Liputan6.com, Jakarta - Jet Tornado milik Inggris di Siprus tengah bersiap untuk meluncurkan serangan udara terhadap gerilyawan Islamic State of Iraq and the Levant atau ISIL (ISIS) di Irak utara. 6 Dari pesawat itu menjadi ujung tombak kontribusi Inggris dalam upaya internasional untuk menghancurkan ISIS.
Menteri Luar Negeri Inggris Philip Hammond mengatakan pihaknya sedang berkonsultasi dengan sekutu-sekutu mereka untuk memilih target sembari berharap adanya dukungan perlawanan dari darat.
"Kami sekarang akan melihat data intelijen, berbicara dengan sekutu, dan mengidentifikasi target yang sesuai untuk serangan pertama Inggris. Setelah serangan dilakukan kami akan membuat pengumuman tentang hal tersebut. Kami tidak mengharapkan pesawat kami menemui perlawanan berarti dari ISIL tetapi selalu ada risiko dalam setiap misi tempur," ujar Hammond seperti dikutip The Telegraph, Sabtu (27/9/2014).
Pesawat dan kru mereka dari RAF Marham, Norfolk, telah menghabiskan 6 pekan melakukan misi pengintaian di atas Irak utara. Mereka pun kini bersiap untuk memulai penyerangan dengan bom Paveway IV dengan dipandu rudal Brimstone.
Sumber-sumber militer Inggris mengatakan pimpinan pertahanan negara itu juga mempertimbangkan untuk meluncurkan rudal jelajah Tomahawk dari kapal selam Royal Navy di wilayah tersebut.
Tidak Cukup Melalui Serangan Udara
Sementara itu, Menteri Pertahanan Inggris Michael Fallon mengatakan telah memperingatkan bahwa menghancurkan ISIL dengan meluncurkan serangan udara, mempersenjatai pejuang Kurdi dan membangun kembali tentara Irak akan menjadi upaya jangka panjang yang bisa memakan waktu bertahun-tahun.
Sedangkan John Nichol, mantan pilot Tornado yang ditembak jatuh dan ditangkap selama Perang Teluk 1991, mengatakan "tidak mungkin" untuk mengalahkan ISIL hanya dari udara.
"Kenyataannya adalah bahwa mungkin ada 30.000 pejuang ISIL yang tersebar di seluruh Suriah dan Irak dan tidak mungkin untuk mengalahkan mereka sepenuhnya dari udara," ujar dia.
"Dan bahkan, jika berhasil, pengalaman menunjukkan kita di Afghanistan dan Irak bahwa hanya karena Anda mengalahkan salah satu bagian dari sebuah organisasi ekstremis tidak berarti bahwa satu sama lain tidak akan mengambil tempatnya," imbuhnya.
John Baron MP, seorang mantan perwira Angkatan Darat, memperingatkan hal yang sama bahwa ada pertanyaan yang belum terjawab mengenai strategi pemerintah untuk mengatasi militan serta kurangnya rencana yang terkoordinasi.
"Sebagai seorang prajurit, kejelasan misi dan strategi yang jelas benar-benar penting. Namun, apa yang kita miliki di sini adalah situasi di mana kita semua menerima bahwa intervensi militer, serangan udara, saja tidak akan mengalahkan ISIL." terang dia.
Dia menilai, tanpa dukungan tentara di darat, akan sulit menumpas kelompok militan tersebut lantaran wilayah yang sudah dibersihkan dari udara tak bisa langsung dikuasai.
"Ada bahaya nyata bahwa jika tentara Irak tidak dapat menguasai wilayah darat, kemudian kekuatan udara menyerang sendiri, tidak hanya menjadi tidak efektif, tapi benar-benar menjadi kontraproduktif, terutama jika korban sipil meningkat," ujar Baron.
Jet Inggris akan bergabung dengan koalisi yang dipimpin Amerika Serikat yang telah menyerang pos ISIS di Suriah dan Irak selama berhari-hari dan mencoba untuk melemahkan cengkeraman gerakan kelompok itu di Irak utara sehingga mereka dapat dipukul mundur oleh pasukan Kurdi dan Irak.
F / A18 Hornets yang terbang dari kapal induk USS George HW Bush di Teluk, bersama dengan drone dan rudal jelajah yang ditembakkan dari kapal perang telah menyerang lebih dari 200 sasaran di Irak dan Suriah.
Energi & Tambang