Menelisik Kaitan Bunuh Diri dan Gangguan Jiwa

Di mata masyarakat awam, bunuh diri selalu dikaitkan dengan kurangnya keimanan. Sebagian lainnya menganggap bahwa bunuh diri berkaitan erat dengan gangguan jiwa.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 14 Sep 2021, 10:00 WIB
Diterbitkan 14 Sep 2021, 10:00 WIB
Ilustrasi depresi, gangguan jiwa penyebab bunuh diri.
Ilustrasi depresi, gangguan jiwa penyebab bunuh diri. Foto; Ade Nasihudin/Liputan6.com.

Liputan6.com, Jakarta Di mata masyarakat awam, bunuh diri selalu dikaitkan dengan kurangnya keimanan. Sebagian lainnya menganggap bahwa bunuh diri berkaitan erat dengan gangguan jiwa.

Hingga kini, bunuh diri menjadi isu kesehatan masyarakat yang serius dan menjadi perhatian global. InfoDatin Kementerian Kesehatan RI menyebutkan bahwa jumlah angka kematian bunuh diri di dunia mendekati 800.000 kematian per tahun.

Lantas, apakah benar bunuh diri berkaitan dengan gangguan jiwa?

Menjawab hal tersebut, komunitas disabilitas Indonesia Koneksi Indonesia Inklusif (Konekin) menyampaikan bahwa bunuh diri bukan merupakan gangguan jiwa. Namun, gangguan jiwa merupakan salah satu penyebab utama dari bunuh diri.

“Sebagian besar kasus bunuh diri disebabkan oleh gangguan jiwa dan gangguan mental seperti skizofrenia, gangguan depresi mayor, bipolar, ansietas atau kecemasan, penyalahgunaan zat, penyakit neurologi, dan sejenisnya. Tapi Bunuh diri sendiri bukanlah termasuk gangguan jiwa,” mengutip unggahan Instagram @konekindonesia, Senin (13/9/2021).

Depresi dan Bunuh Diri

Pihak Konekin menambahkan, depresi merupakan gangguan jiwa yang paling berisiko mengarah ke bunuh diri.

Stres yang tak terkendali dapat membuat seseorang menjadi depresi. Apabila mental nya tidak didukung maka bisa berujung pada bunuh diri.

“Sebenarnya penyebab utama bunuh diri itu sangat kompleks. Faktor utama penyebab bunuh diri ada banyak dan sampai saat ini belum bisa diketahui secara pasti.”

Menurut Psikolog

Menurut psikolog klinis dari Enlightmind, Nirmala Ika, bunuh diri tidak disebabkan oleh satu masalah saja, melainkan gabungan dari berbagai masalah yang dialami.

“Banyak yang bilang seseorang bunuh diri karena putus cinta, padahal tidak sesederhana itu,” ujar Nirmala kepada kanal Disabilitas Liputan6.com melalui sambungan telepon, ditulis Senin (13/9/2021).

“Orang yang bunuh diri biasanya mengalami berbagai masalah dan semua masalah itu terakumulasi kemudian puncaknya mungkin saat putus cinta tadi, jadi penyebabnya bukan karena satu masalah,” pungkasnya.

 

KONTAK BANTUAN

Bunuh diri bukan jawaban apalagi solusi dari semua permasalahan hidup yang seringkali menghimpit. Bila Anda, teman, saudara, atau keluarga yang Anda kenal sedang mengalami masa sulit, dilanda depresi dan merasakan dorongan untuk bunuh diri, sangat disarankan menghubungi dokter kesehatan jiwa di fasilitas kesehatan (Puskesmas atau Rumah Sakit) terdekat.

Bisa juga mengunduh aplikasi Sahabatku: https://play.google.com/store/apps/details?id=com.tldigital.sahabatku

Atau hubungi Call Center 24 jam Halo Kemenkes 1500-567 yang melayani berbagai pengaduan, permintaan, dan saran masyarakat.

Anda juga bisa mengirim pesan singkat ke 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat surat elektronik (surel) kontak@kemkes.go.id.   

Fenomena Bunuh Diri di Gunungkidul

Fenomena Bunuh Diri di Gunungkidul
Infografis mengenai angka bunuh diri di Gunungkidul
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya