Liputan6.com, Jakarta - MLA (Modern Language Association) dan APA (American Psychological Association) merupakan dua gaya selingkung atau format penulisan yang paling sering digunakan dalam penulisan karya ilmiah akademik. Kedua format ini memiliki aturan dan pedoman tersendiri dalam hal pengutipan sumber, penyusunan daftar pustaka, serta tata letak naskah secara keseluruhan.
MLA dikembangkan oleh Modern Language Association dan umumnya digunakan dalam bidang humaniora, khususnya bahasa dan sastra. Format ini menekankan pada kemudahan pembaca dalam melacak sumber kutipan dengan cepat melalui penggunaan nama penulis dan nomor halaman dalam teks.
Sementara itu, APA diciptakan oleh American Psychological Association dan lebih banyak dipakai dalam bidang ilmu sosial dan perilaku. Gaya ini menitikberatkan pada pentingnya menyajikan informasi terkini dengan mencantumkan tahun publikasi dalam kutipan dalam teks.
Advertisement
Meskipun keduanya memiliki tujuan yang sama yaitu memberikan kredit pada sumber yang digunakan dan memudahkan pembaca melacak referensi, MLA dan APA memiliki sejumlah perbedaan signifikan dalam hal format dan penerapannya.
Sejarah Singkat MLA dan APA
Untuk memahami perbedaan antara MLA dan APA secara lebih mendalam, penting untuk mengetahui latar belakang historis dari kedua format penulisan ini.
MLA pertama kali diperkenalkan pada tahun 1951 oleh Modern Language Association sebagai upaya untuk menyeragamkan cara penulisan dan pengutipan dalam bidang bahasa dan sastra. Sejak saat itu, MLA telah mengalami beberapa kali revisi untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman, dengan edisi terbaru (edisi ke-9) diterbitkan pada tahun 2021.
Di sisi lain, APA mulai dikembangkan pada tahun 1929 ketika sekelompok psikolog, antropolog, dan manajer bisnis bertemu untuk membahas standarisasi penulisan ilmiah dalam bidang mereka. Pedoman APA pertama kali diterbitkan sebagai artikel jurnal pada tahun 1929, dan baru pada tahun 1952 diterbitkan sebagai buku panduan tersendiri. Saat ini, APA telah mencapai edisi ke-7 yang diterbitkan pada tahun 2019.
Perkembangan kedua format ini mencerminkan perubahan dalam dunia akademis dan kebutuhan akan standar penulisan yang lebih jelas dan konsisten. Baik MLA maupun APA terus diperbarui untuk mengakomodasi jenis-jenis sumber baru seperti sumber elektronik dan media sosial, serta untuk menjawab tantangan plagiasi di era digital.
Advertisement
Karakteristik Utama MLA dan APA
MLA dan APA memiliki beberapa karakteristik utama yang membedakan keduanya:
Karakteristik MLA:
- Fokus pada penulis dan halaman dalam kutipan dalam teks
- Menggunakan Works Cited sebagai judul daftar pustaka
- Menekankan pada judul karya dalam daftar pustaka
- Menggunakan tanda kutip untuk judul artikel atau bab
- Menggunakan huruf miring untuk judul buku atau jurnal
- Tidak menggunakan koma untuk memisahkan nama penulis dalam daftar pustaka
Karakteristik APA:
- Fokus pada penulis dan tahun dalam kutipan dalam teks
- Menggunakan References sebagai judul daftar pustaka
- Menekankan pada tanggal publikasi dalam daftar pustaka
- Menggunakan huruf kapital pada kata pertama judul dan subjudul
- Menggunakan huruf miring untuk judul buku, jurnal, dan nama jurnal
- Menggunakan koma untuk memisahkan nama penulis dalam daftar pustaka
Karakteristik-karakteristik ini mencerminkan perbedaan fokus dan prioritas dari masing-masing disiplin ilmu yang menggunakan format tersebut. MLA cenderung lebih mementingkan identifikasi sumber spesifik (halaman), sementara APA lebih menekankan pada konteks temporal (tahun) dari informasi yang dikutip.
Perbedaan Cara Pengutipan
Salah satu perbedaan paling mencolok antara MLA dan APA terletak pada cara pengutipan dalam teks. Berikut adalah penjelasan detail mengenai perbedaan tersebut:
Pengutipan dalam MLA:
- Format: (Nama Belakang Penulis Halaman)
- Contoh: (Smith 45)
- Jika nama penulis disebutkan dalam kalimat: Smith menyatakan bahwa ... (45).
- Untuk sumber tanpa halaman: (Smith)
- Untuk sumber dengan dua penulis: (Smith and Jones 45)
- Untuk sumber dengan tiga penulis atau lebih: (Smith et al. 45)
Pengutipan dalam APA:
- Format: (Nama Belakang Penulis, Tahun, p. Halaman)
- Contoh: (Smith, 2020, p. 45)
- Jika nama penulis disebutkan dalam kalimat: Smith (2020) menyatakan bahwa ... (p. 45).
- Untuk sumber tanpa halaman: (Smith, 2020)
- Untuk sumber dengan dua penulis: (Smith & Jones, 2020, p. 45)
- Untuk sumber dengan tiga penulis atau lebih: (Smith et al., 2020, p. 45)
Perbedaan utama terletak pada:
- Penggunaan tahun dalam APA, yang tidak ada dalam MLA
- Penggunaan "and" dalam MLA vs. "&" dalam APA untuk dua penulis
- Penggunaan koma dan "p." dalam APA untuk menandai halaman
- Penggunaan et al. tanpa tanda titik dalam MLA vs. dengan tanda titik dalam APA
Perbedaan-perbedaan ini mencerminkan fokus masing-masing format. MLA lebih mementingkan lokasi spesifik informasi (halaman), sementara APA memberikan konteks temporal yang lebih jelas dengan mencantumkan tahun publikasi.
Advertisement
Perbedaan Format Daftar Pustaka
Selain perbedaan dalam pengutipan, MLA dan APA juga memiliki perbedaan signifikan dalam format penyusunan daftar pustaka. Berikut adalah penjelasan detail mengenai perbedaan tersebut:
Format Daftar Pustaka MLA:
- Judul: "Works Cited"
- Urutan: Alfabetis berdasarkan nama belakang penulis
- Format nama penulis: Nama Belakang, Nama Depan
- Penulisan judul: Judul buku dan jurnal ditulis miring, judul artikel dalam tanda kutip
- Informasi publikasi: Penerbit, Tahun
- Contoh untuk buku:Smith, John. The Art of Writing. Penguin Books, 2020.
- Contoh untuk artikel jurnal:Jones, Mary. "The Impact of Social Media on Writing." Journal of Modern Literature, vol. 15, no. 2, 2019, pp. 45-60.
Format Daftar Pustaka APA:
- Judul: "References"
- Urutan: Alfabetis berdasarkan nama belakang penulis
- Format nama penulis: Nama Belakang, Inisial Nama Depan.
- Penulisan judul: Hanya huruf pertama judul dan subjudul yang dikapitalisasi
- Informasi publikasi: Tahun. Penerbit
- Contoh untuk buku:Smith, J. (2020). The art of writing. Penguin Books.
- Contoh untuk artikel jurnal:Jones, M. (2019). The impact of social media on writing. Journal of Modern Literature, 15(2), 45-60.
Perbedaan utama meliputi:
- Judul daftar pustaka (Works Cited vs. References)
- Format penulisan nama penulis (nama lengkap vs. inisial)
- Penempatan tahun publikasi (di akhir vs. setelah nama penulis)
- Kapitalisasi judul (setiap kata penting vs. hanya kata pertama)
- Format penulisan volume dan nomor jurnal
Perbedaan-perbedaan ini mencerminkan prioritas masing-masing format. MLA lebih menekankan pada karya (works) yang dikutip, sementara APA lebih fokus pada referensi sebagai sumber informasi ilmiah.
Penggunaan MLA dan APA dalam Berbagai Disiplin Ilmu
Pemilihan antara format MLA dan APA seringkali ditentukan oleh disiplin ilmu atau bidang studi tertentu. Berikut adalah penjelasan detail mengenai penggunaan kedua format ini dalam berbagai bidang akademik:
Penggunaan MLA:
- Bahasa dan Sastra: MLA adalah pilihan utama untuk studi literatur, linguistik, dan bahasa asing.
- Seni dan Humaniora: Bidang seperti sejarah seni, teater, film, dan musik sering menggunakan MLA.
- Studi Budaya: Antropologi budaya dan studi etnis cenderung menggunakan MLA.
- Filsafat: Banyak jurnal dan program studi filsafat yang memilih MLA.
- Studi Media: Analisis media dan komunikasi massa sering menggunakan MLA.
Penggunaan APA:
- Psikologi: APA dikembangkan khusus untuk bidang psikologi dan ilmu perilaku.
- Ilmu Sosial: Sosiologi, ilmu politik, dan ekonomi umumnya menggunakan APA.
- Pendidikan: Penelitian dan publikasi di bidang pendidikan sering menggunakan APA.
- Kesehatan dan Kedokteran: Banyak jurnal medis dan kesehatan yang mengadopsi APA.
- Bisnis dan Manajemen: Studi bisnis dan manajemen cenderung menggunakan APA.
- Ilmu Komputer: Beberapa publikasi dalam ilmu komputer menggunakan APA.
Namun, perlu diingat bahwa penggunaan format ini tidak selalu kaku. Beberapa bidang studi mungkin menggunakan kombinasi atau variasi dari kedua format ini, atau bahkan format lain seperti Chicago atau Harvard. Selalu periksa pedoman spesifik dari institusi, jurnal, atau dosen Anda sebelum memulai penulisan.
Alasan di balik pemilihan format ini dalam disiplin ilmu tertentu meliputi:
- Tradisi akademik dalam bidang tersebut
- Kesesuaian format dengan jenis informasi yang sering dikutip
- Kebutuhan untuk menekankan aspek tertentu (seperti tahun publikasi dalam APA untuk ilmu sosial yang berkembang pesat)
- Preferensi pembaca dan peneliti dalam bidang tersebut
Memahami penggunaan MLA dan APA dalam berbagai disiplin ilmu dapat membantu penulis memilih format yang tepat dan memahami ekspektasi pembaca dalam bidang mereka.
Advertisement
Kelebihan dan Kekurangan MLA dan APA
Setiap format penulisan memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Berikut adalah analisis detail mengenai kelebihan dan kekurangan MLA dan APA:
Kelebihan MLA:
- Sederhana dan mudah dibaca: Format kutipan dalam teks yang singkat (nama dan halaman) membuat teks lebih mudah dibaca.
- Fleksibel: Cocok untuk berbagai jenis sumber, termasuk sumber non-tradisional seperti film atau karya seni.
- Fokus pada karya: Menekankan pada judul karya dalam daftar pustaka, yang berguna untuk bidang humaniora.
- Efisien untuk kutipan berulang: Tidak perlu mengulangi tahun setiap kali mengutip sumber yang sama.
- Memudahkan pelacakan sumber spesifik: Penggunaan nomor halaman membantu pembaca menemukan kutipan dengan cepat.
Kekurangan MLA:
- Kurang konteks temporal: Tidak mencantumkan tahun dalam kutipan dalam teks, yang bisa jadi penting dalam beberapa bidang ilmu.
- Kurang detail untuk sumber online: Meskipun telah diperbarui, masih kurang komprehensif untuk sumber digital dibandingkan APA.
- Bisa membingungkan untuk penulis dengan nama yang sama: Tanpa tahun dalam kutipan, bisa sulit membedakan karya dari penulis yang sama.
Kelebihan APA:
- Konteks temporal jelas: Mencantumkan tahun dalam kutipan membantu pembaca memahami kronologi penelitian.
- Cocok untuk ilmu sosial: Format ini dirancang khusus untuk kebutuhan penulisan ilmiah di bidang ilmu sosial dan perilaku.
- Detail untuk sumber elektronik: Memberikan panduan yang lebih komprehensif untuk mengutip sumber online dan digital.
- Memudahkan pelacakan perkembangan penelitian: Penekanan pada tahun membantu pembaca melihat evolusi ide atau teori.
- Standar internasional: Banyak digunakan di seluruh dunia, terutama dalam publikasi ilmiah internasional.
Kekurangan APA:
- Lebih rumit: Format kutipan yang lebih panjang (nama, tahun, halaman) bisa mengganggu alur bacaan.
- Kurang fleksibel: Mungkin kurang cocok untuk mengutip sumber non-tradisional atau karya seni.
- Bisa membuat teks terlihat padat: Pengulangan tahun dalam setiap kutipan bisa membuat teks terlihat penuh.
- Perubahan sering: APA sering melakukan revisi, yang bisa membingungkan bagi penulis yang tidak mengikuti perkembangan terbaru.
Pemilihan antara MLA dan APA harus mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan ini dalam konteks kebutuhan spesifik penulis, bidang studi, dan preferensi pembaca atau institusi. Tidak ada format yang sempurna untuk semua situasi, dan pemahaman mendalam tentang kelebihan dan kekurangan masing-masing format akan membantu penulis membuat keputusan yang tepat.
Cara Memilih antara MLA dan APA
Memilih antara format MLA dan APA bisa menjadi tantangan, terutama bagi penulis pemula atau mereka yang bekerja di bidang interdisipliner. Berikut adalah panduan langkah demi langkah untuk membantu Anda memilih format yang tepat:
1. Pertimbangkan Bidang Studi Anda
- Jika Anda berada di bidang humaniora (sastra, bahasa, seni), MLA umumnya lebih sesuai.
- Untuk ilmu sosial, psikologi, atau ilmu perilaku, APA biasanya menjadi pilihan utama.
2. Periksa Pedoman Institusi atau Publikasi
- Baca dengan teliti pedoman penulisan dari universitas, jurnal, atau konferensi tempat Anda akan mempresentasikan karya Anda.
- Beberapa institusi mungkin memiliki preferensi atau bahkan format khusus mereka sendiri.
3. Pertimbangkan Jenis Sumber yang Anda Gunakan
- Jika Anda banyak mengutip sumber non-tradisional seperti film, karya seni, atau manuskrip, MLA mungkin lebih cocok.
- Untuk penelitian yang banyak menggunakan sumber ilmiah terbaru, APA bisa jadi lebih sesuai karena penekanannya pada tahun publikasi.
4. Pikirkan Tentang Pembaca Anda
- Jika pembaca Anda lebih familiar dengan salah satu format, pertimbangkan untuk menggunakan format tersebut untuk memudahkan mereka.
- Untuk audiens internasional di bidang ilmu sosial, APA mungkin lebih dikenal.
5. Evaluasi Kebutuhan Pengutipan Anda
- Jika Anda perlu sering merujuk ke bagian spesifik dari teks (halaman), MLA bisa lebih efisien.
- Jika konteks temporal (tahun publikasi) sangat penting dalam argumen Anda, APA mungkin lebih sesuai.
6. Konsultasikan dengan Pembimbing atau Kolega
- Jika Anda masih ragu, diskusikan dengan dosen pembimbing atau kolega yang berpengalaman di bidang Anda.
- Mereka mungkin bisa memberikan wawasan tentang praktik terkini dalam disiplin ilmu Anda.
7. Pertimbangkan Tujuan Penulisan
- Untuk esai atau makalah kelas, ikuti instruksi dosen Anda.
- Untuk publikasi jurnal, selalu ikuti pedoman penulis yang disediakan oleh jurnal tersebut.
- Untuk tesis atau disertasi, ikuti pedoman dari departemen atau universitas Anda.
8. Konsistensi adalah Kunci
- Setelah memilih format, pastikan untuk menggunakannya secara konsisten di seluruh dokumen Anda.
- Inkonsistensi dalam penggunaan format bisa mengurangi kredibilitas karya Anda.
Ingatlah bahwa tidak ada pilihan yang "salah" antara MLA dan APA selama Anda mengikuti pedoman dengan benar dan konsisten. Yang terpenting adalah memilih format yang paling efektif untuk menyampaikan informasi dan argumen Anda kepada pembaca yang dituju.
Advertisement
Software Pengelola Referensi untuk MLA dan APA
Mengelola referensi dan menghasilkan kutipan serta daftar pustaka yang akurat bisa menjadi tugas yang rumit dan memakan waktu. Untungnya, ada berbagai software pengelola referensi yang dapat membantu penulis mengorganisir sumber dan menghasilkan kutipan dalam format MLA dan APA dengan mudah. Berikut adalah beberapa software populer beserta fitur dan kelebihannya:
1. Mendeley
- Fitur: Penyimpanan PDF, anotasi, sinkronisasi lintas perangkat, plugin untuk Word
- Kelebihan: Gratis, memiliki jaringan sosial akademik, mudah digunakan
- Dukungan format: MLA, APA, dan banyak format lainnya
2. Zotero
- Fitur: Pengumpulan referensi otomatis dari web, sinkronisasi, kolaborasi grup
- Kelebihan: Open source, integrasi browser yang kuat, fleksibel
- Dukungan format: MLA, APA, dan ribuan gaya sitasi lainnya
3. EndNote
- Fitur: Manajemen PDF yang kuat, pencarian online, kolaborasi
- Kelebihan: Integrasi yang sangat baik dengan Word, database referensi yang luas
- Dukungan format: MLA, APA, dan ribuan gaya lainnya
4. RefWorks
- Fitur: Berbasis web, kolaborasi, pembuatan bibliografi
- Kelebihan: Mudah digunakan, sering disediakan gratis oleh institusi akademik
- Dukungan format: MLA, APA, dan banyak format lainnya
5. Citavi
- Fitur: Manajemen pengetahuan, perencanaan tugas, pencatatan ide
- Kelebihan: Sangat komprehensif, bagus untuk proyek besar seperti tesis
- Dukungan format: MLA, APA, dan ribuan gaya sitasi lainnya
6. Papers
- Fitur: Antarmuka yang elegan, manajemen PDF yang kuat, sinkronisasi lintas perangkat
- Kelebihan: Sangat baik untuk peneliti di bidang sains dan kedokteran
- Dukungan format: MLA, APA, dan banyak format lainnya
7. BibTeX (untuk LaTeX)
- Fitur: Integrasi yang sangat baik dengan LaTeX, format terbuka
- Kelebihan: Standar de facto untuk penulisan ilmiah di bidang matematika dan ilmu komputer
- Dukungan format: Dapat digunakan untuk menghasilkan bibliografi dalam MLA dan APA melalui paket tambahan
Ketika memilih software pengelola referensi, pertimbangkan faktor-faktor berikut:
- Kompatibilitas dengan sistem operasi dan perangkat lunak pengolah kata yang Anda gunakan
- Kemudahan penggunaan dan kurva pembelajaran
- Fitur kolaborasi jika Anda sering bekerja dalam tim
- Harga (beberapa software berbayar, sementara yang lain gratis atau disediakan oleh institusi)
- Dukungan untuk format file dan database yang Anda gunakan
- Kemampuan untuk beralih antara berbagai gaya sitasi dengan mudah
Terlepas dari software yang Anda pilih, penting untuk tetap memverifikasi output yang dihasilkan. Meskipun software ini sangat membantu, mereka tidak sempurna dan kadang-kadang bisa menghasilkan kesalahan, terutama untuk sumber yang tidak standar.
Tips Menguasai Format MLA dan APA
Menguasai format MLA dan APA membutuhkan waktu dan latihan. Berikut adalah beberapa tips yang dapat membantu Anda menjadi lebih mahir dalam menggunakan kedua format ini:
1. Pelajari Panduan Resmi
- Untuk MLA: Baca "MLA Handbook" edisi terbaru
- Untuk APA: Pelajari "Publication Manual of the American Psychological Association" edisi terkini
- Manfaatkan sumber daring resmi dari MLA dan APA untuk pembaruan terbaru
2. Praktikkan Secara Konsisten
- Mulailah menggunakan format yang dipilih sejak awal proses penulisan
- Buat catatan referensi lengkap saat Anda membaca sumber, jangan menunda
- Latih diri untuk menulis kutipan dalam teks dan daftar pustaka tanpa melihat panduan
3. Gunakan Alat Bantu
- Manfaatkan software pengelola referensi seperti Mendeley atau Zotero
- Gunakan generator kutipan online, tapi selalu verifikasi hasilnya
- Buat template dokumen dengan format yang benar untuk penggunaan di masa depan
4. Perhatikan Detail
- Perhatikan penggunaan tanda baca, spasi, dan format penulisan yang tepat
- Pastikan konsistensi dalam penggunaan huruf miring, huruf kapital, dan tanda kutip
- Periksa kembali setiap entri dalam daftar pustaka untuk memastikan kelengkapan informasi
5. Pahami Logika di Balik Format
- Pelajari mengapa elemen-elemen tertentu diperlukan dalam setiap format
- Pahami perbedaan antara berbagai jenis sumber (buku, artikel jurnal, website, dll. ) dan bagaimana cara mengutipnya dengan benar
6. Buat Catatan Cepat
- Buat "cheat sheet" pribadi dengan contoh-contoh umum untuk referensi cepat
- Simpan daftar kata kunci dan frasa yang sering digunakan dalam pengutipan
- Catat perbedaan utama antara MLA dan APA untuk memudahkan peralihan antara keduanya
7. Peer Review dan Umpan Balik
- Minta teman atau kolega untuk memeriksa format kutipan dan daftar pustaka Anda
- Berpartisipasi dalam kelompok belajar atau workshop tentang penulisan akademik
- Jangan ragu untuk meminta klarifikasi dari dosen atau editor jika ada kebingungan
8. Tetap Update
- Ikuti perkembangan terbaru dalam pedoman MLA dan APA
- Berlangganan newsletter atau ikuti akun media sosial resmi MLA dan APA
- Periksa secara berkala apakah ada pembaruan pada software pengelola referensi yang Anda gunakan
9. Pahami Konteks Penggunaan
- Pelajari kapan dan mengapa menggunakan kutipan langsung vs parafrase
- Pahami bagaimana mengintegrasikan kutipan dengan lancar ke dalam teks Anda
- Praktikkan menulis paragraf dengan berbagai jenis kutipan
10. Manfaatkan Sumber Daya Online
- Gunakan tutorial video dan webinar tentang MLA dan APA
- Manfaatkan forum diskusi online untuk bertanya dan berbagi pengalaman
- Kunjungi perpustakaan universitas untuk mendapatkan bantuan dan sumber daya tambahan
Â
Advertisement
Kesalahan Umum dalam Penggunaan MLA dan APA
Meskipun MLA dan APA adalah format yang banyak digunakan, masih sering terjadi kesalahan dalam penerapannya. Mengenali kesalahan umum ini dapat membantu Anda menghindarinya dan meningkatkan kualitas penulisan akademik Anda. Berikut adalah beberapa kesalahan yang sering terjadi beserta cara menghindarinya:
1. Inkonsistensi Format
Kesalahan: Mencampurkan elemen MLA dan APA dalam satu dokumen.Solusi: Pilih satu format dan gunakan secara konsisten di seluruh dokumen. Periksa kembali seluruh kutipan dan daftar pustaka sebelum menyelesaikan naskah.
2. Kesalahan Penulisan Nama Penulis
Kesalahan: Salah menulis atau membalik urutan nama penulis.Solusi: Dalam MLA, tulis nama lengkap penulis (Nama Belakang, Nama Depan). Dalam APA, gunakan nama belakang dan inisial (Nama Belakang, Inisial Nama Depan).
3. Penggunaan "et al." yang Tidak Tepat
Kesalahan: Menggunakan "et al." untuk karya dengan dua penulis atau terlalu dini dalam daftar penulis.Solusi: Dalam MLA, gunakan "et al." untuk tiga penulis atau lebih. Dalam APA, gunakan untuk tiga penulis atau lebih setelah kutipan pertama.
4. Kesalahan Penulisan Judul
Kesalahan: Salah mengapitalisasi judul atau menggunakan format yang tidak sesuai.Solusi: Dalam MLA, kapitalisasi semua kata penting. Dalam APA, hanya kapitalisasi kata pertama judul, kata pertama setelah titik dua, dan nama diri.
5. Informasi Publikasi yang Tidak Lengkap
Kesalahan: Menghilangkan informasi penting seperti nomor halaman atau DOI.Solusi: Pastikan untuk mencantumkan semua informasi yang diperlukan. Gunakan daftar periksa untuk memastikan kelengkapan setiap entri.
6. Penggunaan Tanda Baca yang Salah
Kesalahan: Salah menempatkan tanda baca dalam kutipan atau daftar pustaka.Solusi: Perhatikan penggunaan titik, koma, dan tanda kutip. Dalam APA, gunakan ampersand (&) untuk dua penulis dalam kurung, tapi "and" dalam teks.
7. Kesalahan dalam Pengutipan Sumber Online
Kesalahan: Tidak mencantumkan URL atau tanggal akses untuk sumber online.Solusi: Dalam MLA, sertakan URL tanpa "http://" atau "https://". Dalam APA, sertakan DOI jika ada, atau URL jika tidak ada DOI.
8. Penggunaan Ibid. atau Op. Cit.
Kesalahan: Menggunakan istilah Latin seperti "ibid." atau "op. cit." yang sudah tidak direkomendasikan.Solusi: Ulangi kutipan lengkap atau gunakan nama penulis dan tahun/halaman sesuai format yang dipilih.
9. Kesalahan dalam Pengutipan Sumber Sekunder
Kesalahan: Mengutip sumber sekunder seolah-olah itu adalah sumber primer.Solusi: Dalam teks, sebutkan sumber asli dan sumber yang Anda baca. Dalam daftar pustaka, hanya cantumkan sumber yang Anda baca langsung.
10. Format Halaman yang Salah
Kesalahan: Tidak mengikuti aturan format halaman seperti margin, spasi, atau header.Solusi: Periksa pedoman format halaman untuk MLA atau APA dan terapkan secara konsisten di seluruh dokumen.
11. Kesalahan dalam Penomoran Halaman
Kesalahan: Salah menempatkan atau memformat nomor halaman.Solusi: Dalam MLA, nomor halaman dimulai dari halaman pertama di pojok kanan atas. Dalam APA, nomor halaman dimulai dari halaman judul di pojok kanan atas.
12. Penggunaan Kutipan yang Berlebihan
Kesalahan: Terlalu banyak menggunakan kutipan langsung tanpa analisis atau sintesis.Solusi: Gunakan parafrase lebih sering dan pastikan untuk menambahkan analisis Anda sendiri. Gunakan kutipan langsung hanya ketika benar-benar diperlukan.
13. Kesalahan dalam Pengutipan Sumber Tanpa Penulis
Kesalahan: Bingung bagaimana mengutip sumber tanpa penulis yang jelas.Solusi: Dalam MLA, gunakan judul singkat dalam tanda kutip. Dalam APA, gunakan beberapa kata pertama dari judul dalam tanda kutip untuk artikel atau huruf miring untuk buku.
14. Penggunaan Singkatan yang Tidak Tepat
Kesalahan: Menggunakan singkatan tanpa penjelasan atau menggunakan singkatan yang tidak standar.Solusi: Jelaskan singkatan saat pertama kali digunakan. Gunakan hanya singkatan yang umum dikenal dalam bidang studi Anda.
15. Kesalahan dalam Pengutipan Komunikasi Personal
Kesalahan: Mengutip komunikasi personal (seperti wawancara atau email) dengan format yang salah.Solusi: Dalam MLA dan APA, komunikasi personal hanya dikutip dalam teks dan tidak dimasukkan dalam daftar pustaka.
Menghindari kesalahan-kesalahan ini akan meningkatkan kualitas dan kredibilitas tulisan akademik Anda. Selalu periksa kembali pekerjaan Anda dan jangan ragu untuk merujuk pada panduan resmi atau meminta bantuan dari pustakawan atau tutor penulisan jika Anda tidak yakin. Ingatlah bahwa konsistensi dan ketelitian adalah kunci dalam penggunaan format MLA dan APA yang benar.
Tren Terkini dalam Penggunaan MLA dan APA
Format MLA dan APA terus berkembang untuk mengakomodasi perubahan dalam lanskap akademik dan teknologi. Memahami tren terkini dalam penggunaan kedua format ini dapat membantu penulis tetap relevan dan efektif dalam komunikasi ilmiah mereka. Berikut adalah beberapa tren penting yang perlu diperhatikan:
1. Adaptasi terhadap Sumber Digital
Baik MLA maupun APA telah memperbarui pedoman mereka untuk mencakup berbagai jenis sumber digital. Ini termasuk panduan untuk mengutip media sosial, podcast, video online, dan sumber digital lainnya. Tren ini mencerminkan peningkatan penggunaan sumber-sumber online dalam penelitian akademik.
2. Penekanan pada Aksesibilitas
Ada peningkatan fokus pada aksesibilitas dalam format penulisan akademik. Ini termasuk penggunaan bahasa yang lebih inklusif dan pedoman untuk membuat dokumen yang lebih mudah diakses oleh pembaca dengan berbagai kebutuhan.
3. Integrasi dengan Teknologi
Semakin banyak alat dan software yang dikembangkan untuk memudahkan penggunaan MLA dan APA. Ini termasuk plugin untuk perangkat lunak pengolah kata, aplikasi mobile, dan integrasi dengan platform manajemen referensi.
4. Fleksibilitas dalam Penggunaan
Ada tren menuju fleksibilitas yang lebih besar dalam penerapan aturan MLA dan APA, terutama untuk sumber-sumber yang tidak standar atau baru muncul. Ini memungkinkan penulis untuk beradaptasi dengan situasi yang tidak tercakup dalam pedoman standar.
5. Penekanan pada Etika dan Integritas Akademik
Kedua format semakin menekankan pentingnya etika dalam pengutipan dan penggunaan sumber. Ini termasuk pedoman yang lebih jelas tentang bagaimana menghindari plagiarisme dan mengakui kontribusi orang lain dengan tepat.
6. Simplifikasi Aturan
Ada upaya untuk menyederhanakan beberapa aturan dalam MLA dan APA untuk membuat format ini lebih mudah digunakan. Ini termasuk pengurangan beberapa persyaratan yang dianggap tidak perlu atau terlalu rumit.
7. Peningkatan Fokus pada Metadata
Dengan meningkatnya penggunaan database dan mesin pencari akademik, ada penekanan lebih besar pada pentingnya metadata yang akurat dalam kutipan dan daftar pustaka.
8. Adaptasi untuk Publikasi Online
Kedua format telah mengembangkan pedoman khusus untuk publikasi online, termasuk penggunaan hyperlink dan DOI (Digital Object Identifier) dalam kutipan dan daftar pustaka.
9. Integrasi dengan Praktik Open Science
Ada tren menuju integrasi yang lebih baik dengan praktik open science, termasuk pedoman untuk mengutip data set, kode sumber, dan materi penelitian lainnya yang tersedia secara terbuka.
10. Penekanan pada Konteks Global
Baik MLA maupun APA semakin mengakui kebutuhan untuk format yang dapat digunakan dalam konteks global, dengan pertimbangan untuk perbedaan bahasa dan praktik akademik di berbagai negara.
11. Penggunaan Identifikasi Penulis Unik
Ada tren menuju penggunaan identifikasi penulis unik seperti ORCID (Open Researcher and Contributor ID) dalam kutipan dan daftar pustaka untuk menghindari ambiguitas dan meningkatkan keterlacakan.
12. Adaptasi untuk Interdisiplinaritas
Dengan meningkatnya penelitian interdisipliner, ada kebutuhan untuk format yang dapat mengakomodasi berbagai jenis sumber dan praktik pengutipan dari berbagai disiplin ilmu.
13. Peningkatan Penggunaan Visualisasi Data
Ada pedoman yang lebih rinci tentang cara mengutip dan mereferensikan visualisasi data, grafik, dan infografis dalam kedua format.
14. Fokus pada Reproduktibilitas
Sejalan dengan gerakan untuk meningkatkan reproduktibilitas dalam penelitian ilmiah, ada penekanan lebih besar pada pengutipan yang memungkinkan pembaca untuk melacak dan memverifikasi sumber dengan mudah.
15. Integrasi dengan Manajemen Data Penelitian
Ada tren menuju integrasi yang lebih baik antara format pengutipan dan praktik manajemen data penelitian, termasuk pedoman untuk mengutip dan mereferensikan data penelitian.
Tren-tren ini mencerminkan perubahan yang lebih luas dalam dunia akademik dan penelitian. Penulis dan peneliti perlu tetap up-to-date dengan perkembangan terbaru dalam MLA dan APA untuk memastikan bahwa karya mereka memenuhi standar terkini dalam komunikasi ilmiah. Penting untuk secara rutin memeriksa pembaruan dari organisasi MLA dan APA, serta mengikuti diskusi dalam komunitas akademik tentang praktik terbaik dalam pengutipan dan referensi.
Advertisement
FAQ Seputar MLA dan APA
Berikut adalah beberapa pertanyaan yang sering diajukan (FAQ) seputar penggunaan format MLA dan APA, beserta jawabannya:
1. Apakah saya bisa mencampurkan MLA dan APA dalam satu dokumen?
Tidak disarankan. Pilih satu format dan gunakan secara konsisten di seluruh dokumen Anda. Mencampurkan format dapat membingungkan pembaca dan mengurangi kredibilitas tulisan Anda.
2. Bagaimana cara mengutip sumber yang tidak memiliki tanggal publikasi?
Dalam MLA, gunakan "n.d." (no date) di tempat tahun. Dalam APA, gunakan "n.d." untuk sumber online dan "(n.d.)" untuk sumber cetak.
3. Apakah saya perlu mencantumkan URL dalam daftar pustaka?
Dalam MLA edisi terbaru, URL umumnya dicantumkan kecuali jika diminta sebaliknya. Dalam APA, cantumkan DOI jika tersedia, atau URL jika tidak ada DOI.
4. Bagaimana cara mengutip media sosial?
Baik MLA maupun APA memiliki pedoman khusus untuk mengutip media sosial. Umumnya, Anda perlu mencantumkan nama penulis (atau nama akun), konten post, platform, tanggal, dan URL.
5. Apakah saya perlu menggunakan "hal." atau "p." untuk nomor halaman dalam kutipan dalam teks?
Dalam MLA, tidak perlu menggunakan "hal." atau "p.". Dalam APA, gunakan "p." untuk satu halaman dan "pp." untuk rentang halaman.
6. Bagaimana cara mengutip sumber yang dikutip dalam sumber lain (kutipan sekunder)?
Dalam kedua format, sebaiknya Anda mencari dan mengutip sumber asli. Jika tidak memungkinkan, dalam teks sebutkan sumber asli dan "dikutip dalam" sumber yang Anda baca. Dalam daftar pustaka, hanya cantumkan sumber yang Anda baca langsung.
7. Apakah saya perlu mencantumkan nomor edisi buku dalam daftar pustaka?
Ya, jika bukan edisi pertama. Dalam MLA, tulis "edisi ke-2" (misalnya). Dalam APA, cukup tulis nomor edisi (misalnya "2nd ed.").
8. Bagaimana cara mengutip e-book tanpa nomor halaman?
Dalam MLA, gunakan nomor bab atau bagian. Dalam APA, gunakan nomor paragraf atau judul bagian dan nomor paragraf.
9. Apakah saya perlu mencantumkan kota penerbit dalam daftar pustaka?
Dalam MLA edisi terbaru, kota penerbit umumnya tidak diperlukan kecuali untuk buku yang diterbitkan sebelum 1900. Dalam APA, kota penerbit tidak lagi diperlukan.
10. Bagaimana cara mengutip artikel jurnal online yang memiliki DOI?
Dalam kedua format, cantumkan DOI di akhir entri daftar pustaka. Dalam APA, gunakan format "https://doi.org/xxx".
11. Apakah saya perlu mencantumkan tanggal akses untuk sumber online?
Dalam MLA, tanggal akses opsional kecuali jika tanggal publikasi tidak tersedia. Dalam APA, tanggal akses umumnya tidak diperlukan kecuali untuk sumber yang mungkin berubah seiring waktu.
12. Bagaimana cara mengutip podcast?
Dalam MLA, sertakan nama host, judul episode, nama podcast, penerbit, tanggal, dan URL. Dalam APA, sertakan nama host, (Host), tahun, bulan, tanggal, judul episode (No. jika ada) [Audio podcast episode], dalam nama podcast, URL.
13. Apakah saya perlu menggunakan huruf miring untuk judul artikel dalam daftar pustaka?
Dalam MLA, judul artikel ditulis dalam tanda kutip, bukan huruf miring. Dalam APA, judul artikel tidak menggunakan huruf miring atau tanda kutip.
14. Bagaimana cara mengutip sumber dengan banyak penulis?
Dalam MLA, untuk tiga penulis atau lebih, gunakan nama penulis pertama diikuti "et al." Dalam APA, untuk tiga penulis atau lebih, gunakan nama penulis pertama diikuti "et al." sejak kutipan pertama.
15. Apakah ada perbedaan dalam penggunaan tanda baca antara MLA dan APA?
Ya, ada beberapa perbedaan. Misalnya, MLA menggunakan koma untuk memisahkan elemen dalam entri daftar pustaka, sementara APA menggunakan titik.
Memahami jawaban atas pertanyaan-pertanyaan umum ini dapat membantu Anda menghindari kesalahan umum dan menggunakan format MLA dan APA dengan lebih percaya diri. Ingatlah bahwa pedoman untuk kedua format ini dapat berubah seiring waktu, jadi selalu periksa sumber resmi terbaru untuk informasi yang paling akurat.
Kesimpulan
Memahami perbedaan antara format MLA dan APA sangat penting dalam penulisan akademik. Kedua gaya selingkung ini memiliki tujuan yang sama yaitu memberikan struktur yang konsisten untuk pengutipan dan referensi, namun dengan pendekatan yang berbeda sesuai dengan disiplin ilmu masing-masing.
MLA, yang lebih umum digunakan dalam bidang humaniora, menekankan pada kemudahan pembaca dalam melacak sumber dengan cepat melalui penggunaan nama penulis dan nomor halaman. Sementara itu, APA, yang lebih sering dipakai dalam ilmu sosial dan perilaku, menitikberatkan pada pentingnya konteks temporal dengan mencantumkan tahun publikasi dalam kutipan.
Perbedaan utama antara keduanya terletak pada format pengutipan dalam teks, susunan daftar pustaka, dan penekanan pada elemen-elemen tertentu dari sumber yang dikutip. Namun, keduanya sama-sama menuntut ketelitian dan konsistensi dalam penerapannya.
Pemilihan antara MLA dan APA seringkali ditentukan oleh bidang studi, preferensi institusi, atau pedoman publikasi. Oleh karena itu, penting bagi penulis untuk memahami kedua format ini dan mampu beralih antara keduanya sesuai kebutuhan.
Â
Advertisement