Ternyata Batang Singkong Bisa Gantikan Batu Bara

Di Lampung, pemanfaatan batang singkong mampu menggantikan 2.500 ton batu bara per bulan, melibatkan 23 pekerja dengan pendapatan rata-rata Rp 80.000 per hari.

oleh Septian Deny diperbarui 24 Nov 2024, 22:16 WIB
Diterbitkan 24 Nov 2024, 22:15 WIB
FOTO: Ekspor Batu Bara Indonesia Melesat
Kapal tongkang pengangkut batu bara lepas jangkar di Perairan Bojonegara, Serang, Banten, Kamis (21/10/2021). Ekspor batu bara menjadi penyumbang terbesar dengan kontribusi mencapai 70,33 persen dan kenaikan hingga 168,89 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Subholding PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) menjadikan pengembangan ekosistem biomassa sebagai bahan baku utama cofiring di PLTUb sebagai dukukang pencapaian target transisi energi di Indonesia.

Vice President Strategi Pengembangan Bisnis Biomassa PLN EPI, Anita Puspita Sari menjelaskan PLN EPI mengembangkan ekosistem biomassa berbasis ekonomi kerakyatan. Biomassa mampu menjadi salah satu faktor pengurangan emisi di PLTU, sekaligus mampu mendorong perekonomian rakyat.

PLN EPI juga telah membangun rantai pasok biomassa yang terintegrasi untuk memastikan stabilitas pasokan ke PLTU. Strategi ini mencakup pembangunan hub dan sub-hub di sekitar PLTU serta optimalisasi logistik menggunakan transportasi darat, laut, dan sungai.

"Biomassa yang digunakan mencakup limbah replanting karet, serbuk sagu, batang singkong, hingga produk tanaman energi, seperti Indigofera," kata Anita, Minggu (24/11/2024).

Anita menyebutkan, contoh konkret pemanfaatan biomassa oleh PLN EPI melalui Green Economy Village (GEV). Di Tasikmalaya misalnya 30 hektar lahan ditanami 30.000 bibit Indigofera dan tanaman tumpang sari, seperti cabai dan singkong. Program ini tidak hanya menghasilkan biomassa tetapi juga pakan ternak, pupuk organik, dan pendapatan tambahan bagi masyarakat lokal.

"Melalui konsep pertanian terpadu, kami memanfaatkan lahan kritis untuk tanaman energi. Model ini mendukung keberlanjutan pasokan biomassa dan juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan melibatkan lebih dari 330 petani di berbagai wilayah," tambah Anita.

Pemanfaatan Batang Singkong

Di Lampung, pemanfaatan batang singkong mampu menggantikan 2.500 ton batu bara per bulan, melibatkan 23 pekerja dengan pendapatan rata-rata Rp 80.000 per hari. Sementara di Aceh, pemanfaatan sekam padi menyerap 24 tenaga kerja dengan kapasitas 300 ton per bulan.

"Program ini tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga memberikan dampak sosial yang signifikan. Dengan memanfaatkan limbah, kita menciptakan peluang kerja bagi masyarakat lokal sekaligus mendukung transisi energi hijau," jelas Anita.

Sebagai bagian dari transformasi hijau, PLN Grup tidak akan menandatangani kontrak baru untuk PLTU, melainkan memaksimalkan aset PLTU yang ada melalui cofiring biomassa. Dengan pendekatan ini, PLN dapat mengurangi biaya emisi hingga 18,5 juta ton CO2 menjadikannya solusi energi terbarukan yang cepat, murah, dan berdampak luas.

PLN EPI menegaskan bahwa pemanfaatan biomassa, baik dari limbah maupun tanaman energi, merupakan langkah strategis untuk mendukung target NZE 2060 serta meningkatkan kemandirian energi nasional.

 

Kapasitas Pembangkit Listrik Bakal Bertambah 68 GW, Segini Nilai Investasinya

Proyek PLTS Terapung Cirata ini akan menjadi PLTS terapung terbesar di kawasan Asia Tenggara. Dok:PLN
Proyek PLTS Terapung Cirata ini akan menjadi PLTS terapung terbesar di kawasan Asia Tenggara. Dok:PLN

Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung mengatakan, pemerintah menargetkan penambahan kapasitas pembangkit listrik sebesar 68 gigawatt (GW) dalam 10 tahun ke depan.

Dari jumlah tersebut, sekitar 47 GW di antaranya ditargetkan berasal dari energi baru terbarukan (EBT). Kata Yuliot, proyek ini tidak hanya merupakan langkah penting untuk mempercepat transisi energi, tetapi juga membutuhkan investasi yang sangat besar, diperkirakan lebih dari Rp800 triliun.

"Pemerintah juga menargetkan adanya tambahan pembangkit sekitar 68 GW dalam 10 tahun ke depan, termasuk porsi EBT sekitar 47 GW dengan total investasi pembangkit listrik itu lebih dari sekitar Rp800 triliun,” kata Yuliot dalam acara Electricity Connect 2024, di JCC, Jakarta, Rabu (20/11/2024).

Adapun salah satu contoh implementasi nyata dari upaya ini adalah proyek pembangkit listrik tenaga surya terapung (PLTS) di Cirata.

Dengan kapasitas yang signifikan, PLTS ini diprediksi dapat mengurangi emisi CO2 hingga 214.000 ton per tahun, serta menghasilkan sekitar 200 juta kilowatt-hour energi hijau. Proyek ini juga melibatkan kolaborasi antara PT PLN dan Masdar, yang tidak hanya berpotensi menghasilkan energi bersih, tetapi juga menciptakan lebih dari 1.400 lapangan kerja. 

“Jadi kalau kita lihat dari pengalaman kita untuk PLTS terapung di Cirata, ini indikasinya adalah ini akan terjadi pengurangan emisi CO2 sebesar 214.000 ton per tahun, kemudian adanya energi hijau sebanyak 200 juta kilowatt hour,” ujarnya.

 

 

Penyebaran Energi Terbarukan

Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung terbesar di Asia Tenggara dengan kapasitas 145 MWac atau setara dengan 192 MWp yang berlokasi di Waduk Cirata, Jawa Barat. Dok PLN
Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung terbesar di Asia Tenggara dengan kapasitas 145 MWac atau setara dengan 192 MWp yang berlokasi di Waduk Cirata, Jawa Barat. Dok PLN

Dia menuturkan, keberhasilan PLTS terapung Cirata dapat menjadi model bagi proyek serupa di berbagai wilayah Indonesia, mendukung penyebaran energi terbarukan secara merata di seluruh nusantara.

“Mungkin ini bisa kita buat merupakan bagian dari contoh implementasi dan juga bagaimana kita duplikasi untuk kegiatan-kegiatan di tempat lain sehingga ketersediaan untuk energi secara merata secara nasional itu bisa tercapai,” ujarnya.

Selain itu, untuk mendukung upaya dekarbonisasi sektor ketenagalistrikan, pemerintah telah meluncurkan berbagai inisiatif, salah satunya adalah program co-firing pada pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dengan biomassa. Program ini bertujuan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil melalui konversi energi, serta mengurangi emisi karbon secara signifikan. 

Pemerintah juga mengembangkan teknologi gasifikasi untuk menggantikan penggunaan bahan bakar minyak (BBM) dengan gas, sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan efisiensi energi dan mempercepat transisi menuju energi yang lebih bersih.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya