Pandangan Mbah Moen tentang Rebo Wekasan dan Amalan yang Dianjurkan, Wajib Disimak

Mengenal lebih dalam makna Rebo Wekasan, tradisi tahunan di Indonesia, amalan sunnah yang dianjurkan, dan bagaimana menyikapinya sesuai ajaran Islam.

oleh Silvia Estefina Subitmele Diperbarui 19 Mar 2025, 14:20 WIB
Diterbitkan 19 Mar 2025, 14:12 WIB
Maemoen Zubair
Maemoen Zubair atau dikenal Mbah Moen wafat di Makkah (Foto: nu.or.id).... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Sebagian umat Islam menjalankan ritual khusus pada Rabu terakhir di bulan Safar, yang dikenal sebagai Rebo Wekasan. Berdasarkan kalender Kementerian Agama dan Nahdlatul Ulama, Rebo Wekasan pada tahun ini akan jatuh pada Rabu, 25 September 2025.

Tradisi ini berakar pada kepercayaan bahwa pada hari tersebut, musibah dan bencana akan turun. Beberapa kalangan juga meyakini bahwa Rabu terakhir di bulan Safar membawa kesialan.

Oleh karena itu, umat Islam melaksanakan amalan tertentu pada hari tersebut sebagai upaya memohon perlindungan dari berbagai marabahaya. Keyakinan ini turut disampaikan oleh ulama kharismatik KH Maimoen Zubair, atau yang akrab dikenal sebagai Mbah Moen.

Berikut ini informasi lengkap tentang Rebo Wekasan yang Liputan6,com rangkum dari berbagai sumber, Rabu (19/3/2025).

Promosi 1

Tentang Rebo Wekasan

KH Maimun Zubair atau Mbah Moen
KH Maimun Zubair atau Mbah Moen. (Istimewa)... Selengkapnya

Mitos seputar Rebo Wekasan seringkali berkembang di masyarakat. Salah satu mitos yang populer adalah turunnya 320.000 bala atau musibah pada hari tersebut. Mitos lain menyebutkan bahwa bulan Safar adalah bulan yang penuh kesialan. Namun, penting untuk diingat bahwa mitos-mitos ini tidak memiliki dasar yang kuat dalam ajaran Islam. Islam mengajarkan bahwa takdir sudah ditentukan Allah SWT, dan tidak ada hari yang secara inheren membawa kesialan atau keberuntungan.

Fakta yang perlu ditekankan adalah bahwa Rebo Wekasan hanyalah hari Rabu terakhir di bulan Safar. Tradisi ini masih dilestarikan di beberapa daerah di Indonesia sebagai bentuk penghormatan terhadap warisan budaya. Dalam ajaran Islam, tidak ada hari yang dianggap sial atau membawa kesialan. Semua hari adalah kesempatan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan berbuat kebaikan.

Menurut Mbah Moen Zubair sebagaimana dinukil dari YouTube ppalanwarsarang, “Sebagian ulama ahli kasyaf mengatakan, pada hari Rebo Wekasan itu tempat tumpuan bala dan cobaan. Makanya kalau Rebo Wekasan disuruh sholat empat rakaat, kalau kamu mau membaca (Al-Kautsar) 17 kali, maka kamu akan hidup enak, dan orang yang memusuhimu akan tertumpas,” jelasnya.

Alasan Membaca Surah Al-Ikhlas, An-Nas, dan Al-Falaq Menurut Syaikhona KH Maimoen Zubair

Syaikhona KH Maimoen Zubair atau Mbah Moen. (Foto: PP Al Anwar Sarang)
Syaikhona KH Maimoen Zubair atau Mbah Moen. (Foto: PP Al Anwar Sarang)... Selengkapnya

Membaca surah Al-Ikhlas lima kali, mengapa? Mbah Moen lantas mengutip ayat pertama dan kedua surah Al-Ikhlas yaitu qulhuallahu ahad, allahusshomad yang artinya, “Katakanlah (Muhammad), ‘Dialah Allah, Yang Maha Esa.’ Allah tempat meminta segala sesuatu."

“Jadi semua tujuannya kepada Allah. Kalau orang sudah dekat dengan Allah, maka itu hal baik,” kata Mbah Moen.

Adapun surah An-Nas dan Al-Falaq menurut Mbah Moen untuk menolak bala. “Tolak tanggul. Ada bahaya bala dari selatan, maka tertolak kembali lagi ke selatan karena dibacakan surah Al-Falaq dan dibacakan surah An-Nas,” katanya.

Mbah Moen mengatakan, alasan dinamakan Rebo Wekasan karena di bulan Safar. Arti Safar adalah kuning. Menurut orang Arab, setiap yang kuning artinya pucat.

“Nah kalau pucat itu kosong. Makanya menurut bahasa Arab shifrun itu kosong. Jadi seakan-akan bulan yang kosong itu bulan Safar. Seakan-akan Allah menciptakan bumi itu bulan Safar,” jelas Mbah Moen.

Tradisi Rebo Wekasan di Berbagai Daerah

Tradisi Rebo Wekasan memiliki beragam bentuk di berbagai daerah di Indonesia. Di beberapa daerah, masyarakat melakukan tradisi sedekah ketupat atau sidekah kupat, membagikan ketupat sebagai bentuk sedekah dan doa untuk keselamatan. Di daerah lain, masyarakat mengadakan upacara Rebo Pungkasan dengan arak-arakan gunungan dan doa bersama.

Di Cirebon, ada ritual Ngirab yang bertujuan untuk membersihkan diri dan lingkungan dari hal-hal negatif. Di beberapa daerah lain, rangkaian upacara adat Safaran dimulai pada Rabu Wekasan dan berakhir pada Jumat Kliwon di bulan Maulid. Semua tradisi ini menunjukkan kekayaan budaya Indonesia dan bagaimana masyarakat setempat menghayati makna Rebo Wekasan.

Meskipun tradisi-tradisi ini beragam, inti dari perayaan Rebo Wekasan tetap sama: mendekatkan diri kepada Allah SWT dan memohon perlindungan-Nya. Penting untuk memahami bahwa tradisi-tradisi ini merupakan bagian dari budaya lokal dan tidak boleh diartikan sebagai ritual wajib atau bertentangan dengan ajaran Islam.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Produksi Liputan6.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya