Liputan6.com, Jakarta Selama 3,5 tahun terakhir, Yayasan Ananda Mutiara Indonesia (Y-AMI) mengedukasi masyarakat dengan menyelenggarakan khitan khusus untuk anak disabilitas.
Menurut Ketua Umum Y-AMI, Yenni Darmawanti, SE., pada masa awal penyelenggaraan khitan anak berkebutuhan khusus (ABK), pesertanya cenderung sudah dewasa.
Baca Juga
“Di awal, yang dikhitan sampai usia 27 tahun dan cukup banyak yang sudah remaja usia 17 sampai 18 tahun, sehingga dibutuhkan kerja keras relawan untuk memegang lebih banyak,” kata Yenni kepada Disabilitas Liputan6.com melalui pesan tertulis, Rabu (28/6/2023).
Advertisement
Namun, kini pesertanya cenderung lebih muda. Dari hal ini, Yenni melihat bahwa masyarakat khususnya orangtua disabilitas mulai mengerti soal pentingnya khitan bagi anak-anak disabilitas.
“Alhamdulillah sangat bersyukur edukasi khitan ABK selama 3,5 tahun ini cukup berhasil,” ucap Yenni.
Acara khitan massal terbaru digelar pada Minggu, 25 Juni 2023 pukul 07.00 hingga 11.15 dengan total peserta sebanyak 63 anak.
“Peserta paling kecil usia tiga tahun, paling besar usia 14 tahun dan rata-rata yang berkhitan di usia 11 dan 12 tahun,” ujar Yenni.
Khitan massal kali ini diselenggarakan di sekretariat Y-AMI, Taman Puspa Anggaswangi blok i2 nomor 4-5 Sukodono, Sidoarjo, Jawa Timur.
“Alhamdulillah kali ini sudah lebih banyak didominasi usia 11 sampai 12. Antusias peserta juga sangat luar biasa terbukti kuota khitan ceria special need (khitan disabilitas) ini selalu terpenuhi bahkan lebih banyak meskipun dengan kesederhanaan tetapi sangat lekat dengan kebersamaan.”
Peserta datang Dari Berbagai Daerah
Yenni menambahkan, kali ini peserta juga cukup banyak yang datang dari luar kota dengan rincian sebagai berikut:
- Mojokerto lima anak
- Nganjuk tiga anak
- Kediri tiga anak
- Malang dua anak
- Pasuruan satu anak
- Jombang satu anak
- Gresik satu anak
- Sisanya dari Sidoarjo.
Selain menyediakan layanan khitan gratis, Y-AMI juga menyediakan tempat untuk bermalam bagi peserta dan keluarga yang rumahnya jauh.
“Shelter Y-AMI di Sidoarjo pun full bisa digunakan untuk singgah peserta dari luar kota yang bermalam, semua fasilitas kami sedia kan gratis.”
Advertisement
Ragam Disabilitas Peserta
Khitan massal ini pun diikuti oleh anak-anak dengan beragam disabilitas dengan rincian sebagai berikut:
- Down syndrome enam anak
- Autisme 25 anak
- Tuli delapan anak
- Epilepsi satu anak
- Cerebral Palsy (CP) delapan anak
- Slow learner empat anak
- Tuna grahita tiga anak
- Meningitis satu anak
“Dan sebagai bentuk kepedulian Y-AMI dengan lingkungan masyarakat sekitar, kami memberikan kuota tujuh anak yatim dhuafa untuk bersama dikhitan.”
Khitan ABK Sebaiknya Dilakukan Sejak Usia Dini
Yenni pun menjelaskan bahwa khitan ABK lebih baik dilakukan sejak usia dini. Bukan tanpa alasan, ini terkait dengan kemudahan saat proses khitan.
“Untuk ABK, kenapa lebih kecil lebih baik karena tenaganya belum maksimal. Kalau sudah besar kan tenaganya besar banget. Jadi kesulitan yang paling banyak itu di panitia,” ujar Yenni.
Ditambah, beberapa ABK memiliki kebiasaan-kebiasaan buruk seperti meludah. Anak ABK yang sudah besar juga cenderung tidak dapat menahan buang air kecil sehingga cenderung pipis di tempat khitan dan air seninya mengalir kemana-mana.
“Untuk menangani anak ABK 10 tahun ke atas panitia sudah bekerja keras makanya segera dikhitan sejak kecil itu semakin baik.”
Di sisi lain, jika anak dikhitan di usia menuju remaja atau dewasa maka ada kendala lain yang dapat dihadapi. Hal ini berkaitan dengan metode sunat smart klamp. Dalam metode ini ada tabung dan penutup yang digunakan untuk menutup kepala penis.
“Nah, ini untuk anak yang sudah besar biasanya kalau pagi otomatis mengalami ereksi atau menggelembung, ini membuat sembuhnya lebih lama dibanding anak-anak yang belum mengalami ereksi pagi,” pungkasnya.
Advertisement