Krisis Kesejahteraan Hewan, Komitmen Bebas Sangkar 50 Perusahaan di Asia Terancam Gagal

Dalam studi terbaru, mengungkapkan banyak perusahaan di Asia kemungkinan tidak akan memenuhi komitmen mereka dalam mengakhiri penggunaan telur dari sistem sangkar pada tahun 2025.

oleh Yulia Lisnawati diperbarui 01 Nov 2024, 19:50 WIB
Diterbitkan 01 Nov 2024, 18:30 WIB
Krisis Kesejahteraan Hewan, Komitmen Bebas Sangkar 50 Perusahaan di Asia Terancam Gagal
Telur ayam terlihat di sebuah peternakan di kawasan Depok, Jawa Barat, Senin (23/7). Tingginya harga telur ayam di pasaran karena tingginya permintaan saat lebaran lalu yang berimbas belum stabilnya produksi telur. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta - Sebanyak 50 perusahaan dilaporkan tidak membuat kemajuan, atau hanya sedikit sekali kemajuan dalam menerapkan komitmen menghentikan penggunaan telur dari bebas sangkar. Hal tersebut berdasarkan studi terbaru organisasi non-profit Sinergia Animal.

Dalam laporan tersebut mengungkapkan banyak perusahaan di Asia kemungkinan tidak akan memenuhi komitmen mereka dalam mengakhiri penggunaan telur dari sistem sangkar pada tahun 2025.

Sinergia Animal mensurvei 78 perusahaan di India, Indonesia, Jepang, Malaysia, dan Thailand, dan menemukan bahwa 50 di antaranya berisiko gagal memenuhi janji mereka untuk menghentikan penggunaan telur dari sistem kontroversial, yang sudah dilarang di banyak negara ini.

"Asia merupakan produsen telur terbesar di dunia. Jutaan ayam dikurung di sangkar yang membuat mereka tidak bisa berjalan, merentangkan sayap sepenuhnya, atau melakukan perilaku alami," kata Direktur Pengelola Act for Farmed Animals, Among Pakrosa, dalam keterangannya, Jumat (1/11/2024).

"Kami menyerukan kepada perusahaan-perusahaan tersebut untuk menepati janji mereka beralih ke sistem bebas sangkar sampai dengan tahun 2025,” tambahnya.

Sinergia Animal mengkategorikan perusahaan dalam dua kelompok, bendera merah yakni perusahaan dengan komitmen bebas sangkar di tahun 2025 namun tidak melaporkan kemajuan mereka. Lalu bendera oranye, oerusahaan yang melaporkan kemajuan di negara lain tetapi tidak di Asia.

 

 

Beberapa perusahaan yang berkomitmen bebas sangkar di Asia

Di sisi lain, 34,61% (27 dari 78 perusahaan) dari perusahaan yang dianalisis telah membagikan kemajuan mereka di negara-negara Asia, dan 2 perusahaan sepenuhnya beralih ke telur bebas kandang di Asia atau secara nasional di Asia. Merek terkenal seperti Pizza Express, Subway Indonesia, dan Potato Head memimpin progresnya di Indonesia.

"Peningkatan transparansi ini menunjukkan tren positif menuju kesejahteraan hewan yang lebih baik dan peningkatan kepercayaan konsumen," tambah Among.

Laporan tersebut juga menyoroti kemajuan di antara produsen telur di Thailand dan Indonesia. Dari 50 produsen yang disurvei, 11 (22%) telah sepenuhnya beralih ke sistem produksi bebas sangkar.

"Data yang kami kumpulkan dapat membantu perusahaan terhubung dengan produsen untuk memenuhi komitmen bebas sangkar mereka," jelas Among.

 

Lebih dari 2.600 perusahaan beralih ke bebas sangkar

Di samping itu, perusahaan yang kesulitan mendapatkan telur bebas sangkar dapat membeli kredit dari sistem “Impact Incentive” melalui konsultan bisnis Global Food Partners—solusi temporer yang sudah digunakan oleh perusahaan besar seperti Compass Group dan Unilever.

Asia, yang memproduksi 64% telur dunia, secara bertahap telah beralih dari penggunaan sangkar. Bhutan, Cina, Indonesia, dan Thailand telah memiliki standar bebas sangkar, serta lebih dari 2.600 perusahaan di seluruh dunia, termasuk 318 di Asia, telah berkomitmen untuk beralih ke bebas sangkar.

Infografis 6 Hewan Peliharaan Populer
Infografis 6 Hewan Peliharaan Populer (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya