Liputan6.com, Jakarta Cuaca pagi Jakarta pada hari ini, Rabu (26/3/2025), diprakirakan seluruh langitnya akan cerah berawan. Kecuali di wilayah Kepulauan Seribu akan turun hujan dengan intensitas ringan. Demikian prediksi cuaca hari ini.
Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan, cuaca Jakarta pada siang hari seluruhnya diprakirakan hujan ringan. Kecuali di JKepulauan Seribu akan cerah.
Advertisement
Baca Juga
Kemudian pada malam hari nanti, seluruh wilayah Jakarta diprakirakan akan berawan.
Advertisement
Untuk wilayah penyangga Kota Jakarta, yaitu Bekasi, Jawa Barat, diprakirakan pagi dan malam akan berawan. Sedangkan siangnya akan cerah berawan.
Di wilayah Depok dan Kota Bogor, Jawa Barat, cuaca pagi hingga malam diperkirakan berawan.
Kemudian, di wilayah Kota Tangerang, Banten, diprediksi pagi dan siang cerah berawan, berawan, hujan dengan intensitas ringan dan hujan petir. Malam diprakirakan berawan.
Berikut informasi prakiraan cuaca Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) selengkapnya yang dikutip Liputan6.com dari laman resmi BMKG www.bmkg.go.id:
 Kota |  Pagi |  Siang |  Malam |
 Jakarta Barat |  Cerah Berawan |  Hujan Ringan |  Berawan |
 Jakarta Pusat |  Cerah Berawan |  Hujan Ringan |  Berawan |
 Jakarta Selatan |  Cerah Berawan |  Hujan Ringan |  Berawan |
 Jakarta Timur |  Cerah Berawan |  Hujan Ringan |  Berawan |
 Jakarta Utara |  Cerah Berawan |  Hujan Ringan |  Berawan |
 Kepulauan Seribu |  Hujan Ringan |  Cerah |  Berawan |
 Bekasi |  Berawan |  Hujan Ringan |  Berawan |
 Depok |  Cerah Berawan |  Hujan Ringan |  Berawan |
 Kota Bogor |  Cerah Berawan |  Hujan Petir |  Berawan |
 Tangerang |  Berawan |  Hujan Ringan |  Berawan |
BMKG Ungkap Dampak Perubahan Iklim yang Semakin Terasa
Perubahan iklim yang terus berlangsung telah menimbulkan sejumlah fenomena meteorologi yang semakin mengkhawatirkan dalam paparan terbaru Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Senin (24/3/2025).
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengungkapkan, peningkatan suhu permukaan bumi, baik suhu udara maupun suhu permukaan laut, telah memicu intensifikasi siklon tropis dan bencana hidrometeorologi yang lebih sering terjadi.
"Salah satu dampak yang sangat terasa adalah peningkatan suhu permukaan laut yang semakin menghangat," ujar Dwikorita, Senin (24/3/2025).
Fenomena tersebut, lanjut dia, menyebabkan terjadinya sirkulasi siklonik yang semakin sering dan intensitasnya semakin meningkat.
Hal ini memicu pembentukan badai tropis yang sebelumnya tidak diperkirakan akan terjadi di zona tropis seperti Indonesia.
"Meskipun secara teori badai tropis tidak seharusnya menembus zona tropis (antara 10 derajat lintang utara dan selatan) karena rotasi bumi yang cepat, pada tahun 2021 kita justru menyaksikan badai tropis yang tumbuh di dalam zona tropis. Ini adalah anomali yang sangat mengkhawatirkan," terang Dwikorita.
Dia menjelaskan, anomali tersebut menunjukkan, dampak perubahan iklim dapat lebih parah dari yang diperkirakan, dengan siklon tropis yang semakin sering terjadi di wilayah yang seharusnya tidak terpengaruh oleh fenomena tersebut.
"Jika tidak ada upaya signifikan untuk mengendalikan kenaikan suhu global, fenomena ini berpotensi semakin meningkat dimasa depan," papar Dwikorita.
Advertisement
Dampak Pemanasan Global Lainnya
Selain itu, Dwikorita mengatakan, dampak pemanasan global juga terasa di kawasan pegunungan, khususnya di Indonesia.
BMKG menyebut, lanjut dia, pencairan glacier abadi di puncak Jayawijaya, Papua, sebagai contoh nyata dari dampak kenaikan suhu.
"Pencairan es di Jayawijaya adalah akibat langsung dari kenaikan suhu yang disebabkan oleh emisi gas rumah kaca," ucap Dwikorita.
Berdasarkan prediksi BMKG, glacier ini bisa punah pada tahun 2026 jika tren pemanasan ini terus berlanjut. BMKG juga mengingatkan tentang pentingnya pembangunan tata ruang yang memperhatikan faktor perubahan iklim dan ketahanan bencana.
"Sejarah menunjukkan bahwa peradaban seperti Mesopotamia dan kerajaan-kerajaan besar lainnya runtuh akibat perubahan iklim dan bencana alam. Jika kita tidak mengambil langkah-langkah yang tepat, peradaban kita pun bisa terancam," papar Dwikorita.
