Liputan6.com, Jakarta - Penyedia listrik Rusia Rosseti melaporkan kerugian USD 14 juta atau kurang lebih Rp 228,62 miliar (estimasi kurs Rp 16.330 per USD) akibat tambang kripto ilegal pada 2024. Kaukasus Utara, Novosibirsk, dan Volga menjadi wilayah yang paling terdampak.
Menurut publikasi TASS, pihak berwenang mengidentifikasi 130 kasus operasi penambangan kripto tanpa izin, yang membebani jaringan listrik dan menyebabkan masalah tegangan rendah di wilayah pemukiman.
Advertisement
Dikutip dari bitcoin.com, Kamis (20/2/2025), ladang penambangan ditemukan di gudang, tempat parkir bawah tanah, dan bahkan kontainer darurat di tanah sewaan. Dalam satu kasus ekstrem di Novosibirsk, 3.200 rig penambangan kripto ditemukan, mencuri listrik dalam skala industri, dengan kerugian mencapai USD 2,1 juta.
Advertisement
Rosseti dan lembaga penegak hukum telah meluncurkan tindakan keras besar-besaran, yang menyebabkan lebih dari 40 kasus pidana dan banyak penangkapan. Penambangan kripto ilegal tetap menjadi masalah penting di Rusia, karena para penambang berusaha menghindari kenaikan biaya dan pembatasan energi.
Dengan meningkatnya pengawasan pemerintah dan tekanan regulasi, Rusia mungkin akan segera memperkenalkan pengawasan yang lebih ketat pada operasi penambangan, terutama karena adopsi bitcoin global semakin cepat.
Tambang Bitcoin Ilegal di Negara Tetangga Terbongkar Gara-gara Kebakaran
Sebelumnya, warga Malaysia dihebohkan dengan penemuan tak terduga pada hari Selasa ketika sebuah ledakan dan asap mengepul dari sebuah rumah di sepanjang Lorong Cekara Purnama, Bandar Puncak Alam. Kebakaran ini membuat pihak berwenang berhasil mengungkap operasi penambangan bitcoin ilegal.
Temuan tambang Bitcoin ilegal ini terjadi saat negara di Asia Tenggara ini tengah memerangi penambangan kripto ilegal, yang telah menyebabkan kerugian finansial yang signifikan dan tekanan pada infrastruktur listrik negara tersebut.
Dikutip dari cryptopotato, Selasa (18/2/2025), Kepala Polisi Distrik Sungai Buloh, Inspektur Mohd Hafiz Muhammad Nor, mengungkapkan bahwa 14 petugas pemadam kebakaran sukarelawan dari Saujana Utama dan Bestari Jaya dikerahkan setelah seorang wanita setempat melaporkan kejadian kebakaran ke markas polisi distrik Sungai Buloh pada pukul 11.41 pagi waktu setempat pada 11 Februari 2025.
Saat tiba, baik petugas pemadam kebakaran maupun petugas polisi patroli harus masuk secara paksa ke rumah yang tidak berpenghuni tersebut, di mana mereka menemukan api yang berasal dari sebuah ruangan yang dipenuhi dengan sirkuit listrik yang dimodifikasi.
Mereka telah terhubung secara ilegal ke jaringan listrik dan mengalami hubungan arus pendek yang menyebabkan kebakaran.
Setelah memadamkan api pada Selasa malam, penyelidikan bersama oleh polisi dan personel Tenaga Nasional Berhad (TNB) mengungkap bahwa rumah tersebut telah mengambil listrik secara ilegal untuk penambangan bitcoin.
Pihak berwenang menyita sembilan rig penambangan Bitcoin, sembilan kipas blower, dan router D-link.
Advertisement
Pencurian Listrik
Kasus terbaru ini mengungkap satu lagi contoh operasi mata uang kripto ilegal yang semakin sering terjadi di seluruh Malaysia.
Antara tahun 2018 dan 2023, Malaysia kehilangan sekitar USD 723 juta karena penggunaan listrik tanpa izin untuk penambangan kripto.
Wakil Menteri Akmal Nasir kemudian menyatakan bahwa penambang mengeksploitasi daya yang tidak terukur, tetapi penyedia energi memiliki metode deteksi.
Dalam tindakan keras pada Oktober 2022, pihak berwenang menyita dan menghancurkan lebih dari 2.000 perangkat penambangan tidak bersertifikat senilai USD 467 ribu.
Meskipun mengalami kerugian ini, penambangan mata uang kripto sendiri tidak ilegal di Malaysia, tetapi pencurian listrik di negara tersebut merupakan pelanggaran serius yang dapat dikenakan denda hingga RM 100.000 (USD 21.000) atau lima tahun penjara.
