Liputan6.com, Jakarta Sifilis, yang juga dikenal sebagai raja singa, merupakan infeksi menular seksual (IMS) yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum. Penyakit ini dapat menyerang berbagai organ tubuh dan berkembang melalui beberapa tahap jika tidak segera ditangani. Sifilis umumnya ditularkan melalui kontak langsung dengan luka sifilis selama aktivitas seksual, namun juga dapat ditularkan dari ibu ke janin selama kehamilan atau persalinan.
Infeksi sifilis dimulai dengan munculnya luka kecil yang tidak nyeri di area yang terinfeksi, biasanya di daerah alat kelamin, dubur, atau mulut. Luka ini cenderung tidak menimbulkan rasa sakit sehingga sering tidak disadari oleh penderitanya. Meski demikian, penderita tetap dapat menularkan infeksi ke orang lain pada tahap ini.
Advertisement
Jika tidak diobati dengan tepat, sifilis dapat berkembang menjadi kondisi yang serius dan menyebabkan komplikasi jangka panjang. Infeksi ini dapat merusak organ-organ penting seperti otak, jantung, dan sistem saraf. Pada ibu hamil, sifilis yang tidak ditangani dapat mengakibatkan kelainan pada janin atau bahkan kematian bayi.
Advertisement
Oleh karena itu, sangat penting untuk mengenali ciri-ciri sifilis sedini mungkin dan segera mencari pengobatan medis. Deteksi dan penanganan dini dapat mencegah perkembangan penyakit ke tahap yang lebih parah serta mengurangi risiko penularan ke orang lain.
Penyebab Sifilis
Sifilis disebabkan oleh infeksi bakteri Treponema pallidum. Bakteri ini masuk ke dalam tubuh melalui membran mukosa atau kulit yang terluka. Berikut adalah beberapa cara utama penularan sifilis:
- Kontak seksual langsung dengan luka sifilis, termasuk seks vaginal, anal, dan oral
- Dari ibu yang terinfeksi ke janin selama kehamilan atau saat persalinan (sifilis kongenital)
- Transfusi darah dari donor yang terinfeksi (sangat jarang terjadi karena adanya skrining darah)
- Penggunaan jarum suntik yang terkontaminasi secara bergantian
Faktor-faktor yang meningkatkan risiko seseorang terkena sifilis antara lain:
- Melakukan hubungan seksual tanpa pengaman dengan berganti-ganti pasangan
- Memiliki pasangan seksual yang terinfeksi sifilis
- Pria yang berhubungan seks dengan pria
- Orang dengan HIV/AIDS
- Pekerja seks komersial dan pelanggannya
- Pengguna narkoba suntik
Penting untuk dipahami bahwa sifilis tidak dapat menular melalui penggunaan toilet umum, berbagi peralatan makan, berenang di kolam renang yang sama, atau kontak kasual sehari-hari. Penularan hanya terjadi melalui kontak langsung dengan luka sifilis atau melalui cairan tubuh yang terinfeksi.
Advertisement
Ciri-ciri Sifilis Berdasarkan Tahapan
Sifilis berkembang melalui beberapa tahap, dan setiap tahap memiliki ciri-ciri atau gejala yang berbeda. Berikut adalah penjelasan detail mengenai ciri-ciri sifilis pada setiap tahapnya:
1. Sifilis Primer
Tahap ini biasanya muncul 3-90 hari setelah terpapar bakteri. Ciri-ciri utama sifilis primer meliputi:
- Munculnya satu atau beberapa luka kecil (chancre) di tempat bakteri masuk ke tubuh
- Luka biasanya muncul di alat kelamin, dubur, atau mulut
- Luka berbentuk bulat, keras, dan tidak terasa nyeri
- Ukuran luka sekitar 1-2 cm
- Luka dapat sembuh sendiri dalam 3-6 minggu tanpa pengobatan
- Pembengkakan kelenjar getah bening di sekitar area yang terinfeksi
Meski luka sembuh sendiri, bukan berarti infeksi telah hilang. Bakteri tetap ada dalam tubuh dan dapat berkembang ke tahap berikutnya jika tidak diobati.
2. Sifilis Sekunder
Tahap ini muncul 2-8 minggu setelah luka pada tahap primer sembuh. Ciri-ciri sifilis sekunder meliputi:
- Ruam kulit yang tidak gatal di seluruh tubuh, terutama di telapak tangan dan kaki
- Ruam berbentuk bintik-bintik merah atau coklat kemerahan
- Lesi berupa luka terbuka di selaput lendir mulut, vagina, atau anus
- Demam ringan (tidak lebih dari 38,3°C)
- Kelelahan dan rasa tidak nyaman pada tubuh
- Sakit tenggorokan
- Penurunan berat badan
- Nyeri otot
- Pembengkakan kelenjar getah bening di seluruh tubuh
- Rambut rontok terutama di alis, bulu mata, dan kulit kepala (alopecia sifilis)
Gejala pada tahap ini dapat hilang sendiri dalam beberapa minggu hingga satu tahun, namun infeksi tetap ada dalam tubuh jika tidak diobati.
3. Sifilis Laten
Pada tahap ini, tidak ada gejala yang terlihat (asimtomatik), namun infeksi masih ada dalam tubuh. Tahap laten dibagi menjadi dua:
- Laten dini: berlangsung hingga 1 tahun setelah infeksi awal
- Laten lanjut: berlangsung lebih dari 1 tahun setelah infeksi awal
Meski tidak ada gejala, penderita masih dapat menularkan infeksi ke orang lain, terutama pada tahap laten dini.
4. Sifilis Tersier
Tahap ini muncul 10-30 tahun setelah infeksi awal jika tidak diobati. Sifilis tersier dapat menyebabkan kerusakan serius pada organ-organ tubuh. Ciri-ciri sifilis tersier meliputi:
- Gumma: tumor lunak yang dapat tumbuh di kulit, tulang, atau organ dalam
- Masalah kardiovaskular seperti aneurisma aorta atau peradangan pembuluh darah
- Masalah neurologis seperti stroke, meningitis, atau demensia
- Kerusakan mata yang dapat menyebabkan kebutaan
- Gangguan pendengaran atau ketulian
- Kelumpuhan atau gangguan koordinasi gerak
Tahap ini sangat berbahaya dan dapat mengancam jiwa jika tidak segera ditangani.
Diagnosis Sifilis
Diagnosis sifilis dilakukan melalui beberapa metode, tergantung pada tahap infeksi dan gejala yang muncul. Berikut adalah beberapa cara yang digunakan untuk mendiagnosis sifilis:
1. Pemeriksaan Fisik
Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik menyeluruh, terutama pada area alat kelamin, mulut, dan kulit. Mereka akan mencari tanda-tanda khas sifilis seperti luka chancre atau ruam.
2. Tes Darah
Tes darah merupakan metode utama untuk mendiagnosis sifilis. Ada dua jenis tes yang umumnya digunakan:
- Tes non-treponemal: seperti VDRL (Venereal Disease Research Laboratory) atau RPR (Rapid Plasma Reagin). Tes ini mendeteksi antibodi yang diproduksi tubuh sebagai respons terhadap kerusakan jaringan akibat sifilis.
- Tes treponemal: seperti FTA-ABS (Fluorescent Treponemal Antibody Absorption) atau TPHA (Treponema Pallidum Hemagglutination Assay). Tes ini mendeteksi antibodi spesifik terhadap bakteri Treponema pallidum.
Biasanya, kombinasi dari kedua jenis tes ini digunakan untuk memastikan diagnosis sifilis.
3. Pemeriksaan Mikroskopis
Jika ada luka yang mencurigakan, dokter dapat mengambil sampel cairan dari luka tersebut dan memeriksanya di bawah mikroskop untuk mencari keberadaan bakteri Treponema pallidum.
4. Pemeriksaan Cairan Serebrospinal
Jika dicurigai adanya keterlibatan sistem saraf (neurosifilis), dokter mungkin akan melakukan pungsi lumbal untuk memeriksa cairan serebrospinal.
5. Pemeriksaan Penunjang Lainnya
Tergantung pada gejala dan tahap sifilis, dokter mungkin akan merekomendasikan pemeriksaan tambahan seperti:
- Rontgen dada untuk memeriksa komplikasi kardiovaskular
- CT scan atau MRI otak untuk mendeteksi kerusakan neurologis
- Pemeriksaan mata dan pendengaran untuk menilai komplikasi pada indera
Penting untuk diingat bahwa hasil tes sifilis dapat negatif palsu pada tahap awal infeksi. Oleh karena itu, jika ada kecurigaan terpapar sifilis, mungkin perlu dilakukan tes ulang setelah beberapa minggu.
Advertisement
Pengobatan Sifilis
Pengobatan sifilis bertujuan untuk membunuh bakteri penyebab dan mencegah perkembangan penyakit ke tahap yang lebih parah. Metode pengobatan yang digunakan tergantung pada tahap infeksi dan kondisi pasien. Berikut adalah penjelasan detail mengenai pengobatan sifilis:
1. Antibiotik
Antibiotik merupakan pengobatan utama untuk sifilis. Jenis antibiotik yang paling sering digunakan adalah:
- Penisilin: Ini adalah antibiotik pilihan utama untuk semua tahap sifilis. Biasanya diberikan dalam bentuk suntikan.
- Doksisiklin: Digunakan sebagai alternatif bagi pasien yang alergi terhadap penisilin.
- Tetrasiklin: Juga dapat digunakan sebagai alternatif penisilin.
- Azithromycin: Kadang digunakan untuk sifilis tahap awal, tetapi resistensi terhadap antibiotik ini telah dilaporkan di beberapa daerah.
Dosis dan durasi pengobatan akan bervariasi tergantung pada tahap sifilis:
- Untuk sifilis primer, sekunder, dan laten dini: Biasanya cukup dengan satu kali suntikan penisilin dosis tinggi.
- Untuk sifilis laten lanjut atau tersier: Mungkin memerlukan beberapa kali suntikan penisilin selama beberapa minggu.
- Untuk neurosifilis: Memerlukan dosis penisilin yang lebih tinggi, biasanya diberikan melalui infus intravena selama 10-14 hari.
2. Pemantauan Pasca Pengobatan
Setelah pengobatan, pasien perlu menjalani pemeriksaan berkala untuk memastikan infeksi telah sembuh. Ini meliputi:
- Tes darah berulang pada interval tertentu (biasanya 3, 6, dan 12 bulan setelah pengobatan)
- Pemeriksaan klinis untuk memastikan gejala telah hilang
- Untuk kasus neurosifilis, mungkin diperlukan pungsi lumbal ulang untuk memeriksa cairan serebrospinal
3. Penanganan Efek Samping
Beberapa pasien mungkin mengalami reaksi Jarisch-Herxheimer setelah memulai pengobatan. Ini adalah reaksi yang terjadi ketika banyak bakteri mati sekaligus, menyebabkan gejala seperti demam, menggigil, dan nyeri otot. Reaksi ini biasanya berlangsung tidak lebih dari 24 jam dan dapat diatasi dengan obat pereda nyeri.
4. Pengobatan Pasangan
Pasangan seksual dari penderita sifilis juga perlu diperiksa dan diobati jika terinfeksi. Ini penting untuk mencegah reinfeksi dan menghentikan penyebaran penyakit.
5. Pengobatan Sifilis pada Ibu Hamil
Ibu hamil dengan sifilis harus segera diobati untuk mencegah penularan ke janin. Penisilin tetap menjadi pilihan utama dan aman digunakan selama kehamilan. Dosis dan jadwal pengobatan mungkin perlu disesuaikan.
6. Penanganan Komplikasi
Untuk sifilis tahap lanjut yang telah menyebabkan komplikasi, mungkin diperlukan penanganan tambahan:
- Pengobatan penyakit jantung yang disebabkan oleh sifilis
- Terapi untuk masalah neurologis
- Perawatan mata atau telinga jika terjadi komplikasi pada indera tersebut
Penting untuk menyelesaikan seluruh rangkaian pengobatan yang diresepkan, meskipun gejala telah hilang. Selama masa pengobatan dan hingga dinyatakan sembuh oleh dokter, pasien dianjurkan untuk tidak melakukan aktivitas seksual untuk mencegah penularan.
Pencegahan Sifilis
Pencegahan sifilis sangat penting mengingat dampak serius yang dapat ditimbulkan oleh penyakit ini. Berikut adalah langkah-langkah yang dapat diambil untuk mencegah infeksi dan penyebaran sifilis:
1. Praktik Seks Aman
- Gunakan kondom dengan benar setiap kali melakukan hubungan seksual. Meski kondom tidak 100% efektif mencegah penularan sifilis, penggunaan yang konsisten dapat mengurangi risiko secara signifikan.
- Batasi jumlah pasangan seksual. Semakin banyak pasangan seksual, semakin tinggi risiko terpapar sifilis dan IMS lainnya.
- Hindari melakukan hubungan seksual dengan orang yang memiliki gejala sifilis atau IMS lainnya.
2. Skrining Rutin
- Lakukan tes sifilis secara rutin, terutama jika Anda termasuk dalam kelompok berisiko tinggi (misalnya, pria yang berhubungan seks dengan pria, pekerja seks, atau orang dengan HIV).
- Ibu hamil harus menjalani tes sifilis setidaknya sekali selama kehamilan, idealnya pada trimester pertama.
3. Komunikasi Terbuka dengan Pasangan
- Diskusikan riwayat seksual dan status kesehatan dengan pasangan sebelum melakukan hubungan seksual.
- Jika Anda didiagnosis dengan sifilis, beritahu semua pasangan seksual Anda agar mereka dapat diperiksa dan diobati jika perlu.
4. Hindari Berbagi Barang Pribadi
- Jangan berbagi barang pribadi yang dapat terkontaminasi dengan darah atau cairan tubuh lainnya, seperti sikat gigi atau alat cukur.
5. Edukasi dan Kesadaran
- Pelajari tentang sifilis dan IMS lainnya, termasuk cara penularan dan pencegahannya.
- Tingkatkan kesadaran tentang pentingnya kesehatan seksual di komunitas Anda.
6. Pengobatan Dini
- Jika Anda mencurigai telah terpapar sifilis atau mengalami gejala, segera cari pengobatan medis.
- Pengobatan dini dapat mencegah perkembangan penyakit dan mengurangi risiko penularan ke orang lain.
7. Pencegahan pada Ibu Hamil
- Ibu hamil yang terinfeksi sifilis harus segera diobati untuk mencegah penularan ke janin.
- Pasangan dari ibu hamil juga harus diperiksa dan diobati jika terinfeksi.
8. Hindari Penggunaan Narkoba dan Alkohol Berlebihan
- Penggunaan narkoba dan konsumsi alkohol berlebihan dapat meningkatkan perilaku seksual berisiko.
9. Program Pencegahan Komunitas
- Dukung dan ikuti program pencegahan IMS yang diselenggarakan oleh pemerintah atau organisasi kesehatan setempat.
Ingat, pencegahan adalah kunci dalam mengendalikan penyebaran sifilis. Kombinasi dari praktik seks aman, skrining rutin, dan kesadaran akan risiko dapat secara signifikan mengurangi kemungkinan terinfeksi atau menularkan sifilis.
Advertisement
Komplikasi Sifilis
Jika tidak diobati dengan tepat, sifilis dapat menyebabkan berbagai komplikasi serius yang mempengaruhi berbagai sistem organ dalam tubuh. Berikut adalah penjelasan detail mengenai komplikasi yang mungkin timbul akibat sifilis:
1. Komplikasi Neurologis (Neurosifilis)
Neurosifilis terjadi ketika infeksi sifilis menyerang sistem saraf pusat. Komplikasi ini dapat muncul pada tahap apa pun dari perkembangan penyakit, bahkan pada tahap awal. Gejala dan dampaknya meliputi:
- Meningitis sifilis: Peradangan selaput otak yang dapat menyebabkan sakit kepala parah, kaku leher, dan demam.
- Stroke: Kerusakan pembuluh darah di otak dapat menyebabkan stroke.
- Demensia: Penurunan fungsi kognitif yang progresif, termasuk masalah memori dan perubahan kepribadian.
- Kelumpuhan umum: Kerusakan otak yang menyebabkan masalah dengan koordinasi gerakan dan fungsi mental.
- Gangguan saraf kranial: Dapat menyebabkan masalah penglihatan, pendengaran, atau fungsi wajah.
2. Komplikasi Kardiovaskular
Sifilis dapat mempengaruhi jantung dan pembuluh darah, menyebabkan:
- Aneurisma aorta: Pembengkakan abnormal pada aorta yang dapat pecah dan mengancam jiwa.
- Aortitis: Peradangan aorta yang dapat menyebabkan masalah katup jantung.
- Endokarditis: Peradangan lapisan dalam jantung.
- Miokarditis: Peradangan otot jantung.
3. Komplikasi pada Mata (Sifilis Okular)
Sifilis dapat menyebabkan berbagai masalah mata, termasuk:
- Uveitis: Peradangan lapisan tengah mata.
- Retinitis: Peradangan retina yang dapat menyebabkan kebutaan.
- Neuritis optik: Peradangan saraf optik yang dapat mempengaruhi penglihatan.
- Keratitis interstisial: Peradangan kornea yang dapat menyebabkan kebutaan.
4. Komplikasi pada Telinga (Otosifilis)
Sifilis dapat mempengaruhi telinga bagian dalam, menyebabkan:
- Gangguan pendengaran hingga ketulian.
- Vertigo atau masalah keseimbangan.
- Tinnitus (telinga berdenging).
5. Gumma
Gumma adalah lesi granulomatosa yang dapat terbentuk di berbagai bagian tubuh pada sifilis tahap lanjut. Gumma dapat muncul di:
- Kulit
- Tulang
- Hati
- Otak
- Organ dalam lainnya
Gumma dapat menyebabkan kerusakan jaringan dan gangguan fungsi organ.
6. Komplikasi pada Kehamilan dan Janin
Sifilis pada ibu hamil dapat menyebabkan:
- Keguguran
- Kelahiran prematur
- Kematian janin dalam kandungan (stillbirth)
- Sifilis kongenital pada bayi, yang dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan serius
7. Peningkatan Risiko HIV
Orang dengan sifilis memiliki risiko lebih tinggi untuk tertular HIV. Luka sifilis dapat menjadi pintu masuk bagi virus HIV.
8. Masalah Kulit dan Tulang
Pada tahap lanjut, sifilis dapat menyebabkan:
- Lesi kulit yang dalam dan merusak
- Periostitis: peradangan jaringan yang menyelimuti tulang
- Osteitis: peradangan tulang yang dapat menyebabkan nyeri dan deformitas
Penting untuk diingat bahwa sebagian besar komplikasi ini dapat dicegah dengan diagnosis dini dan pengobatan yang tepat. Oleh karena itu, sangat penting untuk melakukan skrining rutin dan segera mencari perawatan medis jika ada kecurigaan terinfeksi sifilis.
Kesimpulan
Sifilis merupakan penyakit menular seksual yang serius namun dapat disembuhkan jika dideteksi dan diobati sedini mungkin. Memahami ciri-ciri sifilis pada setiap tahapnya sangat penting untuk diagnosis dan pengobatan yang tepat. Gejala awal seperti luka tanpa rasa sakit atau ruam di tubuh sering kali diabaikan, padahal ini bisa menjadi tanda awal infeksi.
Pencegahan melalui praktik seks aman dan skrining rutin merupakan langkah kunci dalam mengendalikan penyebaran sifilis. Bagi yang sudah terdiagnosis, penting untuk menjalani pengobatan secara tuntas dan melakukan pemeriksaan lanjutan untuk memastikan kesembuhan.
Mengingat dampak serius yang dapat ditimbulkan oleh komplikasi sifilis, kesadaran masyarakat tentang penyakit ini perlu terus ditingkatkan. Edukasi tentang gejala, cara penularan, dan pentingnya pengobatan dini harus terus digalakkan untuk menekan angka kejadian sifilis.
Akhirnya, penting untuk menghilangkan stigma terkait penyakit menular seksual agar penderita tidak ragu mencari pengobatan. Dengan penanganan yang tepat dan dukungan yang memadai, sifilis dapat dikendalikan dan dampak negatifnya dapat diminimalkan.
Advertisement
![Loading](https://cdn-production-assets-kly.akamaized.net/assets/images/articles/loadingbox-liputan6.gif)