Lebih Aman dan Terjangkau, IVM Jadi Pilihan Pasangan untuk Program Hamil

Seiring perkembangan teknologi reproduksi, pasangan yang menghadapi tantangan kesuburan kini memiliki lebih banyak pilihan.

oleh Sulung Lahitani diperbarui 27 Jan 2025, 13:14 WIB
Diterbitkan 26 Jan 2025, 19:03 WIB
cara agar cepat hamil dalam waktu 1 minggu
cara agar cepat hamil dalam waktu 1 minggu ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Seiring perkembangan teknologi reproduksi, pasangan yang menghadapi tantangan kesuburan kini memiliki lebih banyak pilihan. Selain inseminasi dan IVF (In Vitro Fertilization), metode terbaru seperti IVM (In Vitro Maturation) menawarkan harapan baru dengan pendekatan berbeda.

Apa Itu IVM?

IVM adalah teknologi reproduksi berbantu yang memungkinkan sel telur matang di laboratorium, bukan di dalam tubuh. Proses ini dimulai dengan mengambil oosit (sel telur belum matang) dari ovarium untuk kemudian dimatangkan di laboratorium hingga siap dibuahi.

Teknologi ini pertama kali dikembangkan pada 1930-an oleh Gregory Pincus yang mempelajari pematangan oosit mamalia di luar tubuh. Penerapannya pada manusia dimulai pada akhir 1980-an, dan bayi pertama hasil IVM dilaporkan lahir di Korea Selatan pada 1991. Saat ini, IVM juga mulai diterapkan di Indonesia, salah satunya oleh Morula IVF Indonesia.

Berbeda dari IVF yang memerlukan stimulasi hormon intensif, IVM lebih ramah terhadap tubuh karena tidak memerlukan banyak obat hormon. Risiko efek samping seperti Ovarian Hyperstimulation Syndrome (OHSS) juga jauh lebih rendah, menjadikannya solusi ideal bagi wanita dengan sindrom ovarium polikistik (PCOS). Meski demikian, tingkat keberhasilan IVM (20–35%) masih lebih rendah dibandingkan IVF (40–50%).

 

Perbandingan IVM dan IVF

Meskipun sama-sama metode bayi tabung, ada beberapa perbedaan utama antara IVM dan IVF:

  • Stimulasi Hormon: IVM membutuhkan sedikit atau tanpa stimulasi hormon, sedangkan IVF memerlukan rangsangan hormon intensif.
  • Risiko Kesehatan: IVM memiliki risiko lebih rendah terhadap OHSS, cocok untuk pasien dengan PCOS atau sensitivitas hormon.
  • Biaya: IVM cenderung lebih terjangkau karena minim penggunaan obat hormon.
  • Kenyamanan: Proses IVM lebih nyaman dengan kunjungan medis yang lebih sedikit.
  • IVM direkomendasikan bagi pasien dengan risiko tinggi OHSS atau PCOS, sementara IVF lebih cocok untuk berbagai kasus infertilitas dengan ovarium yang responsif.

 

Penerapan IVM di Indonesia

Lebih Aman dan Terjangkau, IVM Jadi Pilihan Pasangan untuk Program Hamil
Dr. Malvin Emeraldi, SpOG, Subsp.FER(K). (doc: Morula IVF Jakarta)... Selengkapnya

Salah satu pelopor penerapan IVM di Indonesia adalah Dr. Malvin Emeraldi, SpOG, Subsp.FER(K). Dokter spesialis fertilitas ini telah berpengalaman selama lebih dari 15 tahun dalam teknologi reproduksi berbantu, termasuk melakukan lebih dari 1.000 siklus IVF. Dengan pelatihan di Jepang, Vietnam, dan India, Dr. Malvin kini aktif di Morula IVF Jakarta, membawa teknologi IVM lebih dekat kepada pasien Indonesia.

Teknologi IVM telah mengubah paradigma perawatan kesuburan, memberikan solusi yang lebih fleksibel, terjangkau, dan inovatif bagi pasangan yang ingin memiliki anak. Dr. Malvin juga memastikan bahwa layanan ini dapat diakses lebih mudah dengan jadwal praktik yang sesuai kebutuhan pasien, termasuk sesi konsultasi setelah jam kerja.

Sebagai informasi Dr Malvin Emeraldi kini sudah resmi bergabung dengan Morula IVF Jakarta. Dr Malvin memiliki jadwal praktik: Senin (16.30-19.00 WIB), Rabu (16.30-19.00 WIB), Sabtu (07.30-10.00 WIB).

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya