Liputan6.com, Jakarta - Pada 28 Juni 2023, Sony Network Communications, anak perusahaan Sony, dan perusahaan teknologi infrastruktur Web3 Jepang, Startale Labs, mengungkapkan kolaborasi bisnis baru dan investasi USD 3,5 juta atau setara Rp 52,4 miliar (asumsi kurs Rp 14.993 per dolar AS) untuk membangun landasan bagi adopsi Web3 secara luas.
Kemitraan ini akan mendorong pengembangan layanan dan produk Web3 Startale, termasuk misinya untuk menciptakan solusi all-in-one untuk pengembangan Web3 dan fokus pada menjembatani aset dunia nyata dengan ekosistem Web3.
Baca Juga
CEO Startale Labs, Sota Watanabe mengatakan kemitraan dengan Sony memungkinkan startup Web3 baru seperti perusahaannya untuk belajar dan memanfaatkan banyak hal.
Advertisement
“Pengembang dan pengguna perlu memahami tumpukan teknologi blockchain saat berinteraksi dengan Web3. Kami ingin memberikan pengalaman yang lancar bagi pengguna umum dan alat ini memungkinkan mereka berinteraksi dengan ruang tanpa menyadarinya,” kata Watanabe, dikutip dari Cointelegraph, Jumat (30/6/2023).
Bersamaan dengan investasi tersebut, presiden dan direktur perwakilan Sony Network Communications, Jun Watanabe, diangkat sebagai direktur Startale Labs. Sebelumnya kedua perusahaan berhasil menyelenggarakan Program Inkubasi Web3 bersama.
Watanabe juga salah satu pendiri Astar Network, sebuah parachain yang beroperasi di ekosistem Polkadot, di mana Startale Labs menjadi bagian dari tim inti. Astar baru-baru ini meluncurkan kontrak pintar yang mendukung dua mesin virtual, yang memungkinkan pembuatan proyek Mesin Virtual WebAssembly atau Ethereum di dalam jaringan.
Langkah Sony di Web3
Sony Network Communications adalah penyedia layanan internet serat optik yang andal. Namun, domain dan cabang lain dari Sony telah terlibat dalam inisiatif Web3, termasuk non fungible token (NFT).
Pada Maret 2023, Sony Interactive Entertainment, raksasa video game di belakang merek PlayStation, mengajukan paten yang memungkinkan pengguna mentransfer dan menggunakan NFT di berbagai platform game.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Mengenal Stablecoin, Adopsi dari Aset Kripto dan Web3
Sebelumnya, ekosistem kripto terus terus berkembang melalui inovasi terbaru yang akan memberi manfaat terhadap industri keuangan digital. Salah satu inovasi tersebut adalah Stablecoin, yang menjadi salah satu adopsi aset kripto dan web3.
Stablecoin hadir karena investasi aset kripto memiliki volatilitas cukup tinggi dengan nilai yang spekulatif, baik jangka panjang maupun jangka pendek.
Sehingga inovasi ini menjadi angin segar untuk investor yang ingin memiliki aset kripto namun bergerak dengan stabil.
“Volatilitas Stablecoin cenderung lebih rendah karena harga karena nilainya didasari terhadap aset konvensional, seperti kombinasi mata uang, emas, perak, atau aset berharga lainnya. Untuk alasan ini, stablecoin sering menjadi pilihan utama untuk keputusan keuangan dari pengguna aset kripto oleh institusional dan ritel,” kata Financial Expert Ajaib Kripto, Panji Yudha dalam keterangan resmi, Sabtu (4/2/2023).
Menurut data CoinMarketCap, saat ini terdapat sebanyak 134 stablecoin dengan tiga stablecoin teratas yaitu, USDT, USDC, dan BUSD yang mewakili lebih dari 90 persen total kapitalisasi pasar stablecoin (USD 127 miliar).
Adapun dua stablecoin yang saat ini paling diminati investor adalah USDT dan USDC karena nilainya berdasarkan mata uang dolar AS dengan rasio 1:1.
USDT dan USDC menjadi stablecoin paling populer di pasar aset kripto. Setiap unit Aset Kripto stablecoin yang beredar, didukung oleh dolar AS senilai USD 1 yang disimpan sebagai cadangan dalam bentuk campuran uang tunai dan obligasi Treasury AS jangka pendek.
“UDST dan USDC menjadi pairing aset kripto paling banyak digunakan di berbagai bursa kripto dunia, hal ini memudahkan para investor dalam melakukan transaksi aset dalam jaringan stablecoin dengan pairing USDT dan USDC,” kata Panji.
Advertisement
Cara Beli
Panji mencontohkan, investor dapat membeli aset kripto Bitcoin (BTC) dengan menggunakan persediaan USDT untuk di pairing menjadi BTC/USDT.
Adanya inovasi stablecoin pun turut meningkatkan kepercayaan investor terhadap aset kripto. Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) mencatat user baru aset kripto di 2022 sebesar 5,46 juta orang. Sehingga kini ada 16,7 juta investor aset kripto di tanah air.
“Stablecoin menjadi sarana pertukaran aset yang menjembatani kesenjangan antara mata uang fiat dan aset kripto, sehingga stablecoin seperti USDT dan USDC menjadi favorit investor. Pemilik dapat menyimpan aset kripto di dompet digital ataupun melakukan transfer aset dengan murah dan cepat dengan nilai yang stabil.” kata Panji.
Tertarik Terjun ke Industri Web3? Berikut Tantangan yang Perlu Diperhatikan
Sebelumnya, Web3 digadang-gadang sebagai masa depan dari internet yang lebih terdesentralisasi dengan menggunakan teknologi yakni blockchain, artificial intelligence (AI) dan machine learning. Istilah dan teknologi ini telah menjadi bahasan terhangat dalam dunia teknologi sejak beberapa tahun lalu.
Kemajuan teknologi ini tak hanya memberikan inovasi dan kemudahan bagi masyarakat, tetapi mengandung tantangan dan risiko yang perlu diperhatikan.
Founder dan CTO Paras, marketplace NFT buatan Indonesia, Rahmat Albariqi, membagikan berbagai tantangan yang perlu diperhatikan para developer atau pelaku industri Web3.
Albariqi menjelaskan, salah satu tantangan pelaku industri atau developer yang ingin terjun ke dunia Web3 harus memberikan pengalaman pelanggan atau user experience yang terbaik.
"Karena dalam Web3 semuanya terdesentralisasi dan dapat diakses oleh semua orang dari berbagai kalangan, maka para developer harus memberikan user experience terbaik agar masyarakat bisa mudah memahami apa yang kita berikan,” kata Albariqi dalam acara Demo Day Web3 Weekend Indonesia, di Jakarta, Sabtu (17/6/2023).
Albariqi menambahkan, menurut data Indonesia menjadi salah satu negara dengan tingkat literasi rendah, ini menjadi tantangan bagi para pelaku industri bagaimana caranya bisa memberikan literasi terkait industri Web3.
“Untuk menanggulangi risiko, kita harus punya media atau komunitas untuk memberi literasi terkait risiko di Web3,” lanjut Albariqi.
Karakter yang paling menonjol dari Web3 adalah sistemnya yang terdesentralisasi dan dapat diakses siapa saja menggunakan teknologi blockchain. Terkait hal ini, Albariqi mengimbau agar masyarakat melakukan riset sendiri dan tidak hanya terpengaruh tren.
“Jadi kita jangan hanya mengikuti tren seperti membeli kripto Pepe Coin hanya untuk mencari untung tapi tidak melakukan Do Your Own Research (DYOR). Begitupun, para developer untuk bisa memberikan user experience terbaik,” pungkas Albariqi.
Advertisement