Liputan6.com, Jakarta - Guna menjaga kebersihan dan kesehatan anak disabilitas, Yayasan Ananda Mutiara Indonesia (Y-AMI) di Jawa Timur kembali mengadakan khitan massal untuk anak berkebutuhan khusus (ABK).
Khitan kali ini dilakukan secara roadshow di tiga tempat yakni di Solo, Malang, dan Probolinggo. Khitan massal di Solo dilakukan pada 26 Agustus lalu, di Malang pada 2 September, dan di Probolinggo pada 9 September dengan total peserta 150 anak.
“Alhamdulillah untuk Solo kami sudah kedua kali, tanggal 26 Agustus dengan jumlah peserta 52 orang dan yang paling besar usia 22 tahun. Cukup banyak dari peserta yang usianya menginjak remaja di atas 14 tahun, rata-rata usia 18-an,” kata Ketua Y-AMI, Yenni Darmawanti, S.E kepada Disabilitas Liputan6.com melalui pesan suara dikutip Selasa (5/9/2023).
Advertisement
Acara ini didukung oleh Balai Besar Prof. Dr. Soeharso yang merupakan unit pelaksana dari Kementerian Sosial (Kemensos).
“Artinya Kemensos hadir dan menyatakan bahwa khitan adalah pemenuhan hak-hak disabilitas dan anak istimewa. Kemensos bersedia untuk mengadvokasi khitan ini ke Jawa Timur karena area kerja dari balai besar juga ada di Jawa Timur yakni di Malang dan Probolinggo,” tambah Yenni.
Dengan begitu, khitan yang diselenggarakan di Malang dan Probolinggo merupakan khitan massal perdana yang mendapat dukungan langsung dari Kemensos.
“Alhamdulillah Y-AMI mendapatkan kepercayaan dari Kemensos bahwa khitan ABK ini sudah disetujui sebagai hal yang sangat penting untuk kesehatan ananda istimewa dan Kemensos ikut hadir untuk memberi dukungan pemenuhan hak kepada penyandang disabilitas.”
Antusiasme Peserta
Yenni juga bercerita, antusiasme peserta terutama di Solo dalam menyambut khitan massal sangat luar biasa.
“Antusiasmenya sangat luar biasa, aduh saya enggak bisa ngomong, hanya dalam waktu 26 hari sudah terkumpul 52 peserta khitan di Solo.”
Sementara di Malang dan Probolinggo, antusiasme peserta juga tinggi, hanya saja jangkauan peserta masih agak sulit.
“Daerah-daerah lain juga sama antusiasmenya, cuman mereka masih agak sulit jangkauannya karena kan Malang dan Probolinggo itu lumayan juga daerahnya. Jadi panitia harus turun gunung, jemput bola, ke setiap keluarga dan mengedukasi langsung,” jelas Yenni.
Advertisement
Cerita Menarik Selama Rangkaian Roadshow
Selama rangkaian roadshow khitan massal, ada cerita menarik yang terjadi. Khususnya saat pelaksanaan khitan pada 26 Agustus di Solo.
“Cerita menarik yang terjadi di tanggal 26 Agustus ini ada satu peserta yang batal karena sakit demam tinggi. Ternyata ada satu peserta yang membawa adik dan adiknya ini penyandang disabilitas tapi baru berusia 8 bulan.”
Pihak Yenni pun memberi edukasi kepada orangtua bayi tersebut bahwa khitan bayi akan jauh lebih memudahkan semua pihak dalam mengkhitan anak. Pasalnya, semakin besar, anak semakin berisiko tantrum saat dikhitan.
“Alhamdulillah orangtuanya bersedia, jadi akhirnya bayi usia 8 bulan itu dikhitan.”
Peserta Usia Dewasa
Cerita menarik lainnya datang dari peserta dewasa yang berumur 22 tahun. Hal seperti ini lumrah ditemui Yenni, pasalanya, anak disabilitas kerap menolak untuk dikhitan karena takut.
Waktu pun berjalan hingga mereka tumbuh dewasa tapi belum dikhitan juga.
“Ada peserta yang usia 22 tahun, berat badannya 90 kg. Dia langsung sembunyi di dalam mobil. Akhirnya kami dari panitia masuk dari belakang dan berusaha membuatnya keluar dari mobil.”
Perlu delapan orang untuk memegangi peserta tersebut agar tidak kabur. Namun, ketika ia melihat dokter perempuan yang akan memeriksanya, seketika dia berperilaku manis dan tidak rewel. Khitan pun dapat berjalan dengan baik.
Advertisement