membantu mereka mencapai hasil yang diinginkan.

Pentingnya BMI yang Sehat untuk Reproduksi Wanita

Obesitas atau Berat Badan Kurang
Ilustrasi Obesitas atau Berat Badan Kurang Credit: pexels.com/Siora

BMI wanita yang melakukan in vitro fertilization (IVF) atau prosedur reproduksi lainnya berpotensi berdampak.

Dr Rupali Tambe mengemukakan, “Karena kualitas sel telur yang buruk, respons ovarium yang menurun terhadap rangsangan, dan masalah implantasi, wanita yang kekurangan berat badan atau kelebihan berat badan mungkin mengalami tingkat keberhasilan yang lebih rendah dengan fertilisasi in vitro. Mempertahankan indeks massa tubuh (BMI) yang sehat meningkatkan peluang keberhasilan kehamilan dengan mengoptimalkan kualitas sel telur, keseimbangan hormon, dan penerimaan rahim.”

Menegaskan bahwa komponen utama kesehatan kesuburan wanita adalah BMI mereka. Dari sini Dr Rupali Tambe menyimpulkan di mana Ketidakseimbangan hormon, ovulasi yang tidak teratur, dan kesulitan reproduksi lainnya membuat konsepsi menjadi sulit bagi wanita yang kelebihan berat badan maupun yang kekurangan berat badan.

Apakah kehamilan terjadi secara alami atau melalui perawatan kesuburan, mempertahankan BMI yang sehat melalui diet seimbang, olahraga teratur, dan perubahan gaya hidup dapat sangat meningkatkan hasil reproduksi dan meningkatkan peluang konsepsi. Untuk menjaga kesehatan reproduksi dan dapat memastikan kelancaran transisi menuju pengasuhan anak, wanita yang berniat untuk hamil harus menargetkan BMI dalam kisaran yang sehat.

Infografis Faktor-Faktor Penentu Keberhasilan Diet
Infografis Faktor-Faktor Penentu Keberhasilan Diet. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya