5 Cara Sederhana Jaga Kesehatan Mata agar Tak Berujung Disabilitas Netra

Disabilitas netra dapat terjadi pada siapa saja dengan berbagai penyebab. Sebagian besar gangguan penglihatan yang berpotensi berujung tunanetra bisa dicegah dan diobati.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 01 Nov 2022, 18:00 WIB
Diterbitkan 01 Nov 2022, 18:00 WIB
Ilustrasi penyandang tunanetra
Ilustrasi penyandang tunanetra. Photo by MART PRODUCTION

Liputan6.com, Jakarta Disabilitas netra dapat terjadi pada siapa saja dengan berbagai penyebab. Sebagian besar gangguan penglihatan yang berpotensi berujung tunanetra bisa dicegah dan diobati.

Sebelum terjadi hal yang tidak diinginkan pada mata, maka National Eye Institute (NEI) menyarankan sejumlah langkah sederhana yang dapat diambil untuk memastikan mata tetap sehat. Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah:

- Berhenti merokok karena merokok telah dikaitkan dengan peningkatan risiko terkena katarak, kerusakan saraf optik dan degenerasi makula terkait usia

- Makan makanan yang seimbang dan pertahankan berat badan yang sehat

- Bersihkan tangan dan lensa kontak dengan benar untuk mengurangi risiko infeksi mata

- Ketahui riwayat kesehatan mata keluarga. Banyak gangguan mata yang serius seperti retinitis pigmentosa bersifat herediter (turunan). Mengetahui risiko terkena kondisi tersebut sejak awal dapat mengoptimalkan tingkat perawatan yang tersedia

- Lakukan pemeriksaan mata yang komprehensif. Satu-satunya cara untuk benar-benar yakin akan kesehatan mata adalah dengan mengunjungi ahli perawatan mata

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa selama puluhan tahun terakhir telah terjadi kemajuan yang signifikan dalam pencegahan dan penyembuhan gangguan penglihatan di banyak negara di dunia. Pada tahun 2013, Majelis Kesehatan Dunia menyetujui Rencana Aksi 2014-19 untuk akses universal terhadap kesehatan mata. Tujuan dari rencana ini adalah untuk mengurangi gangguan penglihatan yang dapat dihindari sebesar 25 persen pada tahun 2019.

80 Persen Bisa Disembuhkan

Gangguan penglihatan sendiri ada yang bisa disembuhkan ada pula yang tidak.

Umumnya, gangguan penglihatan disebabkan oleh kelainan refraksi yang tidak terkoreksi (43 persen) atau katarak (33 persen). Kelainan refraksi meliputi miopia (rabun jauh), hiperopia (rabun dekat), dan astigmatisme, di mana kornea atau lensa tidak memiliki bentuk lengkung yang sempurna.

Ketika gangguan penglihatan disebabkan oleh masalah ini, seringkali pengobatan sudah tersedia. Kesalahan refraksi dapat dikoreksi dengan kacamata, lensa kontak atau operasi refraksi. Sedangkan, katarak atau kekeruhan lensa biasanya diobati dengan prosedur pembedahan yang termasuk paling sering dilakukan di AS.

Sekitar 80 persen gangguan penglihatan dapat dicegah atau disembuhkan. Artinya, masih ada 20 persen kasus yang saat ini tidak ada cara untuk menyembuhkannya.

Kasus-kasus yang tak bisa disembuhkan biasanya ditandai dengan kehilangan penglihatan secara bertahap sampai gangguan menjadi lebih parah sehingga pasien benar-benar menjadi penyandang disabilitas netra.

Degenerasi Retina

Salah satu kondisi yang penanganannya sulit adalah gangguan degenerasi retina. Penyakit ini merusak retina, lapisan jaringan di bagian belakang mata yang mengandung sel-sel pendeteksi cahaya yang masuk ke organ tersebut.

Sejumlah penyakit degeneratif juga bisa berujung pada disabilitas netra. Ini termasuk retinitis pigmentosa, degenerasi makula, dan sindrom Usher. Secara khusus, degenerasi makula terkait usia adalah penyebab utama tunanetra di negara maju, seperti mengutip Medical News Today, Selasa 1 November 2022.

Seorang konsultan oftalmologi di Mayo Clinic Dr. Raymond Iezzi menjelaskan soal tantangan terbesar dalam pengobatan degenerasi retina.

Menurutnya, para ilmuwan dan dokter menghadapi banyak tantangan dalam mengembangkan perawatan karena ada beberapa ratus kelainan biokimia yang mendasari gangguan tersebut.

"Sementara ada beberapa pola degenerasi retina, masing-masing ditangani secara berbeda tergantung pada sel yang terkena serta tahap dan tingkat keparahan degenerasi mereka," kata Iezzi mengutip Medical News Today.

Setiap Kondisi Berbeda

Ketika kondisi degenerasi retina pertama kali didiagnosis, semuanya diberi label sebagai retinitis pigmentosa. Seiring dengan peningkatan pengetahuan di bidang ini, para ilmuwan menjadi sadar bahwa ada berbagai kondisi terkait yang berbeda. Masing-masing memengaruhi area retina yang berbeda dengan mekanisme spesifiknya sendiri.

Pada pasien yang penglihatannya masih baik, pendekatan terapeutik dapat diarahkan pada pelindung saraf atau terapi gen.

“Dengan melindungi sel-sel di dalam retina dari kematian yang terkait dengan gangguan biokimia yang mendasarinya, kami dapat mempertahankan penglihatan di antara populasi besar pasien,” jelas Iezzi.

“Strategi perlindungan saraf yang kuat akan mencegah kematian sel dan kehilangan penglihatan, terlepas dari kelainan biokimia yang mendasarinya,” katanya.

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas
Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya