Papua Seperti Sarang Koruptor

Keinginan Pemerintah Pusat untuk membangun Papua ternyata justru menguntungkan pihak-pihak yang "haus" akan rupiah.

oleh Liputan6 diperbarui 11 Okt 2013, 17:15 WIB
Diterbitkan 11 Okt 2013, 17:15 WIB
longsor-papua130321a.jpg
Citizen6, Jakarta: Keinginan Pemerintah Pusat untuk membangun Papua ternyata justru menguntungkan pihak-pihak yang "haus" akan rupiah. Pemerintah telah memberikan peraturan khusus dan dana yang tidak sedikit jumlahnya. Namun pembangunan di Papua dinilai tidak sepesat dengan yang dana yang banyak itu.

Provinsi Papua, merupakan satu dari lima provinsi di Indonesia yang mengelola anggaran terbesar, dimana setiap tahunnya dikucurkan khusus untuk Provinsi Papua sebesar Rp 30-40 triliun. Seharusnya, dana segitu banyak sudah dapat untuk membangun Papua yang memiliki penduduk hanya sekitar 2,5 juta jiwa.

Ironisnya, penyelewengan-penyelewengan tersebut justru berasal dari oknum-oknum pemerintah. Sampai dengan saat ini, sudah banyak unsur pemerintah yang ditahan karena kasus dugaan korupsi yang mereka lakukan.

Banyaknya proyek pembangunan justru seperti memberikan keleluasaan untuk menyerap uang demi kepentingan pribadi. Padahal, uang tersebut tujuan awalnya adalah untuk membangun Papua agar paling tidak sejajar dengan daerah-daerah lainnya. Seharusnya anggaran sebesar itu bisa dimanfaatkan secara baik, untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan rakyat Papua. Di beberapa kabupaten masih di dapati kondisi kehidupan masyarakat Papua yang masih memprihatinkan alias jauh dari taraf sejahtera.

Oleh sebab itu, diperlukan kerjasama yang kuat antara kejaksaan, KPK, dan Polri untuk memberantas masalah korupsi yang ada di Bumi Cenderawasih ini. Jika korupsi di Papua sudah diberantas, maka kesejahteraan rakyat Papua pasti akan meningkat. (Dewi Sartika/Mar)

Dewi Sartika adalah pewarta warga.

Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atau opini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com.






Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya