Liputan6.com, Yogyakarta - Hari Glaukoma Sedunia atau World Glaucoma Day diperingati setiap 12 Maret. Melalui peringatan ini, masyarakat global diharapkan dapat lebih mengenal dan waspada terhadap glaukoma.
Glaukoma adalah penyakit penyebab kebutaan kedua terbesar di dunia, setelah katarak. Kondisi ini terjadi ketika adanya peningkatan tekanan bola mata yang akan menyebar ke seluruh bola mata.
Advertisement
Akibatnya, terjadi penekanan pada saraf penglihatan, sehingga terjadi penyempitan lapang pandang. Jika tidak ditangani segera, maka akan berakhir dengan kebutaan.
Advertisement
Baca Juga
Mengutip dari laman RSUP Dr. Sardjito, glaukoma terjadi karena adanya kerusakan saraf optik yang diikuti gangguan lapang padang yang khas. Penyakit mata ini merupakan penyebab kebutaan di dunia yang tidak dapat diperbaiki atau bersifat permanen.
Faktor utama penyebab glaukoma adalah faktor keturunan dan usia. Orang yang berusia lebih dari 40 tahun lebih berisiko mengalami glaukoma.
Faktor lainnya adalah myopia tinggi, diabetes melitus, hipertensi, penggunaan steroid jangka lama, serta riwayat trauma atau cedera pada mata. Penderita glaukoma akut biasanya akan merasakan gejala berupa sakit kepala, mata sangat pegal, mual bahkan muntah, penglihatan terasa buram, melihat pelangi di sekitar lampu, serta mata terlihat merah.
Glaukoma kronik tidak bergejala pada mata, tetapi perlahan terjadi kerusakan saraf yang berlanjut pada penurunan penglihatan. Adapun tekanan bola mata menetap antara 20-30 mmHg. Saat penderita baru menyadari adanya gangguan penglihatan, biasanya itu artinya telah terjadi kerusakan berat pada salah satu matanya.
Pada kondisi tersebut, penderita sudah mengalami penurunan fungsi penglihatan. Hal ini menyebabkan glaukoma kronik atau disebut sebagai si pencuri penglihatan.
Pada beberapa kasus, glaukoma juga bisa terjadi pada 1:10.000 kelahiran bayi. Tanda-tandanya berupa mata yang terlalu besar pada bayi (mata lembu), air mata yang berlebihan saat menangis, serta mata merah, sensitif, atau tidak kuat melihat cahaya.
Untuk pengobatannya, penderita glaukoma harus menggunakan obat tetes dan obat minum. Obat tetes harus terus diberikan untuk mengontrol tekanan bola mata.
Jika obat belum mampu mengatasi, maka tindakan laser dan operasi dapat dilakukan. Tujuannya untuk membuka jalan keluar cairan di bola mata, sehingga tekanan bola mata dapat turun ke batas normal.
Untuk mencegah glaukoma, terutama pada seseorang yang memiliki faktor risiko, seperti ada riwayat keluarga dengan glaukoma, dapat dilakukan melalui tindakan sederhana.
Beberapa aktivitas yang dapat mencegah glukoma adalah olahraga teratur, mengenakan pelindung mata, membatasi konsumsi makanan tinggi lemak, membatasi konsumsi kafein, tidur posisi telentang dengan menggunakan tambahan bantal, menghindari merokok, mengurasi asupan garam, menjaga berat badan ideal, serta minum air dengan jeda atau tidak minum banyak dalam waktu singkat.
Penulis: Resla