Cerita Chelsey, Wanita dengan Kelainan Neurologis dan Glaukoma di Wajah yang Bertemu Belahan Jiwa

Chelsey Peat, 34, lahir dengan kondisi langka yang disebut Sturge-Weber Syndrome, kelainan neurologis yang berarti memiliki tanda lahir besar di sisi kiri wajahnya, bersama dengan glaukoma di mata kirinya.

oleh Fitri Syarifah diperbarui 06 Okt 2020, 10:00 WIB
Diterbitkan 06 Okt 2020, 10:00 WIB
Chelsey Peat, 34, lahir dengan kondisi langka yang disebut Sturge-Weber Syndrome
Chelsey Peat, 34, lahir dengan kondisi langka yang disebut Sturge-Weber Syndrome. foto: instagram @Chelseypeat

Liputan6.com, Jakarta Chelsey Peat, 34, lahir dengan kondisi langka yang disebut Sturge-Weber Syndrome, kelainan neurologis yang berarti memiliki tanda lahir besar di sisi kiri wajahnya, bersama dengan glaukoma di mata kirinya.

Ibu dari dua anak ini berasal dari Lethbridge, Alberta. Ia mengatakan sering mengalami perundungan saat bersekolah yang membuat hidupnya seperti 'neraka hidup'. Chelsey mengatakan dirinya diejek setiap hari, yang semuanya sebutan kejam seperti 'monster' dan 'aneh'. Ada juga yang menjulukinya 'Two-Face', setelah munculnya karakter terkenal di animasi Batman yang dikenal memiliki bekas luka mengerikan di sisi kiri wajahnya setelah serangan kimia.

Chelsey menambahkan bahwa ada kalanya perundungan tersebut berdampak berat pada kesehatan mentalnya, mengungkapkan bahwa ada kalanya dia berada di 'tempat yang sangat gelap' dan tidak pernah ingin pergi keluar.

Perundungan seperti itu menyebabkan harga dirinya menurun dan Chelsey mengatakan dia tidak pernah mengira dia akan pernah menemukan cinta sejati, berjalan di pelaminan, atau memiliki anak dan berkeluarga.

Tapi setelah bertemu Matt (34 tahun), seorang karyawan IT, melalui teman pada tahun 2004, mereka mulai mengobrol lebih banyak secara online dan langsung cocok, hingga keduanya akhirnya mengikat janji suci pada tahun 2008.

Tak berakhir disitu saja, keduanya dianugerahi dua orang puteri, Athena, 13 tahun, dan Zelda, 3 tahun.

Sekarang, Chelsey merasa sudah gilirannya untuk membagikan kisahnya untuk menginspirasi dan meningkatkan kesadaran tentang kondisinya, sekaligus memberikan harapan bagi orang lain yang mungkin juga mengalami perundungan/pembully-an karena perbedaan mereka.

Chelsey, yang bekerja paruh waktu di rumah sakit, berkata: "Ini lebih dari sekadar tanda lahir. Ini adalah mutasi genetik yang lengkap. Tidak ada seorang pun di keluarga saya yang memiliki kondisi tersebut."

Mungkin karena berdasarkan pengalamannya, setiap Chelsey menonton film, ia selalu memihak karakter yang tidak berdaya, seperti Hunchback dari Notre Dame, si buruk rupa dari Beauty and the Beast dan sebagainya.

"Karakter-karakter tersebut membantuku tumbuh dewasa. Karena di sekolah saya tidak memiliki banyak teman (kebanyakan merundungnya dengan sebutan 'two-face' dari karakter di film Batman), sehingga ada saat-saat saya merasa kesepian," kata Chelasey.

"Saya mengalami saat mencapai usia yang menginginkan lawan jenis untuk memperhatikan Anda, tetapi mereka tidak mau berurusan denganku karena aku terlihat berbeda. Beberapa bulan sebelum acara dansa sekolah menengah saya, saya berdoa seseorang akan meminta saya untuk pergi bersama mereka, tetapi mereka tidak pernah melakukannya."

 

Simak Juga Video Berikut Ini:

Chelsey mengalami masa-masa bertarung dengan penerimaan diri.

"Saya ingin menjadi seperti gadis remaja normal lainnya. Masa remaja juga saya memakai alas bedak yang tebal untuk menyembunyikan tanda lahir saya. Namun kemudian saya menyadari. Mengapa saya harus bersembunyi dan menyamar agar orang lain nyaman dengan saya?"

Chelsey menjalani operasi otak pada usia 18 bulan untuk menghentikan kejang yang mengancam nyawanya yang disebabkan oleh kondisinya. Tetapi dokter memberi tahu ibunya, Ione, 54, bahwa bayi perempuannya hanya memiliki peluang 50 persen untuk selamat dari prosedur tersebut. Jika pun berhasil, ia memiliki peluang 50 persen untuk hidup dengan disabilitas mental yang serius.

Beruntung, Chelsey berhasil mengatasi semua rintangan. Meskipun tidak lama kemudian ia mulai bertanya kepada ibunya mengapa ia terlihat berbeda dari orang lain.

"Saya ingat ketika masih kecil, orang-orang akan mendatangi saya dan ibu saya menanyakan bagaimana saya memiliki luka bakar, atau mengira saya telah dipukuli."

"Ibuku berkata ada seorang pria yang pernah memeluknya dan mengatakan kepadanya bahwa dia bisa membantu kami berdua keluar dari masalah perundungan ini. Dia sangat diplomatis dan mengedukasi orang-orang, yang merupakan sesuatu yang melekat pada saya dan bagaimana saya menghadapi situasi seperti itu kini."

 

Bertemu Matt, belahan jiwanya

Sebagaimana disebutkan sebelumnya, temannya yang juga teman Matt mempertemukan keduanya di sebuah pesta. Sejak saat itu, mereka merasa cocok dan dengan cepat menjadi akrab. Mereka sering bertukar pesan melalui MSN messenger (media chat online). Chelsey mengatakan bahwa dia merasa pengalaman berbicara online membuatnya lebih mudah untuk terbuka dan membuat Matt mengenal dirinya yang sebenarnya di luar tanda lahirnya.

"Kami mengobrol online dan mengobrol berjam-jam. Aku merasa dia tahu diriku yang sebenarnya. Jika saya mencoba dan berbicara dengan orang-orang di kehidupan nyata, yang bisa mereka fokuskan hanyalah tanda lahir. Aku merasa seperti monster seperti itu."

"Hal berikutnya yang saya tahu dia mengajak saya berkencan, kami pergi ke taman, dan kemudian kencan lain ke mal. Saya tidak pernah berpikir saya akan punya suami atau anak karena penampilan saya. Tapi kami jatuh cinta, dan dia mencintaiku untukku. Dia tidak peduli dengan tanda lahir saya.

Chelsey mengatakan bahwa meski dia terbiasa ditatap saat berada di depan umum, tatapan orang-orang terasa semakin kuat saat dia keluar bersama suami dan anak-anaknya.

"Matt mengatakan bagian tersulit tentang hubungan ini adalah reaksi orang lain di sekitar kita. Kami harus berurusan dengan banyak tatapan. Saya sudah terbiasa, tapi baginya itu masih perjuangan. Saya sangat gugup bertemu orang tuanya, tetapi keluarganya langsung menerima saya."

"Saya mengajari anak perempuan saya sejak usia muda tentang tanda lahir saya, tetapi bagi mereka itu hanya bagian dari diri saya dan siapa saya."

Chelsey mengatakan dia tidak pernah membiarkan tatapan atau komentar menyakitinya, dan malah menggunakan kejadian seperti itu sebagai kesempatan untuk mendidik.

Kini, ia merasa damai dengan dirinya sendiri. Sehingga berani membagikan kisahnya untuk meningkatkan kesadaran akan kondisinya dan untuk menginspirasi orang lain agar menerima orang dengan perbedaan.

"Saya berharap orang tahu kami tidak menular, yang merupakan salah satu kesalahpahaman terbesar. Terima kami dan cintai kami apa adanya, tanda lahir dan semuanya. Saya ingin diperlakukan seperti wanita lain di tahun 2020," kata Chelsey, dikutip dari Dailymail.

Infografis 180 Juta Warga Indonesia Target Vaksin Covid-19

Infografis 180 Juta Warga Indonesia Target Vaksin Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis 180 Juta Warga Indonesia Target Vaksin Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya