3 Cara Meramal Masa Depan di Kuil Kuno Armenia

Tiga kuil kuno, dari masa 3.300 tahun lalu, ditemukan di dalam benteng di perbukitan Gegharot, Armenia. Untuk meramal masa depan.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 24 Feb 2015, 12:06 WIB
Diterbitkan 24 Feb 2015, 12:06 WIB
Kuil kuno di Armenia
Kuil kuno di Armenia (LiveScience/Credit: Photo courtesy Professor Adam Smith)

Liputan6.com, Yerevan - Tak hanya Suku Maya yang 'meramal masa depan'. Tiga kuil kuno, dari masa 3.300 tahun lalu, ditemukan di dalam benteng di perbukitan Gegharot, Armenia.

Para arkeolog mengatakan, penguasa setempat kala itu menggunakan kuil-kuil tersebut untuk meramal -- praktik yang bertujuan mengetahui perihal yang terjadi di masa depan.

Masing-masing kuil terdiri atas sebuah kamar, yang didalamnya terdapat sebuah baskom tanah liat besar berisi abu, juga beberapa guci dari lempung.  

Sejumlah artefak juga ditemukan di sana, seperti berhala bertanduk dari lempung. Juga cap, alat pembakaran, dan beberapa tulang binatang yang ditandai.

Saat upacara meramal dilakukan, penguasa dan peramal diduga membakar benda tertentu dan meminum anggur -- tata cara yang memungkinkan mereka mengalami fase perubahan pikiran.

"Logika ramalan meyakini alur variabel, yang mengartikulasikan masa lalu, masa kini, dan masa depan. Membuka kemungkinan kaitan antara situasi saat ini dan masa depan -- yang bisa diubah," tulis Adam Smith dan Jeffrey Leon dalam artikel yang baru-baru ini dipublikasikan dalam American Journal of Archaeology.

Adam Smith adalah dosen di Cornell University.

Benteng di Gegharot adalah salah satu tembok pertahanan yang dibangun di masa itu di Armenia.

"Bukti saat ini menunjukkan adanya koordinasi. Konstruksi benteng menandakan munculnya pemerintahan tunggal yang membangun dan menguasai beberapa situs di wilayah tersebut," tulis keduanya.

Smith meyakini, Gegharot digunakan sebagai pusat pemujaan penguasa. "Pusat pemujaan, yang sebagian besar mengkhususkan diri untuk melayani para penguasa atau mereka yang berasal dari kelas penguasa," kata dia kepada LiveScience.

Pada saat itu, budaya tulis belum menyebar ke wilayah Armenia, sehingga siapa gerangan nama penguasa juga kerajaannya, tidak diketahui.

3 Cara Meramal Masa Depan

Smith dan Leon menemukan bukti tiga bentuk ramalan di Gegharot.

Pertama, osteomancy, yang mencoba untuk memprediksi masa depan melalui ritual menggunakan tulang hewan -- khususnya jari  sapi, domba dan kambing.

Tulang bertanda khusus akan dilempar, mirip dadu, dalam ritual memprediksi masa depan. "Tulang akan dilempar, apakah yang terlihat adalah sisi hangus maupun sisi yang sudah ditandai. Arti dari apa yang terlihat tergantung interpretasi masing-masing," kata Smith.

Jenis ramalan kedua adalah lithomancy, yang mencoba untuk memprediksi masa depan menggunakan batu. Buktinya, di dalam baskom di salah satu kuil di Gegharot, arkeolog menemukan 18 kerikil kecil.

"Batu-batu tersebut sepertinya dipilih sedemikian rupa, tekstur halus, bentuk bulat, dan warna -- yang berkisar dari abu-abu kehitaman dan gelap sampai putih, hijau dan merah. "Bagaimana tepatnya batu-batu tersebut digunakan dalam ritual tidak diketahui.

Sementara, pada satu kuil, di bagian timur benteng, para arkeolog menemukan sebuah peranglat yang digunakan untuk menggiling tepung. Smith dan Leon berpendapat, tepung yang dihasilkan bisa jadi digunakan untuk memprediksi masa depan dalam praktek disebut aleuromancy.

Yang mencolok, kata mereka, meski ada perangkat menggiling tepung, tak ditemukan oven pemanggang roti di sana.

"Baskom dalam kuil memang bisa dijadikan alat pembakaran, dan bisa memanggang adonan bola-bola kecil. Namun, tak memungkinkan dipergunakan untuk membuat roti."

Segel cap yang ditemukan di kuil mengarah pada dugaan orang masa itu menggunakannya untuk membentuk adonan -- yang kemudian digunakan untuk meramal.

Ketiga kuil tersebut digunakan sekitar 1 abad, juga benteng-benteng di sekitarnya, sebelum semua bangunan itu hancur dan ditinggalkan.

Kehancuran diduga akibat konflik di selatan Kaukasus. Ketika sejumlah pemerintah regional bertempur melawan satu sama lain. Pemerintahan yang dikendalikan Gegharot diyakini berakhir dalam salah satu konflik.

Meskipun penguasa Gegharot melakukan segala upaya untuk memprediksi dan mengubah masa depan, hasilnya sia-sia. Benteng besar mereka hancur terbakar dalam bencana yang tak bisa dihindari.

Ekskavasi benteng dan kuil Gegharot adalah bagian dari American-Armenian Project for the Archaeology and Geography of Ancient Transcaucasian Societies (Project ArAGATS). (Ein/Tnt)

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya