Liputan6.com, Jakarta Festival Balon Udara Wonosobo tahun 2025 sukses digelar meriah di Alun-alun Wonosobo pada Minggu (6/4/2025). Pengunjung memandang takjub ke atas saat balon-balon raksasa bermotif unik dan cerah menghiasi langit, menjadi penanda dimulainya puncak perayaan Festival Mudik Wonosobo.
Lebih dari sekadar tontonan, festival ini menjelma sebagai ruang temu bagi masyarakat, pemudik, dan wisatawan untuk menikmati tradisi yang dikemas modern. Tak hanya menyuguhkan balon udara, pengunjung juga disuguhi ragam pertunjukan budaya, kesenian rakyat, serta kuliner khas Wonosobo yang menggoda selera seperti tempe kemul dan mi ongklok. Selama perhelatan, pertunjukan balon udara tradisional digelar di 16 titik lokasi berbeda, dimulai sejak 1 April dan berpuncak pada 6 April 2025 di Alun-alun Wonosobo.
Pemerintah Kabupaten Wonosobo bersama AirNav Indonesia dan Kementerian Perhubungan memastikan acara berjalan aman dengan sistem tambat balon yang sesuai regulasi. Festival ini tidak hanya menghibur, tetapi juga menegaskan komitmen menjaga tradisi, keselamatan, dan identitas budaya lokal. Berikut sejarah di Balik Festival Balon Mudik di Wonosobo selengkapnya.Â
Advertisement
Sejarah Festival Balon Udara di Wonosobo, Inisiatif dari Sosok Tukang Cukur yang Juga Seniman
Festival Balon Udara Wonosobo berawal dari sosok Atmo Goper, seorang tukang cukur sekaligus seniman rebana asal Krakal Tamanan, Wonosobo. Pada pertengahan tahun 1920-an, Atmo terinspirasi oleh sebuah balon udara berpenumpang yang pernah mendarat di Alun-alun Wonosobo, digunakan untuk keperluan pemotretan udara.
Pengalaman tersebut membekas dan mendorongnya untuk menciptakan balon udara sendiri. Dengan kreativitas dan keterampilannya sebagai pengrajin lampion dan sangkar burung, Atmo membuat balon udara dari bahan mewah saat itu, seperti kertas pilus dan kertas payung yang didatangkan dari Semarang. Balon buatannya pertama kali diterbangkan di halaman mushola kampungnya dan langsung menarik perhatian masyarakat.
Seiring berjalannya waktu, tradisi ini menyebar ke berbagai desa di Wonosobo dan terus mengalami perkembangan. Pada tahun 1960-an, masyarakat mulai menggunakan plastik sebagai bahan uji coba balon sebelum penerbangan utama, lalu beralih ke kertas minyak pada tahun 1990-an karena lebih ringan dan penuh warna. Tradisi ini tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga menjadi bagian dari budaya warga Wonosobo saat Lebaran. Setiap dusun berkompetisi membuat balon udara terbaik, menampilkan kreativitas dan kerja sama antarmasyarakat.
Festival resmi pertama kali digelar di Alun-alun Wonosobo pada tahun 2005 dan kini menjadi bagian dari agenda tahunan, bersanding dengan Festival Mudik. Dari kegiatan sederhana yang digagas oleh seorang seniman lokal, tradisi ini telah menjelma menjadi perayaan budaya besar yang tak hanya menjaga warisan leluhur, tetapi juga menjadi daya tarik wisata yang menghidupkan kota setiap tahunnya.
Advertisement
Festival Balon Mudik di Wonosobo 2025: 40 Balon Udara dengan Berbagai Motif dan Bentuk
Festival Balon Udara Wonosobo 2025 kembali digelar meriah dan penuh warna, dengan puncak perayaan berlangsung di Alun-alun Wonosobo pada Minggu, 6 April 2025. Sebanyak 40 balon udara dengan berbagai motif dan bentuk unik diterbangkan oleh perwakilan desa yang sebelumnya menjadi juara di festival tingkat kecamatan. Ribuan pengunjung menyaksikan langit Wonosobo dihiasi balon-balon tambat yang megah, menciptakan suasana syahdu dan penuh semangat Lebaran.
Pertunjukan balon udara tradisional ini digelar di 16 titik lokasi berbeda, dimulai sejak 1 April hingga puncaknya pada 6 April. Tak hanya balon udara, Festival Mudik 2025 ini juga menyuguhkan beragam hiburan khas Wonosobo, mulai dari kesenian rakyat, pertunjukan budaya, hingga sajian kuliner legendaris seperti tempe kemul, nasi megono, dan mi ongklok. Suasana hangat tercipta dari perpaduan budaya, tradisi, dan kebersamaan warga serta para pemudik yang rindu kampung halaman.
Balon udara sendiri telah menjadi bagian penting dari identitas budaya Wonosobo. Berawal dari kreativitas warga yang menggunakan kertas pilus dan kertas payung pada masa awal, kini bahan baku berganti menjadi kertas krep yang lebih terjangkau dan bervariasi warnanya. Teknik penerbangan pun berkembang, dari asap batang padi hingga sistem tambat untuk menjaga keselamatan. Desain balon juga mengalami transformasi, dari motif sederhana menjadi karya kreatif yang mencerminkan perpaduan antara tradisi dan inovasi.
Â
Tradisi, Keamanan, dan Harapan untuk Masa Depan
Â
Bupati Wonosobo, Afif Nurhidayat, menyebut balon udara sebagai bagian dari identitas budaya Wonosobo yang telah mengakar dalam kehidupan masyarakat. Ia berharap, tradisi ini bisa terus dibumikan dan dikembangkan agar menjadi pemicu pertumbuhan industri kreatif dan ekonomi lokal.
“Saya ingin bahwa cerita balon udara yang menjadi legenda dan menjadi tradisi masyarakat Wonosobo membumi di Kabupaten Wonosobo. Harapannya, akan tumbuh industri, akan tumbuh ekonomi kreatif di Kabupaten Wonosobo, menjadi sarana untuk mempererat silaturahmi kita bersama yang mudik." ujar Afif Nurhidayat dilansir dari ANTARA.Â
Untuk menjaga keselamatan lalu lintas udara, semua balon yang diterbangkan telah menggunakan sistem tambat, yaitu ditambatkan dengan tali sehingga hanya bisa mengudara hingga ketinggian maksimal 150 meter. Sistem ini diberlakukan bekerja sama dengan AirNav Indonesia dan Kementerian Perhubungan, sesuai regulasi yang berlaku. Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Agus Wibowo, menegaskan bahwa aspek keselamatan adalah prioritas tanpa mengesampingkan kelestarian tradisi.
Festival Balon Udara Wonosobo kini tak lagi sekadar perayaan tahunan, tetapi telah menjadi cermin kekayaan budaya dan semangat gotong royong masyarakat. Dari proses persiapan hingga hari pelaksanaan, festival ini menunjukkan bagaimana warisan tradisi dapat hidup berdampingan dengan kemajuan zaman, menjadi ikon pariwisata yang membanggakan dan memperkuat identitas Kabupaten Wonosobo.
Advertisement
Pertanyaan Umum Seputar Balon Udara
1. Apa itu balon udara?
Jawaban: Balon udara adalah jenis pesawat ringan yang terbang dengan menggunakan udara panas atau gas ringan seperti helium atau hidrogen untuk menciptakan daya angkat. Balon udara biasanya terdiri dari tiga bagian utama: amplop (bagian balon), keranjang (tempat penumpang), dan burner (untuk memanaskan udara).
2. Bagaimana cara balon udara bisa terbang?
Jawaban: Balon udara terbang karena prinsip fisika sederhana: udara panas lebih ringan daripada udara dingin. Ketika burner memanaskan udara di dalam balon, udara tersebut naik, membawa seluruh balon dan keranjang ke udara. Untuk turun, udara dibiarkan mendingin atau dilepaskan melalui ventilasi.
3. Apakah balon udara aman digunakan?
Jawaban: Ya, balon udara termasuk aman jika dioperasikan oleh pilot profesional dan sesuai dengan standar keselamatan. Penerbangan hanya dilakukan dalam cuaca yang stabil dan kondisi angin yang tenang. Sebelum lepas landas, biasanya dilakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap semua bagian balon.
4. Apakah balon udara bisa dikendalikan arah terbangnya?
Jawaban: Balon udara tidak bisa dikendalikan secara langsung seperti pesawat. Pilot mengandalkan arah dan kecepatan angin di ketinggian tertentu untuk mengatur arah. Dengan naik atau turun ke lapisan udara yang berbeda, mereka bisa memilih arah angin yang sesuai.
5. Kapan waktu terbaik untuk naik balon udara?
Jawaban: Waktu terbaik adalah saat pagi hari atau menjelang senja, karena angin biasanya lebih tenang dan udara lebih stabil. Kondisi cuaca sangat memengaruhi keamanan dan kenyamanan penerbangan, jadi penerbangan sering dijadwalkan berdasarkan prakiraan cuaca harian.
6. Apakah semua orang bisa naik balon udara?
Jawaban: Sebagian besar orang bisa naik balon udara, namun ada batasan tertentu. Biasanya, ibu hamil, anak-anak kecil, orang dengan fobia ketinggian, atau mereka yang memiliki kondisi medis tertentu disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter atau pihak operator terlebih dahulu.
7. Apakah balon udara hanya digunakan untuk wisata?
Jawaban: Tidak. Selain untuk wisata dan rekreasi, balon udara juga digunakan dalam penelitian cuaca, pengamatan lingkungan, hingga keperluan militer di masa lalu. Saat ini, fungsi utamanya memang lebih banyak sebagai atraksi wisata dan olahraga udara.
