Special Olympics, Pertandingan Olahraga Dunia untuk Disabilitas Intelektual

Selain paralimpiade, ada pula pertandingan olahraga untuk disabilitas yang disebut Specials Olympics.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 15 Agu 2021, 14:00 WIB
Diterbitkan 15 Agu 2021, 14:00 WIB
Stephanie Handojo Atlet Down Syndrome
Stephanie Handojo Atlet Special Olympics. Foto: Tangkapan Layar Instagram @handojostephanie.

Liputan6.com, Jakarta Selain paralimpiade, ada pula pertandingan olahraga untuk disabilitas yang disebut Specials Olympics.

Special Olympics atau Olimpiade Spesial merupakan ajang olahraga internasional khusus atlet disabilitas intelektual.

Menurut komunitas disabilitas Koneksi Indonesia Inklusif (Konekin), jalannya pertandingan Olimpiade Spesial diatur oleh Komite Olimpiade Spesial (SOI).

“Di Indonesia, ajang olahraga ini ada di bawah naungan Special Olympics Indonesia (SOIna),” mengutip unggahan Instagram Konekin (@konekindonesia), Sabtu (14/8/2021).

Atlet Olimpiade Spesial Indonesia

Salah satu atlet terbaik Olimpiade Spesial yang dimiliki Indonesia adalah Stephanie Handojo.

Ia adalah atlet renang penyandang down syndrome yang berhasil meraih berbagai penghargaan di bidang renang.

Tak hanya perlombaan dalam negeri, gadis yang akrab disapa Fani ini berhasil memenangkan medali emas Olimpiade Spesial World Summer Games 2011 di Athena. Ia juga berpartisipasi dalam Olimpiade Spesial Asia Pacific Regional Games 2013 di Australia.

 “Di cabang renang, Fani memperoleh satu medali emas di World Summer Game Athena tahun 2011,” ujar Fani dalam webinar Konekin, (24/10/2020).

Perjuangan Fani

Pencapaian tersebut tidak didapat dengan mudah. Di balik prestasi itu ada berbagai usaha dan perjuangan yang harus dilalui.

Tak tanggung-tanggung, atlet yang mulai fokus berenang sejak usia 8 ini melakukan latihan renang dengan jarak 2,5 km setiap latihan. Pelatihannya sendiri dilakukan 4 kali seminggu pada Senin, Selasa, Rabu, dan Jumat.

Persiapan ini dilakukan secara terus-menerus selama 3 bulan guna mendapatkan hasil maksimal.

Sebelum mengikuti kejuaraan di Athena, Yunani, Fani sempat juga bertanding di Singapura dan Amerika. Namun, pengalaman paling berkesan baginya adalah ketika perlombaan di Athena.

“Yang paling berkesan saat lomba di Special Olympic World Summer Game di Athena pada tahun 2011, karena Fani hampir kalah tetapi tetap semangat dan berjuang untuk menang.”

Mentor Fani, Nana, menambahkan, saat perlombaan anak didiknya itu hampir mengalami kekalahan karena menjadi perenang yang paling terakhir meluncur ke kolam.

“Atlet lain sudah melaju dengan cepat sedangkan Fani tertinggal cukup jauh, tapi dia tetap berusaha sampai akhirnya menang,” kata Nana dalam acara yang sama.

“Kalau saya mungkin sudah minggir saja karena mengira pasti kalah, tapi Fani tetap melaju, jadi medali emas Fani ini bukan main-main, ini perjuangan.”

Nana juga bercerita, beberapa waktu sebelum lomba tersebut, anak pertama dari tiga bersaudara itu sempat mengalami trauma karena tenggelam di kolam.

“Namun, dengan bantuan pelatih dan mamanya yang juga atlet renang, ia bisa kembali ke dunia renang dan mengukir prestasi. Di akhir, tidak ada yang tidak mungkin jika dengan perjuangan,” tutupnya.

Atas prestasinya, Fani dipilih menjadi pemimpin inspiratif dalam komunitas Olimpiade Spesial.

 

 

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas
Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya