Batal, Upaya Kerjasama AS dan Iran Hadapi Ekstremis Irak

Para pemimpin Iran kerap menyebut AS sebagai 'Setan Besar' dan AS memasukkan Iran dalam daftar negara pendukung terorisme.

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 17 Jun 2014, 15:09 WIB
Diterbitkan 17 Jun 2014, 15:09 WIB
John Kerry
John Kerry

Liputan6.com, Washington DC - Terkait dengan merebaknya kekerasan yang dilakukan oleh ISIS di Irak, sempat tersiar kabar tentang kemungkinan kerjasama dua musuh bebuyutan Amerika Serikat (AS) dan Iran. Para pemimpin Iran kerap menyebut AS sebagai 'Setan Besar' dan AS memasukkan Iran dalam daftar negara pendukung terorisme.

Nyatanya, Amerika Serikat mengesampingkan tindakan kerjasama militer dengan Iran dari daftar pilihan yang pernah sempat terpikirkan untuk mengusir kaum radikal dari Irak. Pada saat yang sama, para pejuang Sunni mencaplok satu lagi kota di Irak. Demikianlah berita yang dilansir dari Irish Times (17/06/2014).

Menteri Luar Negeri John Kerry mengemukakan kemungkinan kerjasama militer dengan Iran untuk mencegah tercabik-cabiknya negeri Irak karena konflik yang bersifat sektarian ketika ia ditanyai tentang kalimat sebelumnya untuk "tidak menutup kemungkinan apapun."

Dalam suatu wawancara dengaan Yahoo! News, Kerry mengatakan bahwa Amerika Serikat "terbuka untuk pembahasan" dengan Teheran jika memang ada hasil yang baik untuk Irak.

Belakangan, Gedung Putih dan Pentagon menolak segala bentuk kerjasama militer melalui komentar-komentar yang berseberangan dengan Kerry.

"Apapun pembicaraan dengan pemerintahan Iran tidak akan menyentuh kerjasama militer," kata jurubicara Gedung Putih, John Earnest, kepada para wartawan.

Kerry mengatakan bahwa AS "terbuka untuk proses manapun yang membangun sehingga dapat mengurangi kekerasan, menjaga keutuhan Irak, kesatuan negeri itu, dan mengenyahkan kehadiran kekuatan teroris dari luar yang mencabik-cabik negara tersebut."

Presiden Iran, Hassan Rouhani juga telah membuka kemungkinan bertindak bersama dengan AS di Irak, mengatakan di hari Sabtu lalu: "Bisa kami pikirkan dulu, jika kami melihat Amerika mulai menghadapi kelompok teroris di Irak atau di tempat lain."

Para pejuang dari sempalan Al Qaeda, Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS), yang juga dikenal dengan sebutan Negara Islam di Irak dan Levant (ISIL), merangsek maju ke kawasan-kawasan yang lebih banyak dihuni oleh kaum Sunni Irak setelah mengambil kendali atas kota Tal Afar di barat daya. Kota itu merupakan tempat ke tiga terpenting yang jatuh ke tangan pemberontak dalam waktu kurang dari sepekan, dan merupakan salah satu sasaran kelompok itu untuk mendirikan suatu negara yang membentang di Irak dan Suriah.

Kejatuhan Tal Afar yang berpenduduk 200.000 orang dan berjarak lebih dari 410 kilometer dari Baghdad, setelah pertempuran dua hari yang melemahkan pemerintahan Syiah Irak dan memberi tekanan tambahan kepada Iran yang juga beraliran Syiah, menyebabkan AS datang membantu perdana menteri Irak, Nouri al-Maliki.

Membanjirnya para laskar dan sukarelawan ke garis pertempuran sekitar 100 kilometer dari ibukota telah memperlambat gerak maju ISIS ke selatan sehingga kelompok itu sepertinya akan lebih sulit mengulang kemenangan mereka di Mosul dan Tikrit.

Sementara itu, nasib hampir dari 2.000 prajurit Syiah Irak yang ditawan di Tikrit masih belum jelas dan telah menjadi pemicu rekrutmen baru dan membanjirnya pusat-pusat pendaftaran di Baghdad karena keinginan penduduk untuk menuju garis depan.

Pengakuan ISIS yang mengatakan telah menewaskan 1.700 orang belum dapat dipastikan, walaupun foto dan video dari pembunuhan sedikitnya 50 orang telah dibuktikan benar adanya. Lima puluh korban itu sedang tiarap dengan tangan terikat sewaktu dibunuh.

Seorang pejabat senior dalam pemerintahan Obama mengajukan kemungkinan pembicaraan AS dan Iran tentang keadaan ini di sela-sela pertemuan perjanjian nuklir Iran di Austria pekan ini. Wakil menteri luar negeri AS, William J. Burns, dijadwalkan akan bertemu dentan menteri luar negeri Iran, Mohammad Javad Zarif dan kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Catherine Ashton di Wina. (Ein)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya