Akuisisi adalah: Definisi, Jenis, dan Dampaknya dalam Dunia Bisnis

Pelajari apa itu akuisisi, jenis-jenisnya, tujuan, serta dampak positif dan negatifnya bagi perusahaan. Pahami strategi akuisisi dalam pengembangan bisnis.

oleh Ayu Isti Prabandari Diperbarui 07 Feb 2025, 13:30 WIB
Diterbitkan 07 Feb 2025, 13:30 WIB
akuisisi adalah
akuisisi adalah ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Dalam dunia bisnis yang dinamis, akuisisi telah menjadi strategi penting bagi perusahaan untuk berkembang dan memperkuat posisi mereka di pasar. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan akuisisi? Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang definisi, jenis, tujuan, serta dampak akuisisi bagi perusahaan dan industri secara keseluruhan.

Promosi 1

Pengertian Akuisisi dalam Konteks Bisnis

Akuisisi adalah proses pengambilalihan kepemilikan atau pengendalian atas suatu perusahaan oleh perusahaan lain. Dalam bahasa yang lebih sederhana, akuisisi terjadi ketika satu perusahaan membeli sebagian besar atau seluruh saham perusahaan lain, sehingga memperoleh hak untuk mengendalikan operasional dan kebijakan perusahaan yang diakuisisi.

Penting untuk dicatat bahwa dalam akuisisi, kedua perusahaan tetap ada sebagai entitas hukum yang terpisah. Ini berbeda dengan merger, di mana dua perusahaan bergabung menjadi satu entitas baru. Akuisisi memungkinkan perusahaan pengakuisisi untuk memperluas bisnisnya tanpa harus membangun dari awal, sekaligus memberikan akses cepat ke pasar baru, teknologi, atau sumber daya lainnya.

Jenis-Jenis Akuisisi

Akuisisi dapat dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan tujuan strategis dan hubungan antara perusahaan yang terlibat. Berikut adalah penjelasan detail tentang jenis-jenis akuisisi:

1. Akuisisi Horizontal

Akuisisi horizontal terjadi ketika sebuah perusahaan mengakuisisi perusahaan lain yang beroperasi dalam industri atau lini bisnis yang sama. Tujuan utama dari akuisisi jenis ini adalah untuk memperluas pangsa pasar, mengurangi persaingan, dan mencapai skala ekonomi yang lebih besar.

Contoh akuisisi horizontal adalah ketika sebuah produsen smartphone mengakuisisi produsen smartphone lainnya. Langkah ini dapat membantu perusahaan memperluas jangkauan produknya, meningkatkan efisiensi produksi, dan memperkuat posisinya di pasar.

2. Akuisisi Vertikal

Akuisisi vertikal melibatkan pengambilalihan perusahaan yang berada dalam rantai pasokan yang sama, baik itu pemasok (akuisisi ke hulu) atau distributor (akuisisi ke hilir). Tujuan utama dari akuisisi vertikal adalah untuk meningkatkan kontrol atas rantai pasokan, mengurangi biaya, dan meningkatkan efisiensi operasional.

Sebagai contoh, sebuah produsen mobil yang mengakuisisi perusahaan pembuat suku cadang dapat dianggap sebagai akuisisi vertikal. Ini memungkinkan produsen mobil untuk memiliki kontrol lebih besar atas kualitas dan pasokan komponen kritis, serta potensial mengurangi biaya produksi.

3. Akuisisi Konglomerat

Akuisisi konglomerat terjadi ketika perusahaan mengakuisisi bisnis lain yang tidak memiliki hubungan langsung dengan bisnis utamanya. Jenis akuisisi ini sering dilakukan untuk tujuan diversifikasi, mengurangi risiko bisnis, atau memasuki pasar baru yang menjanjikan.

Contoh akuisisi konglomerat adalah ketika sebuah perusahaan teknologi mengakuisisi perusahaan makanan. Meskipun kedua industri ini tampaknya tidak berhubungan, langkah ini dapat membantu perusahaan teknologi mendiversifikasi portofolio bisnisnya dan mengurangi ketergantungan pada satu sektor industri.

Tujuan dan Motivasi di Balik Akuisisi

Perusahaan melakukan akuisisi dengan berbagai tujuan strategis. Berikut adalah beberapa motivasi utama di balik keputusan untuk melakukan akuisisi:

1. Ekspansi Pasar yang Cepat

Salah satu tujuan utama akuisisi adalah untuk mempercepat pertumbuhan perusahaan. Dengan mengakuisisi perusahaan yang sudah mapan di pasar tertentu, perusahaan dapat dengan cepat memperluas jangkauan geografisnya atau memasuki segmen pasar baru tanpa harus membangun kehadiran dari awal.

2. Akses ke Teknologi atau Inovasi

Perusahaan sering kali melakukan akuisisi untuk mendapatkan akses cepat ke teknologi baru atau inovasi yang dikembangkan oleh perusahaan lain. Ini dapat membantu perusahaan tetap kompetitif dalam industri yang berkembang pesat tanpa harus menginvestasikan waktu dan sumber daya yang signifikan dalam penelitian dan pengembangan.

3. Peningkatan Efisiensi dan Skala Ekonomi

Akuisisi dapat membantu perusahaan mencapai skala ekonomi yang lebih besar, yang pada gilirannya dapat mengurangi biaya produksi per unit. Dengan menggabungkan operasi, perusahaan dapat menghilangkan duplikasi fungsi, mengoptimalkan rantai pasokan, dan meningkatkan efisiensi keseluruhan.

4. Diversifikasi Risiko

Melalui akuisisi, perusahaan dapat mendiversifikasi portofolio bisnisnya, mengurangi ketergantungan pada satu pasar atau produk tertentu. Ini dapat membantu memitigasi risiko yang terkait dengan fluktuasi pasar atau perubahan preferensi konsumen dalam satu sektor industri.

5. Eliminasi Persaingan

Dalam beberapa kasus, perusahaan melakukan akuisisi untuk mengeliminasi atau mengurangi persaingan di pasar. Dengan mengakuisisi pesaing, perusahaan dapat memperkuat posisi pasarnya dan potensial meningkatkan kekuatan penetapan harganya.

Proses Akuisisi: Langkah-Langkah Kunci

Proses akuisisi adalah serangkaian langkah kompleks yang melibatkan berbagai aspek hukum, keuangan, dan operasional. Berikut adalah tahapan umum dalam proses akuisisi:

1. Identifikasi Target dan Penilaian Awal

Langkah pertama dalam proses akuisisi adalah mengidentifikasi perusahaan target yang sesuai dengan tujuan strategis perusahaan pengakuisisi. Ini melibatkan analisis mendalam terhadap potensi target, termasuk kinerja keuangan, posisi pasar, dan kecocokan strategis.

2. Pendekatan dan Negosiasi Awal

Setelah target diidentifikasi, perusahaan pengakuisisi akan melakukan pendekatan kepada manajemen atau pemilik perusahaan target. Tahap ini melibatkan diskusi awal tentang kemungkinan akuisisi dan negosiasi tentang syarat dan ketentuan umum.

3. Due Diligence

Due diligence adalah proses investigasi menyeluruh terhadap perusahaan target. Ini mencakup pemeriksaan detail atas aspek keuangan, hukum, operasional, dan komersial perusahaan untuk memverifikasi informasi dan mengidentifikasi potensi risiko atau masalah.

4. Penilaian dan Penentuan Harga

Berdasarkan hasil due diligence, perusahaan pengakuisisi akan melakukan penilaian terhadap nilai perusahaan target dan menentukan harga penawaran yang sesuai. Ini melibatkan berbagai metode penilaian bisnis dan pertimbangan strategis.

5. Negosiasi Final dan Penyusunan Kontrak

Setelah harga dan syarat utama disepakati, kedua belah pihak akan melakukan negosiasi detail untuk menyusun perjanjian akuisisi. Ini melibatkan tim hukum dari kedua pihak untuk memastikan semua aspek hukum dan komersial tercakup dalam kontrak.

6. Persetujuan Pemegang Saham dan Regulatori

Tergantung pada ukuran dan sifat akuisisi, mungkin diperlukan persetujuan dari pemegang saham kedua perusahaan serta izin dari otoritas regulatori yang relevan, seperti Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) di Indonesia.

7. Closing dan Integrasi

Setelah semua persetujuan diperoleh dan syarat-syarat terpenuhi, akuisisi akan "ditutup" atau diselesaikan secara resmi. Selanjutnya, dimulailah proses integrasi di mana perusahaan yang diakuisisi diintegrasikan ke dalam operasi perusahaan pengakuisisi.

Dampak Akuisisi terhadap Perusahaan dan Industri

Akuisisi dapat membawa dampak signifikan, baik positif maupun negatif, terhadap perusahaan yang terlibat dan industri secara keseluruhan. Berikut adalah beberapa dampak utama dari akuisisi:

Dampak Positif

  • Peningkatan Efisiensi: Akuisisi dapat menghasilkan sinergi operasional yang mengarah pada peningkatan efisiensi dan pengurangan biaya.
  • Akses ke Pasar Baru: Perusahaan dapat dengan cepat memasuki pasar baru atau segmen pelanggan yang sebelumnya tidak terjangkau.
  • Peningkatan Inovasi: Penggabungan sumber daya dan keahlian dapat mendorong inovasi dan pengembangan produk baru.
  • Diversifikasi Risiko: Akuisisi dapat membantu perusahaan mendiversifikasi portofolio bisnisnya, mengurangi ketergantungan pada satu pasar atau produk.
  • Peningkatan Daya Saing: Dengan skala yang lebih besar dan sumber daya yang lebih kuat, perusahaan dapat meningkatkan daya saingnya di pasar.

Dampak Negatif

  • Tantangan Integrasi: Menggabungkan dua budaya perusahaan dan sistem operasional yang berbeda dapat menjadi proses yang sulit dan memakan waktu.
  • Potensi Pengurangan Tenaga Kerja: Akuisisi sering kali mengakibatkan rasionalisasi tenaga kerja, yang dapat berdampak negatif pada moral karyawan dan komunitas lokal.
  • Risiko Keuangan: Jika akuisisi tidak berhasil atau terlalu mahal, dapat membebani keuangan perusahaan pengakuisisi.
  • Pengurangan Persaingan: Dalam beberapa kasus, akuisisi dapat mengurangi persaingan di pasar, yang berpotensi merugikan konsumen.
  • Perubahan Fokus Strategis: Akuisisi dapat mengalihkan perhatian manajemen dari operasi inti perusahaan, setidaknya dalam jangka pendek.

Regulasi dan Aspek Hukum Akuisisi di Indonesia

Di Indonesia, akuisisi diatur oleh berbagai peraturan perundang-undangan untuk memastikan praktik yang adil dan transparan. Berikut adalah beberapa aspek hukum penting terkait akuisisi di Indonesia:

1. Undang-Undang Perseroan Terbatas

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas mengatur prosedur dan persyaratan akuisisi perusahaan. Undang-undang ini menetapkan bahwa akuisisi harus mendapatkan persetujuan dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan harus memperhatikan kepentingan perusahaan, pemegang saham minoritas, karyawan, serta kreditor.

2. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

Untuk perusahaan publik, OJK memiliki serangkaian peraturan yang mengatur proses akuisisi, termasuk kewajiban keterbukaan informasi dan perlindungan terhadap pemegang saham minoritas. Peraturan OJK No. 9/POJK.04/2018 tentang Pengambilalihan Perusahaan Terbuka adalah salah satu regulasi kunci dalam hal ini.

3. Hukum Persaingan Usaha

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat mengatur bahwa akuisisi yang dapat mengakibatkan praktik monopoli atau persaingan usaha tidak sehat adalah dilarang. Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) memiliki wewenang untuk menilai dan memberikan persetujuan terhadap rencana akuisisi yang berpotensi mempengaruhi persaingan di pasar.

4. Peraturan Sektor Spesifik

Beberapa sektor industri memiliki regulasi khusus terkait akuisisi. Misalnya, di sektor perbankan, akuisisi bank harus mendapatkan persetujuan dari Bank Indonesia dan OJK, dengan mempertimbangkan aspek kesehatan bank dan stabilitas sistem keuangan.

5. Kewajiban Pelaporan dan Notifikasi

Perusahaan yang melakukan akuisisi dengan nilai aset atau penjualan melebihi ambang batas tertentu wajib melaporkan rencana akuisisi tersebut kepada KPPU. Ini diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010 tentang Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha dan Pengambilalihan Saham Perusahaan.

Tantangan dan Risiko dalam Akuisisi

Meskipun akuisisi dapat menawarkan banyak manfaat, proses ini juga menghadirkan sejumlah tantangan dan risiko yang perlu diantisipasi dan dikelola dengan baik. Berikut adalah beberapa tantangan utama dalam akuisisi:

1. Penilaian yang Tidak Akurat

Salah satu risiko terbesar dalam akuisisi adalah kemungkinan membayar terlalu mahal untuk perusahaan target. Penilaian yang tidak akurat dapat terjadi karena berbagai faktor, termasuk informasi yang tidak lengkap, asumsi yang terlalu optimis, atau kegagalan dalam mengidentifikasi potensi masalah selama proses due diligence.

2. Integrasi Budaya

Menggabungkan dua perusahaan dengan budaya yang berbeda dapat menjadi tantangan besar. Perbedaan dalam gaya manajemen, nilai-nilai perusahaan, dan praktik kerja dapat menyebabkan konflik dan menurunkan produktivitas jika tidak dikelola dengan baik.

3. Retensi Karyawan Kunci

Seringkali, nilai sebuah perusahaan terletak pada keahlian dan pengalaman karyawannya. Mempertahankan karyawan kunci setelah akuisisi dapat menjadi tantangan, terutama jika ada ketidakpastian tentang peran mereka di masa depan atau perubahan dalam budaya perusahaan.

4. Sinergi yang Tidak Tercapai

Banyak akuisisi dilakukan dengan harapan mencapai sinergi operasional atau keuangan. Namun, dalam praktiknya, sinergi ini sering kali lebih sulit dicapai daripada yang diperkirakan, yang dapat mengakibatkan kinerja yang lebih rendah dari yang diharapkan.

5. Masalah Regulatori

Akuisisi, terutama yang melibatkan perusahaan besar atau di industri yang diatur ketat, dapat menghadapi tantangan regulatori. Proses mendapatkan persetujuan dari otoritas yang berwenang dapat memakan waktu dan sumber daya yang signifikan.

6. Beban Utang

Jika akuisisi dibiayai dengan utang, beban utang yang tinggi dapat membatasi fleksibilitas keuangan perusahaan di masa depan dan meningkatkan risiko jika kinerja bisnis tidak sesuai harapan.

7. Distraksi Manajemen

Proses akuisisi dapat sangat menyita waktu dan perhatian tim manajemen, yang berpotensi mengalihkan fokus dari operasi inti bisnis. Ini dapat berdampak negatif pada kinerja jangka pendek kedua perusahaan.

Strategi Sukses dalam Akuisisi

Untuk meningkatkan peluang keberhasilan akuisisi, perusahaan perlu menerapkan strategi yang tepat. Berikut adalah beberapa strategi kunci untuk akuisisi yang sukses:

1. Due Diligence yang Menyeluruh

Lakukan due diligence yang komprehensif, tidak hanya pada aspek keuangan tetapi juga operasional, hukum, dan budaya perusahaan. Ini akan membantu mengidentifikasi potensi masalah dan risiko sebelum akuisisi diselesaikan.

2. Perencanaan Integrasi yang Matang

Mulai merencanakan proses integrasi sejak awal. Identifikasi area-area kunci yang perlu diintegrasikan dan tentukan timeline yang realistis. Libatkan tim dari kedua perusahaan dalam proses perencanaan ini.

3. Komunikasi yang Jelas dan Konsisten

Komunikasikan visi dan tujuan akuisisi dengan jelas kepada semua pemangku kepentingan, termasuk karyawan, pelanggan, dan investor. Transparansi dapat membantu mengurangi ketidakpastian dan membangun dukungan untuk proses akuisisi.

4. Fokus pada Retensi Talenta

Identifikasi karyawan kunci di perusahaan target dan kembangkan strategi untuk mempertahankan mereka. Ini mungkin melibatkan insentif finansial, peluang pengembangan karir, atau peran baru dalam organisasi yang digabungkan.

5. Manajemen Perubahan yang Efektif

Terapkan program manajemen perubahan yang kuat untuk membantu karyawan beradaptasi dengan struktur dan budaya baru. Ini dapat mencakup pelatihan, workshop, dan program mentoring.

6. Penetapan Tujuan dan Metrik yang Jelas

Tentukan tujuan yang jelas dan terukur untuk akuisisi, dan tetapkan metrik kinerja untuk melacak kemajuan. Ini akan membantu dalam mengevaluasi keberhasilan akuisisi dan mengidentifikasi area yang memerlukan perbaikan.

7. Fleksibilitas dalam Implementasi

Meskipun perencanaan penting, tetap fleksibel dalam implementasi. Bersiaplah untuk menyesuaikan strategi berdasarkan tantangan dan peluang yang muncul selama proses integrasi.

Kesimpulan

Akuisisi adalah strategi bisnis yang kompleks namun berpotensi sangat menguntungkan bagi perusahaan yang ingin berkembang pesat, memasuki pasar baru, atau meningkatkan daya saing mereka. Melalui akuisisi, perusahaan dapat memperoleh akses cepat ke teknologi baru, basis pelanggan yang lebih luas, atau sumber daya yang berharga.

Namun, keberhasilan akuisisi bergantung pada perencanaan yang matang, due diligence yang menyeluruh, dan eksekusi yang hati-hati. Perusahaan harus mempertimbangkan dengan cermat tujuan strategis mereka, menilai risiko dan manfaat potensial, serta mempersiapkan strategi integrasi yang efektif.

Penting juga untuk memahami dan mematuhi aspek hukum dan regulasi yang berlaku, terutama di Indonesia di mana akuisisi diatur oleh berbagai undang-undang dan peraturan. Kepatuhan terhadap regulasi ini tidak hanya penting untuk legalitas transaksi, tetapi juga untuk memastikan bahwa akuisisi tidak menimbulkan masalah persaingan usaha atau merugikan kepentingan publik.

Akhirnya, meskipun akuisisi menawarkan peluang besar untuk pertumbuhan dan transformasi bisnis, perusahaan harus tetap realistis tentang tantangan yang mungkin dihadapi. Dengan pendekatan yang tepat, perencanaan yang matang, dan eksekusi yang cermat, akuisisi dapat menjadi alat yang sangat efektif untuk mencapai tujuan strategis perusahaan dan menciptakan nilai jangka panjang bagi semua pemangku kepentingan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya