Bunga Bangkai Mekar, Warga Tanggerang Tidak Peduli

Bagi sebagian warga Binong, Tangerang mekarnya `bunga bangkai` bukan suatu hal menakjubkan. Warga sering menemukan bunga tersebut di kebun.

oleh Liputan6 diperbarui 29 Jul 2013, 04:53 WIB
Diterbitkan 29 Jul 2013, 04:53 WIB
130729abungabangkai.jpg
Citizen6, Tangerang: Bagi sebagian warga Binong, Tangerang mekarnya `bunga bangkai` bukan suatu hal menakjubkan. Pasalnya, meskipun puspa jenis amorpophallus tersebut dianggap langka, namun sangat sering ditemukan berkembang di antara semak-semak pada lahan warga di perkampungan Kelurahan Binong, Tangerang, Banten. Padahal jika sedang mekar di Kebun Raya Bogor, bunga yang kini ditangkarkan ini selalu ramai dikunjungi  para wisatawan.

Seperti pada, Sabtu 27 Juli 2013, Warga Binong pun tak begitu menghiraukan peristiwa mekarnya bunga setinggi sekitar 1,5 meter yang menebarkan bau busuk itu. Penemuan tanaman yang konon disebut sebagai tumbuhan langka itu malah dianggap hal yang biasa. Karena aroma busuknya warga justru sering membabat bunga yang termasuk suku umbi-umbian yang hidup di daerah tropis dan sub tropis ini.

Hasan (40), seorang Warga Kampung Binong, Kecamatan Curug, Tangerang, Banten menyebutkan bunga bangkai sangat sering ditemukan di  kelahirannya. Sayangnya, kuli bangunan yang merangkap sebagai tukang kebun atau petani itu tidak mengetahui tanaman itu sebagai tumbuhan langka yang baru mekar dalam rentang waktu yang sangat lama.

"Biasanya kalo gak ada pekerjaan membangun rumah, saya bertani di kebon di pinggir kali Sabi,Kampung Binong dekat rumah. Bunga bangke sering saya temukan tumbuh di semak-semak dan bikin bau busuk kaya seperti bau bangke tikus. Biasanya kita tak peduli bagaimana tumbuhnya. Saya sendiri gak kuat nyium baunya, langsung memotong dan membuangnya jika ketemu," terang Hasan.

Untuk mengingatkan, tanaman bernama latin amorphophallus selama ini dikenal masyarakat hanya yang berjenis rafflesia arnoldi semata. Padahal ada 170 jenis bunga bangkai yang hidup di seluruh dunia, 25 species di antaranya hidup di Indonesia.

Bunga endemik asal Pulau Sumatera ini tingginya bisa mencapai 4 meter lebih. Sejak ditemukan pada tahun 1878 di Bengkulu, yang kemudian pada tahun 1993 Pemerintah menjadikannya sebagai maskot flora Provinsi Bengkulu. (Edy Syahputra Tanjung/YSH)

Edy Syahputra Tanjung adalah pewarta berita

Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas, Ramadan atau opini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media, kuliner dan lainnya ke citizen6@liputan6.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya