Liputan6.com, Jakarta - Framing merupakan konsep penting dalam komunikasi yang memengaruhi cara kita memahami dan menafsirkan informasi. Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang arti framing, penerapannya dalam berbagai bidang, serta dampaknya terhadap persepsi dan pengambilan keputusan.
Definisi Framing
Framing, dalam konteks komunikasi, merujuk pada proses seleksi dan penekanan aspek-aspek tertentu dari realitas untuk mempromosikan interpretasi atau evaluasi tertentu. Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh Erving Goffman pada tahun 1974 dalam bukunya "Frame Analysis: An Essay on the Organization of Experience".
Secara lebih spesifik, framing dapat didefinisikan sebagai cara mengorganisir ide atau isu yang memberikan makna tertentu pada peristiwa, mendefinisikan masalah, membuat penilaian moral, dan menyarankan solusi. Dalam praktiknya, framing melibatkan pemilihan beberapa aspek realitas yang dirasakan dan membuatnya lebih menonjol dalam teks komunikasi.
Framing bukan sekadar tentang apa yang dikatakan, tetapi juga tentang bagaimana hal itu dikatakan. Ini mencakup pemilihan kata, struktur kalimat, penggunaan metafora, dan elemen-elemen retoris lainnya yang membentuk cara penerima pesan memahami informasi yang disajikan.
Advertisement
Sejarah dan Perkembangan Framing
Konsep framing memiliki akar yang dalam dalam berbagai disiplin ilmu, termasuk sosiologi, psikologi, dan ilmu komunikasi. Sejarah perkembangan framing dapat ditelusuri sebagai berikut:
1. Awal Mula (1950-an - 1960-an): Konsep framing mulai muncul dalam studi sosiologi dan antropologi. Gregory Bateson menggunakan istilah "frame" dalam konteks psikologi pada tahun 1955 untuk menjelaskan bagaimana orang memahami interaksi dan komunikasi.
2. Formulasi Teoritis (1970-an): Erving Goffman mempopulerkan konsep framing dalam bukunya "Frame Analysis" (1974). Ia mendefinisikan frame sebagai skema interpretasi yang memungkinkan individu untuk menempatkan, memahami, dan melabeli peristiwa dalam kehidupan mereka.
3. Aplikasi dalam Media dan Komunikasi (1980-an - 1990-an): Peneliti seperti Robert Entman dan Shanto Iyengar mulai menerapkan konsep framing dalam studi media dan komunikasi politik. Mereka mengeksplorasi bagaimana media membingkai isu-isu dan bagaimana hal ini memengaruhi opini publik.
4. Ekspansi ke Berbagai Bidang (2000-an - sekarang): Framing semakin diterapkan dalam berbagai bidang, termasuk pemasaran, kesehatan publik, dan komunikasi risiko. Penelitian framing juga mulai mengintegrasikan metode kuantitatif dan kualitatif untuk analisis yang lebih komprehensif.
5. Era Digital dan Big Data: Dengan munculnya media sosial dan analisis big data, penelitian framing berkembang untuk memahami bagaimana informasi dibingkai dan disebarkan dalam lingkungan digital yang kompleks.
Jenis-jenis Framing
Framing dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis berdasarkan tujuan, konteks, dan metode yang digunakan. Berikut adalah beberapa jenis framing yang umum dikenal:
1. Framing Episodik vs. Tematik:
- Framing Episodik: Berfokus pada peristiwa atau kasus spesifik, sering kali bersifat anekdotal.
- Framing Tematik: Menempatkan isu dalam konteks yang lebih luas, menekankan tren dan pola umum.
2. Framing Diagnostik vs. Prognostik:
- Framing Diagnostik: Mengidentifikasi masalah dan penyebabnya.
- Framing Prognostik: Menyarankan solusi atau tindakan untuk mengatasi masalah.
3. Framing Positif vs. Negatif:
- Framing Positif: Menekankan keuntungan atau hasil positif.
- Framing Negatif: Berfokus pada kerugian atau konsekuensi negatif.
4. Framing Atribusi:
Mengarahkan tanggung jawab atau penyebab suatu peristiwa atau masalah kepada individu atau sistem tertentu.
5. Framing Moral:
Menempatkan isu dalam konteks nilai-nilai moral atau etika.
6. Framing Konflik:
Menyajikan isu sebagai pertentangan antara dua atau lebih pihak.
7. Framing Human Interest:
Menekankan aspek emosional atau personal dari suatu isu.
8. Framing Ekonomi:
Menempatkan isu dalam konteks dampak atau pertimbangan ekonomi.
9. Framing Tanggung Jawab:
Menekankan siapa yang bertanggung jawab untuk menyelesaikan masalah atau mengambil tindakan.
10. Framing Kesetaraan:
Menyajikan isu dalam konteks keadilan atau ketidakadilan sosial.
Advertisement
Proses Framing
Proses framing melibatkan serangkaian langkah yang kompleks dalam membentuk dan menyajikan informasi. Berikut adalah penjelasan rinci tentang proses framing:
1. Seleksi: Tahap pertama dalam proses framing adalah pemilihan aspek-aspek tertentu dari realitas yang akan ditonjolkan. Ini melibatkan keputusan tentang apa yang akan dimasukkan dan apa yang akan diabaikan dalam penyajian informasi.
2. Penekanan: Setelah memilih aspek-aspek tertentu, langkah berikutnya adalah memberikan penekanan pada elemen-elemen yang dipilih. Ini dapat dilakukan melalui pengulangan, penempatan strategis, atau penggunaan bahasa yang kuat.
3. Kontekstualisasi: Proses ini melibatkan penempatan informasi dalam konteks tertentu yang dapat memengaruhi interpretasi. Konteks dapat berupa latar belakang historis, sosial, atau budaya.
4. Elaborasi: Tahap ini melibatkan pengembangan dan perluasan aspek-aspek yang telah dipilih dan ditekankan. Ini dapat mencakup penambahan detail, contoh, atau penjelasan lebih lanjut.
5. Penggunaan Bahasa dan Simbol: Pemilihan kata-kata, frasa, metafora, dan simbol visual yang spesifik untuk memperkuat frame yang diinginkan.
6. Struktur Narasi: Pengorganisasian informasi ke dalam struktur cerita atau narasi tertentu yang mendukung frame yang dipilih.
7. Penentuan Sudut Pandang: Memilih perspektif atau sudut pandang tertentu dari mana informasi akan disajikan.
8. Evaluasi dan Penilaian: Menyertakan penilaian moral atau evaluatif yang implisit atau eksplisit dalam penyajian informasi.
9. Proposisi Solusi: Dalam beberapa kasus, framing juga melibatkan penyajian atau implikasi solusi tertentu untuk masalah yang diangkat.
10. Adaptasi Kontekstual: Menyesuaikan frame dengan konteks audiens, media, atau situasi tertentu.
Framing dalam Media Massa
Framing dalam media massa memainkan peran krusial dalam membentuk opini publik dan pemahaman tentang berbagai isu. Berikut adalah penjelasan mendalam tentang bagaimana framing diterapkan dan berdampak dalam konteks media massa:
1. Seleksi Berita: Media memilih peristiwa atau isu tertentu untuk diliput, sementara mengabaikan yang lain. Proses seleksi ini sendiri sudah merupakan bentuk framing, menentukan apa yang dianggap "penting" atau "layak berita".
2. Penempatan dan Penekanan: Cara media menempatkan berita (misalnya, halaman depan vs halaman dalam) dan seberapa banyak ruang atau waktu yang dialokasikan untuk suatu berita juga merupakan bentuk framing.
3. Pemilihan Sumber: Media memilih siapa yang akan diwawancarai atau dikutip dalam berita. Pemilihan sumber ini dapat memengaruhi sudut pandang yang disajikan.
4. Penggunaan Bahasa: Pilihan kata, frasa, dan metafora yang digunakan dalam pemberitaan dapat membingkai isu dengan cara tertentu. Misalnya, penggunaan istilah "teroris" vs "pejuang kebebasan" membawa konotasi yang sangat berbeda.
5. Struktur Narasi: Cara media menyusun elemen-elemen berita, termasuk apa yang ditempatkan di awal dan akhir, dapat memengaruhi interpretasi audiens.
6. Visual Framing: Pemilihan gambar, foto, atau grafik yang menyertai berita juga merupakan bentuk framing yang kuat, sering kali lebih berpengaruh daripada teks.
7. Kontekstualisasi: Media dapat membingkai isu dengan menempatkannya dalam konteks tertentu, misalnya konteks historis, ekonomi, atau sosial.
8. Framing Episodik vs Tematik: Media dapat memilih untuk menyajikan isu sebagai peristiwa terisolasi (episodik) atau sebagai bagian dari tren yang lebih luas (tematik).
9. Agenda Setting: Melalui framing, media dapat memengaruhi apa yang dianggap penting oleh publik dan bagaimana publik berpikir tentang isu-isu tertentu.
10. Bias Media: Framing dapat mencerminkan atau memperkuat bias ideologis atau komersial dari organisasi media tertentu.
Advertisement
Framing dalam Politik
Framing memainkan peran sentral dalam komunikasi politik, memengaruhi persepsi publik terhadap isu-isu, kandidat, dan kebijakan. Berikut adalah penjelasan mendalam tentang bagaimana framing diterapkan dan berdampak dalam konteks politik:
1. Pembentukan Isu: Politisi dan partai politik sering membingkai isu-isu kompleks dengan cara yang menguntungkan posisi mereka. Misalnya, membingkai kebijakan imigrasi sebagai "masalah keamanan" atau "isu kemanusiaan".
2. Karakterisasi Kandidat: Framing digunakan untuk membangun citra tertentu dari kandidat politik. Ini bisa melibatkan penekanan pada latar belakang, pengalaman, atau kualitas personal tertentu.
3. Polarisasi: Framing dapat digunakan untuk mempertajam perbedaan antara kelompok politik, sering kali dengan menyederhanakan isu-isu kompleks menjadi pilihan biner.
4. Agenda Setting: Melalui framing, aktor politik dapat memengaruhi apa yang dianggap sebagai isu penting dalam wacana publik.
5. Reframing Oposisi: Politisi sering mencoba membingkai ulang argumen lawan mereka dengan cara yang menguntungkan posisi mereka sendiri.
6. Penggunaan Metafora dan Analogi: Politisi menggunakan metafora dan analogi untuk membingkai isu-isu kompleks dengan cara yang lebih mudah dipahami dan diingat oleh publik.
7. Framing Kebijakan: Kebijakan publik sering dibingkai dalam hal manfaat atau risiko, yang dapat memengaruhi dukungan publik.
8. Manajemen Krisis: Dalam situasi krisis politik, framing digunakan untuk mengendalikan narasi dan meminimalkan dampak negatif.
9. Mobilisasi Dukungan: Framing digunakan untuk memobilisasi basis pendukung dengan menekankan nilai-nilai atau ancaman tertentu.
10. Pembentukan Identitas Politik: Framing dapat digunakan untuk memperkuat identitas politik tertentu, seperti "konservatif" atau "progresif".
Framing dalam Pemasaran dan Periklanan
Framing memainkan peran penting dalam strategi pemasaran dan periklanan, memengaruhi persepsi konsumen terhadap produk, merek, dan keputusan pembelian. Berikut adalah penjelasan mendalam tentang bagaimana framing diterapkan dalam konteks pemasaran dan periklanan:
1. Positioning Produk: Framing digunakan untuk memposisikan produk dalam benak konsumen. Misalnya, membingkai produk sebagai "solusi inovatif" atau "pilihan premium".
2. Penekanan Manfaat: Iklan sering membingkai produk dengan menekankan manfaat tertentu sambil meminimalkan atau mengabaikan aspek lain.
3. Perbandingan Harga: Framing dapat memengaruhi persepsi nilai, misalnya dengan membandingkan harga produk dengan alternatif yang lebih mahal atau menyajikan harga dalam format tertentu (misalnya, "hanya X per hari").
4. Penggunaan Testimoni: Testimoni pelanggan dibingkai untuk memperkuat klaim produk dan membangun kepercayaan.
5. Framing Emosional: Iklan sering membingkai produk atau merek dengan mengaitkannya dengan emosi atau pengalaman tertentu, seperti kebahagiaan, keamanan, atau prestise.
6. Framing Solusi: Produk dibingkai sebagai solusi untuk masalah atau kebutuhan tertentu yang dihadapi konsumen.
7. Penggunaan Metafora Visual: Gambar dan desain visual dalam iklan digunakan untuk membingkai produk dengan cara tertentu, sering kali tanpa perlu kata-kata eksplisit.
8. Framing Kelangkaan: Produk atau penawaran dibingkai sebagai sesuatu yang langka atau terbatas, mendorong tindakan cepat dari konsumen.
9. Storytelling: Pemasaran menggunakan narasi atau cerita untuk membingkai produk atau merek dalam konteks yang lebih luas dan bermakna.
10. Framing Sosial dan Lingkungan: Produk atau merek dibingkai dalam konteks tanggung jawab sosial atau kepedulian lingkungan untuk menarik konsumen yang sadar nilai.
Advertisement
Framing dalam Psikologi
Dalam psikologi, framing memiliki implikasi signifikan terhadap proses kognitif, pengambilan keputusan, dan perilaku manusia. Berikut adalah penjelasan mendalam tentang bagaimana framing dipahami dan diterapkan dalam konteks psikologi:
1. Teori Prospek: Dikembangkan oleh Daniel Kahneman dan Amos Tversky, teori ini menunjukkan bagaimana framing memengaruhi pengambilan keputusan dalam situasi berisiko. Orang cenderung menghindari risiko ketika pilihan dibingkai dalam hal keuntungan, tetapi mencari risiko ketika pilihan dibingkai dalam hal kerugian.
2. Bias Kognitif: Framing dapat memicu berbagai bias kognitif, seperti bias konfirmasi (kecenderungan untuk mencari informasi yang mendukung keyakinan yang sudah ada) atau efek halo (kecenderungan untuk menggeneralisasi satu sifat positif ke seluruh karakter).
3. Persepsi dan Interpretasi: Framing memengaruhi bagaimana individu mempersepsikan dan menginterpretasikan informasi. Cara suatu situasi atau informasi dibingkai dapat mengubah makna yang ditangkap oleh individu.
4. Pengambilan Keputusan: Framing dapat secara signifikan memengaruhi proses pengambilan keputusan. Misalnya, membingkai pilihan sebagai "menyelamatkan nyawa" vs "mencegah kematian" dapat menghasilkan keputusan yang berbeda meskipun hasilnya sama secara matematis.
5. Memori dan Pembelajaran: Cara informasi dibingkai dapat memengaruhi bagaimana informasi tersebut diingat dan dipelajari. Framing yang efektif dapat meningkatkan retensi dan pemahaman.
6. Motivasi dan Perilaku: Framing dapat memengaruhi motivasi dan perilaku individu. Misalnya, membingkai tugas sebagai "tantangan" daripada "kewajiban" dapat meningkatkan motivasi.
7. Atribusi: Framing memengaruhi bagaimana individu mengatribusikan penyebab peristiwa atau perilaku, baik kepada faktor internal (seperti kepribadian) atau eksternal (seperti situasi).
8. Emosi dan Mood: Cara suatu situasi dibingkai dapat memengaruhi respons emosional individu, yang pada gilirannya dapat memengaruhi penilaian dan perilaku.
9. Perubahan Sikap: Dalam psikologi sosial, framing digunakan untuk memahami bagaimana sikap dapat diubah melalui penyajian informasi dengan cara tertentu.
10. Terapi Kognitif: Dalam konteks terapi, reframing (membingkai ulang) digunakan sebagai teknik untuk membantu klien melihat situasi dari perspektif yang berbeda, sering kali lebih adaptif.
Framing dalam Pendidikan
Framing memiliki peran penting dalam dunia pendidikan, memengaruhi cara materi pembelajaran disajikan, bagaimana siswa memahami konsep, dan bagaimana pendidikan itu sendiri dipersepsikan. Berikut adalah penjelasan mendalam tentang bagaimana framing diterapkan dalam konteks pendidikan:
1. Penyajian Materi Pembelajaran: Cara guru membingkai materi pelajaran dapat memengaruhi minat dan pemahaman siswa. Misalnya, membingkai matematika sebagai "pemecahan masalah kreatif" daripada sekadar "perhitungan" dapat meningkatkan keterlibatan siswa.
2. Motivasi Belajar: Framing dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar. Membingkai tugas sebagai "peluang untuk berkembang" daripada "tes kemampuan" dapat mengurangi kecemasan dan meningkatkan kinerja.
3. Penilaian dan Umpan Balik: Cara umpan balik dibingkai dapat memengaruhi respons siswa. Misalnya, membingkai kesalahan sebagai "peluang belajar" daripada "kegagalan" dapat mendorong pola pikir pertumbuhan.
4. Kurikulum dan Kebijakan Pendidikan: Framing memengaruhi bagaimana kurikulum dan kebijakan pendidikan dipersepsikan oleh masyarakat. Misalnya, membingkai pendidikan sebagai "investasi masa depan" vs "beban anggaran".
5. Pendidikan Inklusif: Framing digunakan untuk mempromosikan pendidikan inklusif, membingkai keragaman sebagai kekuatan daripada tantangan.
6. Metode Pengajaran: Berbagai metode pengajaran dapat dibingkai secara berbeda untuk menarik minat siswa atau mendapatkan dukungan dari pemangku kepentingan.
7. Teknologi dalam Pendidikan: Penggunaan teknologi dalam pendidikan dapat dibingkai sebagai "inovasi yang memberdayakan" atau "ancaman terhadap metode tradisional".
8. Pendidikan Karakter: Framing digunakan dalam pendidikan karakter untuk menekankan nilai-nilai tertentu dan membentuk perilaku siswa.
9. Pendidikan Lintas Budaya: Framing dapat membantu dalam menyajikan perspektif lintas budaya, mendorong pemahaman dan toleransi.
10. Evaluasi Pendidikan: Cara hasil evaluasi pendidikan (seperti tes standar) dibingkai dapat memengaruhi persepsi publik tentang kualitas pendidikan.
Advertisement
Dampak Framing pada Persepsi dan Pengambilan Keputusan
Framing memiliki dampak signifikan pada cara individu mempersepsikan informasi dan membuat keputusan. Berikut adalah penjelasan mendalam tentang berbagai dampak framing pada persepsi dan pengambilan keputusan:
1. Bias Kognitif: Framing dapat memicu berbagai bias kognitif, seperti bias konfirmasi (kecenderungan untuk mencari informasi yang mendukung keyakinan yang sudah ada) atau efek halo (kecenderungan untuk menggeneralisasi satu sifat positif ke seluruh karakter).
2. Perubahan Preferensi: Cara pilihan dibingkai dapat mengubah preferensi individu. Misalnya, membingkai produk sebagai "95% bebas lemak" vs "mengandung 5% lemak" dapat menghasilkan persepsi dan preferensi yang berbeda.
3. Pengaruh pada Penilaian Risiko: Framing memengaruhi bagaimana individu menilai risiko. Pilihan yang dibingkai dalam hal keuntungan cenderung membuat orang menghindari risiko, sementara framing dalam hal kerugian cenderung membuat orang mencari risiko.
4. Pembentukan Opini: Framing dapat membentuk opini publik tentang isu-isu kompleks. Cara media atau politisi membingkai isu dapat memengaruhi bagaimana masyarakat memahami dan merespons isu tersebut.
5. Pengaruh pada Memori: Framing dapat memengaruhi bagaimana informasi diingat. Informasi yang dibingkai secara emosional atau personal cenderung lebih mudah diingat.
6. Perubahan Perilaku: Framing dapat mendorong perubahan perilaku. Misalnya, membingkai pesan kesehatan dalam hal keuntungan vs kerugian dapat memengaruhi kepatuhan terhadap rekomendasi medis.
7. Pengaruh pada Motivasi: Cara tugas atau tujuan dibingkai dapat memengaruhi motivasi. Framing yang positif dan berorientasi pada pertumbuhan cenderung meningkatkan motivasi.
8. Efek pada Negosiasi: Dalam konteks negosiasi, framing dapat memengaruhi hasil. Membingkai penawaran sebagai keuntungan vs menghindari kerugian dapat mengubah dinamika negosiasi.
9. Pengaruh pada Evaluasi Moral: Framing dapat memengaruhi penilaian moral terhadap suatu situasi atau tindakan. Misalnya, membingkai tindakan sebagai "penyelamatan" vs "tidak bertindak" dapat mengubah penilaian etis.
10. Dampak pada Pengambilan Keputusan Kolektif: Dalam pengambilan keputusan kelompok, framing dapat memengaruhi dinamika diskusi dan hasil akhir keputusan.
