Harga Bitcoin Balik ke Rp 1 Miliar, Potensi ke Depan Cerah?

Data lookintobitcoin memperlihatkan jumlah wallet dengan saldo di atas 1.000 Bitcoin pada saat ini masih lebih rendah sekitar 96 wallet dibandingkan dengan angka pada 27 Februari lalu, ketika harga Bitcoin di USD 57.000.

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 17 Jul 2024, 18:20 WIB
Diterbitkan 17 Jul 2024, 18:20 WIB
Ilustrasi aset kripto Bitcoin. (Foto By AI)
Ilustrasi aset kripto Bitcoin. (Foto By AI)

Liputan6.com, Jakarta Bitcoin mencatat kenaikan harga lebih dari 13 persen dalam satu pekan terakhir, menyentuh angka USD 65.000 atau setara sekitar Rp 1,05 miliar (asumsi kurs Rp 16.179 per dolar AS). Kenaikan tersebut menandai keberhasilan Bitcoin untuk melakukan recovery pasca koreksi yang terjadi sejak awal Juni lalu.

Merespon hal itu, Crypto Analyst Reku, Fahmi Almuttaqin mengatakan situasi tersebut mengindikasikan potensi dimulainya reli baru di pasar yang kemungkinan dapat menjadi awal dari reli utama pada fase bullish yang terjadi saat ini. 

“Namun, pasar mungkin akan memerlukan katalis baru yang cukup kuat untuk reli tersebut dapat terjadi. Sebab meskipun tekanan jual telah mereda, belum terdapat kenaikan jumlah pemilik Bitcoin dalam jumlah besar (whale) yang signifikan,” kata Fahmi dalam keterangan resmi, dikutip Rabu (17/7/2024).

Fahmi menjelaskan, ini terlihat pada data lookintobitcoin di mana jumlah wallet dengan saldo di atas 1.000 Bitcoin pada saat ini masih lebih rendah sekitar 96 wallet dibandingkan dengan angka pada 27 Februari lalu, ketika harga Bitcoin di USD 57.000. 

Hal ini mengindikasikan para whales yang telah melakukan aksi profit taking, mungkin belum kembali mengalokasikan aset mereka di Bitcoin. 

Sehingga membuat pertahanan harga Bitcoin di pasar saat ini didukung oleh lebih sedikit whales, yang mungkin dapat menghambat reli yang terjadi apabila terdapat aksi profit taking yang signifikan akibat kenaikan harga yang terjadi,” jelas Fahmi. 

Perilaku Investasi Hati-Hati

Pemahaman para pelaku pasar terhadap situasi yang ada saat ini, termasuk di dalamnya pemahaman terkait situasi whales dan suku bunga tinggi The Fed, dapat menciptakan perilaku investasi yang cenderung lebih berhati-hati. 

Fahmi menuturkan, ini tercermin pada momentum ketika wallet pemerintah Jerman terlihat melakukan upaya penjualan Bitcoin dalam jumlah besar minggu lalu. Meskipun terdapat katalis positif dari perkembangan inflasi AS, Bitcoin baru mengalami kenaikan setelah saldo Bitcoin di wallet pemerintah Jerman tersebut habis.  

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

 

Tekanan Jual

Ilustrasi aset kripto, mata uang kripto, Bitcoin, Ethereum, Ripple
Ilustrasi aset kripto, mata uang kripto, Bitcoin, Ethereum, Ripple. Kredit: WorldSpectrum via Pixabay

Selain itu, dengan adanya distribusi Bitcoin kepada para kreditur exchange Mt. Gox yang berpotensi turut meningkatkan tekanan jual, terlepas dari besarannya yang belum dapat dipastikan, skenario di mana investor mungkin akan lebih memilih mengambil posisi yang konservatif sambil menunggu perkembangan lebih lanjut, masih cukup terbuka. 

Menurutnya, kenaikan harga Bitcoin ke lebih dari Rp 1 miliar ini juga turut mengubah sentimen pasar dari fear menjelang akhir pekan lalu menjadi greed pada awal pekan ini. 

“Namun perlu diingat bahwa situasi greed bukan hanya mensinyalir optimisme dan potensi kenaikan lanjutan, tetapi juga dapat memberikan sinyal potensi terjadinya koreksi layaknya situasi fear yang dapat mengindikasikan kondisi oversold dan potensi rebound,” pungkas Fahmi. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya