Terkait Penyadapan Telepon, Wartawan Inggris Dibui 18 Bulan

Andy Coulson dan beberapa terdakwa dinyatakan bersalah merencanakan penyadapan telepon besar-besaran di Inggris.

oleh Anri Syaiful diperbarui 05 Jul 2014, 06:32 WIB
Diterbitkan 05 Jul 2014, 06:32 WIB
Andy Coulson
Andy Coulson. (Andrew Winning/Reuters)

Liputan6.com, London - Mantan Kepala Bidang Media Kantor Perdana Menteri Inggris David Cameron, Andy Coulson, divonis penjara 18 bulan pada Jumat 4 Juli waktu setempat. Ia terlibat penyadapan telepon besar-besaran oleh wartawan saat masih bekerja untuk taipan media Rupert Murdoch.

Ketika penyadapan terjadi, Coulson masih menjabat redaktur tabloid News of the World dari tahun 2003-2007, yang telah dimatikan menyusul terungkapnya skandal tersebut. Pasca-mundur dari tabloid tersebut, Coulson kemudian digaet menjadi Direktur Komunikasi untuk Partai Konservatif.

Namun pada pekan silam, Coulson dinyatakan bersalah melakukan konspirasi untuk menyadap kotak suara telepon seluler milik banyak orang. "Coulson mengetahui soal penyadapan itu dan bahkan dia ikut mendorongnya, padahal seharusnya dia menghentikannya," ucap hakim John Saunders di Pengadilan Old Bailey, London, Inggris seperti dikutip Liputan6.com dari Euronews.com, Sabtu (5/7/2014).

Tak hanya Coulson yang diganjar hukuman. Tiga mantan wartawan senior New of the World juga dijatuhi hukuman penjara pada Jumat 4 Juli. Greg Miskiw dan Neville Thurlbeck masing-masing dihukum kurungan penjara 6 bulan, sedangkan James Weatherup mendapat hukuman percobaan penjara selama 4 bulan.

Glen Mulcaire, mantan detektif swasta yang melaksanakan sebagian besar penyadapan divonis hukuman percobaan penjara 6 bulan. Namun, salah satu mantan redaktur News of the World lainnya yang pernah menjadi pacar Coulson, Rebekah Brooks, dinyatakan tidak bersalah oleh juri.

Menyusul vonis atas Coulson, Perdana Menteri David Cameron meminta maaf secara terbuka karena telah mengangkat Coulson sebagai kepala bidang media di kantornya. Sementara, lawan-lawan politik Cameron mengatakan penunjukan Coulson itu menandakan bahwa perdana menteri kurang pertimbangan.

Skandal Penyadapan Mengakhiri News of the World

Suratkabar mingguan News of The World milik raja media massa Rupert Murdoch di London, Inggris, pada Minggu 10 Juli 2011, dinyatakan harus 'mengakhiri hidup', setelah di kawasan Eropa Barat tercatat telah berusia 168 tahun.

Sejarah pers atau media massa mencatat bahwa informasi penutupan atau tidak terbitnya News of the World yang bertiras 2,7 juta eksemplar untuk selama-lamanya itu diumumkan sendiri oleh putra Rupert Murdoch, James Murdoch.

Tindakan pemilik surat kabar mingguan News of The World untuk mengakhiri 'masa hidup' media cetak tersebut mengundang desah keheranan, tanda tanya bahkan ketidakmengertian apakah itu bagi orang awam atau komunitas media massa. Namun, hal itu juga tidak mustahil menimbulkan kekaguman yang luar biasa dari komunitas media massa atas keberanian dan pertanggungjawaban Murdoch atas perangai surat kabar dan wartawan serta redakturnya sendiri.

Skandal peretasan dan penyadapan telepon yang dilakukan oleh anggota redaksi News of the World pada periode 2003-2007 telah melibatkan Andy Coulson, mantan direktur komunikasi pada Kantor Perdana Menteri Inggris, David Camerron.

Bahkan, mantan pemimpin redaksi News of the World periode 2000-2002 bernama Rebekah Brooks yang menjadi CEO News International, induk perusahaan News of the World, terseret dalam skandal media massa Inggris karena ia dianggap mengetahui peretasan dan penyadapan yang dilakukan wartawannya.

Dibukukan

Nick Davies, wartawan Inggris yang laporannya membantu mengungkap skandal penyadapan telepon yang mengguncang raksasa media, News Corp, dan pimpinan perusahaannya, Rupert Murdoch, telah sepakat untuk menulis buku tentang skandal tersebut.

Seperti ditulis Reuters, Nick Davies, seorang wartawan surat kabar The Guardian, London, membuat laporan tentang hal itu pada tahun 2009 bahwa divisi News Internasional di Inggris telah membayar 1 juta pounds untuk menyelesaikan kasus-kasus hukumnya yang berhubungan dengan penyadapan yang dilakukan oleh staf-staf di perusahaan media yang sekarang telah ditutup, News of the World.

Davies menghabiskan dua tahun lagi untuk mengikuti kasus itu dan melacak nara sumber yang bisa mengkonfirmasi bahwa wartawan telah secara ilegal menyadap telepon genggam selebritas, politisi dan bahkan korban pembunuhan untuk mendapatkan informasi pribadi yang kemudian dapat menjadi headline News of the World.

Skandal itu telah memicu hasrat publik dunia untuk mendorong investigasi ke operasi lainnya News Corp.

Penangkapan para pejabat tinggi News of the World telah dilakukan dan Murdoch dan anak lelakinya James Murdoch, pimpinan News of the World dipaksa untuk bersaksi di depan komite parlemen Inggris.

Murdoch, pengusaha tangguh yang memimpin kerajaan media yang beromzet miliaran dolar termasuk studio film 20th Century Fox dan jaringan TV Fox, menyebut penampilannya sebagai, "hari yang paling rendah dalam karier saya."

Buku Davies berjudul 'SERANGAN PENYADAPAN: Bagaimana Kebenaran Terjebak di tangan Manusia Paling Berkuasa di Dunia', penerbitnya Faber dan Faber Inc, sebuah afiliasi dari Farrar, Straus dan Giroux, mengatakan dalam sebuah pernyataan.

"Davies, penulis buku laris `Flat Earth News` bermaksud untuk memberikan komentar tentang skandal News International, termasuk fakta-fakta baru," kata penerbitnya yang saat itu merencanakan penerbitan pada 2012.

Terungkapnya skandal penyadapan yang dilakukan oleh News of the World membuat tabloid yang terbit pertama kali pada 1843 itu mencetak edisi terakhirnya yang bertajuk 'Thank You and Goodbye' pada 10 Juli 2011.

Baca juga:

"News of the World" Terbit Terakhir Kali
Skandal Penyadapan Telepon, Murdoch Minta Maaf
James Murdoch Mundur dari News International
Terkait Penyadapan, Rebekah Brooks Ditangkap

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya