Liputan6.com, Jakarta Gerakan Tutup Mulut atau GTM adalah fenomena yang sering dialami oleh anak-anak, terutama balita, saat mereka menolak untuk makan. Sebagai orang tua, menghadapi anak yang mengalami GTM tentu membuat khawatir. Namun, penting untuk memahami bahwa GTM merupakan fase normal dalam tumbuh kembang anak. Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang apa itu GTM, penyebabnya, dan cara mengatasinya agar anak tetap mendapatkan asupan gizi yang optimal.
Pengertian GTM pada Anak
GTM atau Gerakan Tutup Mulut adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan perilaku anak yang menolak makan dengan cara menutup mulutnya rapat-rapat. Fenomena ini umumnya terjadi pada anak usia 1-3 tahun, meskipun bisa juga dialami oleh anak yang lebih tua. GTM bukan hanya sekedar anak yang pilih-pilih makanan, tetapi lebih kepada penolakan total terhadap makanan yang disajikan.
Beberapa karakteristik GTM pada anak meliputi:
- Menutup mulut rapat-rapat saat disuapi
- Memalingkan kepala atau menjauhkan diri dari makanan
- Menangis atau merengek saat waktu makan tiba
- Melepehkan atau memuntahkan makanan yang sudah masuk ke mulut
- Menolak semua jenis makanan, termasuk makanan favorit
Penting untuk membedakan GTM dengan perilaku pilih-pilih makanan (picky eater). Seorang anak yang pilih-pilih makanan mungkin hanya menolak jenis makanan tertentu, sementara anak dengan GTM cenderung menolak semua jenis makanan. GTM juga berbeda dengan gangguan makan seperti ARFID (Avoidant/Restrictive Food Intake Disorder) yang lebih serius dan memerlukan penanganan medis.
Advertisement
Penyebab GTM pada Anak
Memahami penyebab GTM pada anak sangat penting untuk menentukan cara penanganan yang tepat. Berikut adalah beberapa faktor yang dapat menyebabkan anak mengalami GTM:
1. Perubahan Laju Pertumbuhan
Setelah usia 1 tahun, laju pertumbuhan anak cenderung melambat dibandingkan dengan tahun pertama kehidupannya. Hal ini menyebabkan kebutuhan kalori anak menurun, yang dapat mengakibatkan penurunan nafsu makan. Anak mungkin merasa cukup kenyang dengan porsi makan yang lebih sedikit dibandingkan sebelumnya.
2. Keinginan untuk Mandiri
Usia 1-3 tahun adalah masa di mana anak mulai mengembangkan kemandirian. Mereka ingin melakukan banyak hal sendiri, termasuk makan. Jika anak merasa terlalu dikontrol saat makan, mereka mungkin akan memberontak dengan cara menolak makanan.
3. Gangguan saat Makan
Lingkungan makan yang terlalu ramai atau penuh gangguan dapat menyebabkan anak kehilangan fokus pada makanannya. Penggunaan gadget, menonton TV, atau aktivitas lain saat makan dapat membuat anak lebih tertarik pada hal-hal tersebut daripada makanannya.
4. Trauma atau Pengalaman Negatif
Jika anak pernah mengalami pengalaman buruk saat makan, seperti tersedak atau dipaksa makan, mereka mungkin akan mengembangkan ketakutan atau kecemasan terhadap makanan. Hal ini dapat memicu perilaku GTM sebagai mekanisme pertahanan diri.
5. Masalah Kesehatan
Beberapa kondisi kesehatan dapat menyebabkan anak mengalami GTM, seperti:
- Infeksi tenggorokan atau mulut yang menyebabkan rasa sakit saat menelan
- Refluks asam lambung yang membuat anak merasa tidak nyaman setelah makan
- Alergi atau intoleransi makanan yang tidak terdeteksi
- Sembelit yang menyebabkan rasa kenyang berkepanjangan
- Gangguan sensorik yang membuat anak sensitif terhadap tekstur atau rasa tertentu
6. Pola Makan yang Tidak Teratur
Memberikan camilan terlalu sering atau dalam jumlah besar antara waktu makan utama dapat membuat anak merasa kenyang saat tiba waktu makan. Akibatnya, anak mungkin akan menolak makanan utama yang disajikan.
7. Tekanan dan Ekspektasi Berlebihan
Terlalu menekan anak untuk menghabiskan makanan atau memaksa mereka makan dalam jumlah tertentu dapat menciptakan suasana negatif seputar waktu makan. Hal ini dapat memicu kecemasan dan penolakan terhadap makanan.
Dampak GTM pada Tumbuh Kembang Anak
GTM yang berlangsung dalam jangka waktu singkat umumnya tidak menimbulkan masalah serius pada tumbuh kembang anak. Namun, jika kondisi ini berlanjut dalam waktu lama, beberapa dampak negatif yang mungkin terjadi antara lain:
1. Kekurangan Nutrisi
Penolakan makan yang berkepanjangan dapat menyebabkan anak kekurangan zat gizi penting seperti protein, vitamin, dan mineral. Hal ini dapat mengganggu pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitif anak.
2. Penurunan Berat Badan
Jika asupan kalori anak terus-menerus kurang dari kebutuhannya, berat badan anak mungkin akan turun atau tidak naik sesuai yang seharusnya. Hal ini dapat meningkatkan risiko malnutrisi.
3. Gangguan Sistem Kekebalan Tubuh
Kekurangan nutrisi akibat GTM dapat melemahkan sistem imun anak, membuat mereka lebih rentan terhadap infeksi dan penyakit.
4. Keterlambatan Perkembangan
Asupan nutrisi yang tidak memadai dalam jangka panjang dapat mempengaruhi perkembangan otak dan sistem saraf anak, yang pada gilirannya dapat menyebabkan keterlambatan dalam perkembangan motorik, kognitif, dan bahasa.
5. Masalah Perilaku
GTM yang tidak ditangani dengan baik dapat berkembang menjadi masalah perilaku makan yang lebih serius di kemudian hari, seperti gangguan makan atau kecemasan berlebihan terhadap makanan.
Advertisement
Cara Mengatasi GTM pada Anak
Menghadapi anak yang mengalami GTM membutuhkan kesabaran dan strategi yang tepat. Berikut adalah beberapa cara efektif untuk mengatasi GTM pada anak:
1. Ciptakan Suasana Makan yang Menyenangkan
Jadikan waktu makan sebagai momen yang menyenangkan dan bebas tekanan. Beberapa tips yang bisa dilakukan:
- Makan bersama keluarga di meja makan
- Ajak anak berbincang santai selama makan
- Hindari memaksa atau memarahi anak jika tidak mau makan
- Berikan pujian ketika anak mau mencoba makanan baru
2. Terapkan Jadwal Makan yang Teratur
Membuat jadwal makan yang konsisten dapat membantu mengatur nafsu makan anak. Berikut panduan umum jadwal makan untuk anak:
- 3 kali makan utama (sarapan, makan siang, makan malam)
- 2-3 kali camilan sehat di antara waktu makan utama
- Jarak antar waktu makan sekitar 2-3 jam
3. Sajikan Porsi Kecil dan Bervariasi
Menyajikan makanan dalam porsi kecil dapat mengurangi rasa tertekan pada anak. Variasikan jenis makanan yang disajikan untuk memberikan pilihan pada anak. Contoh penyajian yang menarik:
- Gunakan piring dengan kompartemen berbeda untuk setiap jenis makanan
- Buat bentuk-bentuk menarik dari sayuran atau buah
- Sajikan makanan dengan warna-warni yang menarik
4. Libatkan Anak dalam Proses Persiapan Makanan
Mengajak anak terlibat dalam memilih dan menyiapkan makanan dapat meningkatkan minat mereka terhadap makanan tersebut. Beberapa aktivitas yang bisa dilakukan:
- Mengajak anak berbelanja bahan makanan
- Meminta bantuan anak untuk mencuci sayuran atau buah
- Mengizinkan anak memilih menu makan (dari pilihan yang sudah ditentukan)
- Membiarkan anak membantu menata meja makan
5. Berikan Contoh Makan yang Baik
Anak-anak cenderung meniru perilaku orang tuanya. Tunjukkan kebiasaan makan yang baik dengan:
- Makan makanan yang beragam dan seimbang
- Menunjukkan sikap positif terhadap makanan sehat
- Makan dengan tenang dan tidak terburu-buru
- Menghindari penggunaan gadget saat makan
6. Hindari Memberikan Makanan sebagai Hadiah atau Hukuman
Menggunakan makanan sebagai hadiah atau hukuman dapat menciptakan hubungan yang tidak sehat antara anak dengan makanan. Sebagai gantinya:
- Berikan pujian atau pelukan sebagai bentuk apresiasi
- Gunakan aktivitas menyenangkan sebagai hadiah, bukan makanan
- Jangan memaksa anak menghabiskan makanan sebagai syarat mendapatkan dessert
7. Perhatikan Tekstur dan Suhu Makanan
Beberapa anak mungkin sensitif terhadap tekstur atau suhu makanan tertentu. Cobalah:
- Menyajikan makanan dengan tekstur yang bervariasi (lembut, renyah, dll)
- Memastikan suhu makanan tidak terlalu panas atau dingin
- Memperkenalkan tekstur baru secara bertahap
8. Batasi Konsumsi Susu dan Minuman Manis
Terlalu banyak minum susu atau minuman manis dapat mengurangi nafsu makan anak terhadap makanan utama. Tips yang bisa dilakukan:
- Batasi konsumsi susu maksimal 480-720 ml per hari (sesuai usia anak)
- Berikan air putih sebagai minuman utama
- Hindari memberikan minuman manis sebelum waktu makan
9. Bersabar dan Konsisten
Mengatasi GTM membutuhkan waktu dan kesabaran. Penting untuk tetap konsisten dalam menerapkan strategi yang telah dipilih. Beberapa hal yang perlu diingat:
- Perubahan kebiasaan makan membutuhkan waktu, bisa berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan
- Jangan mudah menyerah jika strategi tidak langsung berhasil
- Tetap tenang dan positif meskipun anak masih menolak makan
10. Konsultasi dengan Ahli Gizi atau Dokter Anak
Jika GTM berlangsung lama dan mengganggu tumbuh kembang anak, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan ahli gizi atau dokter anak. Mereka dapat membantu:
- Mengevaluasi status gizi anak
- Mengidentifikasi penyebab GTM yang mungkin terkait masalah kesehatan
- Memberikan rekomendasi penanganan yang lebih spesifik
- Merekomendasikan suplemen gizi jika diperlukan
Mitos dan Fakta Seputar GTM pada Anak
Terdapat beberapa mitos yang beredar di masyarakat terkait GTM pada anak. Penting bagi orang tua untuk memahami fakta yang sebenarnya agar dapat menangani GTM dengan tepat. Berikut beberapa mitos dan fakta seputar GTM:
Mitos 1: Anak yang mengalami GTM pasti kekurangan gizi
Fakta: Tidak selalu. Banyak anak yang mengalami GTM tetap memiliki status gizi yang baik. Yang terpenting adalah memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan anak secara keseluruhan, bukan hanya dari jumlah makanan yang dikonsumsi.
Mitos 2: Memberikan suplemen penambah nafsu makan adalah solusi terbaik untuk GTM
Fakta: Suplemen penambah nafsu makan bukan solusi jangka panjang dan dapat menimbulkan ketergantungan. Lebih baik fokus pada perbaikan pola makan dan menciptakan suasana makan yang positif.
Mitos 3: Anak yang mengalami GTM tidak boleh diberi camilan
Fakta: Camilan sehat dalam jumlah yang tepat justru dapat membantu memenuhi kebutuhan gizi anak. Yang penting adalah mengatur waktu pemberian camilan agar tidak mengganggu waktu makan utama.
Mitos 4: GTM adalah tanda anak manja atau nakal
Fakta: GTM adalah fase normal dalam tumbuh kembang anak dan bukan indikasi kepribadian anak. Perilaku ini lebih sering terkait dengan perkembangan kemandirian dan eksplorasi anak terhadap lingkungannya.
Mitos 5: Anak yang mengalami GTM harus dipaksa makan agar tidak kekurangan gizi
Fakta: Memaksa anak makan justru dapat memperburuk situasi dan menciptakan trauma. Pendekatan yang lebih baik adalah memberikan pilihan makanan sehat dan membiarkan anak mengontrol jumlah yang dimakan.
Advertisement
Kapan Harus Khawatir dengan GTM pada Anak?
Meskipun GTM umumnya merupakan fase normal, ada beberapa situasi di mana orang tua perlu waspada dan segera berkonsultasi dengan dokter anak. Berikut adalah tanda-tanda yang perlu diwaspadai:
- Anak mengalami penurunan berat badan yang signifikan
- Pertumbuhan anak terhambat atau tidak sesuai kurva pertumbuhan normal
- Anak menunjukkan tanda-tanda kekurangan gizi seperti rambut rontok, kulit kering, atau sering sakit
- GTM disertai dengan gejala lain seperti muntah, diare, atau nyeri perut yang terus-menerus
- Anak menolak semua jenis makanan dalam jangka waktu yang lama (lebih dari beberapa minggu)
- Anak menunjukkan tanda-tanda dehidrasi seperti mulut kering, kurang buang air kecil, atau lesu
- GTM menyebabkan stres yang signifikan pada anak atau keluarga
Dalam situasi-situasi tersebut, evaluasi medis mungkin diperlukan untuk memastikan tidak ada masalah kesehatan yang mendasari perilaku GTM anak.
Peran Orang Tua dalam Mengatasi GTM
Orang tua memiliki peran krusial dalam membantu anak mengatasi fase GTM. Beberapa hal yang dapat dilakukan orang tua antara lain:
1. Menjadi Role Model yang Baik
Anak-anak belajar banyak dari mengamati perilaku orang tuanya. Tunjukkan kebiasaan makan yang sehat dan sikap positif terhadap makanan. Nikmati makanan bersama-sama sebagai keluarga dan tunjukkan bahwa makan adalah aktivitas yang menyenangkan.
2. Menciptakan Lingkungan Makan yang Positif
Usahakan agar suasana makan selalu menyenangkan dan bebas dari tekanan. Hindari pertengkaran atau diskusi serius saat makan. Jadikan meja makan sebagai tempat untuk berbagi cerita dan berinteraksi positif dengan anggota keluarga.
3. Menghargai Sinyal Lapar dan Kenyang Anak
Percayalah pada kemampuan anak untuk mengatur asupan makanannya sendiri. Jangan memaksa anak makan lebih banyak jika ia sudah menunjukkan tanda kenyang. Sebaliknya, jangan membatasi makanan jika anak masih lapar (kecuali ada indikasi medis tertentu).
4. Menyediakan Pilihan Makanan Sehat
Pastikan selalu tersedia berbagai pilihan makanan sehat di rumah. Libatkan anak dalam memilih dan menyiapkan makanan untuk meningkatkan minat mereka. Perkenalkan makanan baru secara bertahap dan berulang.
5. Mengelola Stres dan Kecemasan
Jika Anda merasa stres atau cemas menghadapi GTM anak, cari dukungan dari pasangan, keluarga, atau profesional. Stres orang tua dapat mempengaruhi suasana makan dan memperburuk situasi.
6. Mendokumentasikan Pola Makan Anak
Catat jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi anak selama beberapa hari atau minggu. Informasi ini dapat membantu Anda dan dokter anak dalam mengevaluasi asupan gizi anak secara keseluruhan.
7. Bersikap Fleksibel namun Konsisten
Terapkan aturan makan yang jelas namun fleksibel. Misalnya, tetapkan waktu makan yang teratur tetapi beri sedikit kelonggaran jika ada acara khusus. Konsisten dengan aturan yang sudah ditetapkan, namun tetap terbuka untuk menyesuaikan strategi jika diperlukan.
Advertisement
Pertanyaan Umum Seputar GTM pada Anak
Berikut adalah beberapa pertanyaan yang sering diajukan oleh orang tua terkait GTM pada anak beserta jawabannya:
1. Apakah GTM berbahaya bagi anak?
GTM yang berlangsung singkat umumnya tidak berbahaya. Namun, jika berlanjut dalam jangka panjang dan menyebabkan penurunan berat badan atau gangguan pertumbuhan, perlu penanganan lebih lanjut.
2. Berapa lama fase GTM biasanya berlangsung?
Durasi GTM bervariasi pada setiap anak. Beberapa anak mungkin mengalaminya hanya beberapa minggu, sementara yang lain bisa berlangsung beberapa bulan. Yang terpenting adalah memantau pertumbuhan dan perkembangan anak secara keseluruhan.
3. Apakah pemberian vitamin dapat membantu mengatasi GTM?
Vitamin bukan solusi utama untuk GTM. Fokus utama sebaiknya pada perbaikan pola makan dan suasana makan. Namun, jika dokter merekomendasikan suplemen vitamin tertentu, ikuti anjurannya.
4. Bagaimana jika anak hanya mau makan satu jenis makanan saja?
Hal ini cukup umum terjadi dan biasanya bersifat sementara. Tetap tawarkan variasi makanan lain tanpa memaksa. Pastikan makanan yang disukai anak tetap bergizi. Jika berlangsung lama, konsultasikan dengan ahli gizi.
5. Apakah GTM bisa dicegah?
GTM sulit dicegah sepenuhnya karena merupakan bagian dari perkembangan anak. Namun, menerapkan kebiasaan makan yang baik sejak dini dan menciptakan suasana makan yang positif dapat membantu meminimalkan dampaknya.
Kesimpulan
GTM atau Gerakan Tutup Mulut adalah fase yang umum dialami anak-anak, terutama di usia balita. Meskipun dapat menimbulkan kekhawatiran bagi orang tua, penting untuk memahami bahwa GTM seringkali merupakan bagian normal dari perkembangan anak. Kunci utama dalam menghadapi GTM adalah kesabaran, konsistensi, dan pendekatan positif terhadap makanan dan waktu makan.
Dengan menerapkan strategi yang tepat seperti menciptakan suasana makan yang menyenangkan, menyajikan variasi makanan, dan melibatkan anak dalam proses persiapan makanan, orang tua dapat membantu anak melewati fase GTM dengan lebih mudah. Penting juga untuk tetap memantau pertumbuhan dan perkembangan anak secara keseluruhan, dan jangan ragu untuk berkonsultasi dengan ahli gizi atau dokter anak jika GTM berlangsung lama atau menimbulkan masalah kesehatan.
Ingatlah bahwa setiap anak unik dan mungkin memerlukan pendekatan yang berbeda-beda. Yang terpenting adalah menciptakan hubungan yang positif antara anak dengan makanan, sehingga di masa depan mereka dapat memiliki kebiasaan makan yang sehat dan menyenangkan.
Advertisement
![Loading](https://cdn-production-assets-kly.akamaized.net/assets/images/articles/loadingbox-liputan6.gif)