Mimpi Tak Sampai Miming Listiyani Sebelum Tewas: Jadi Pastry Chef

Saat lulus dari UTS, Miming Listiyani sempat kursus sebagai pastry chef di sekolah memasak terkenal, Le Cordon Bleu Australia.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 11 Apr 2016, 13:46 WIB
Diterbitkan 11 Apr 2016, 13:46 WIB
20160409-Miming-Listiyani
Miming Listiyani (Instagram/@mimingl)

Liputan6.com, Sydney - Dua minggu yang singkat di Sydney bagi Miming Listiyani untuk mengucapkan selamat tinggal kepada teman-temannya, sebelum kembali ke Jakarta.

Miming yang sarjana periklanan lulus dari University of Technology (UTS), akhirnya bisa mengejar cita-citanya. Sobat-sobatnya berkata, Miming Listiyani pulang kampung untuk membuat restoran pastry dan rotinya sendiri.

WNI itu menamatkan SMA-nya di Singapura, lulus dari UTS pada 2010.

 

Ia sempat bekerja sebagai marketing manajer dan wartawan paruh waktu di AusIndo Media di Melbourne. Namun, keinginannya adalah memasak.

"Saat lulus dari UTS, ia sempat kursus sebagai pastry chef di sekolah memasak terkenal, Le Cordon Bleu Australia," ucap teman-temannya.

Akun sosial media Listiyani juga penuh dengan foto dari kafe dan restoran di Sydney, Melbourne dan Asia. Tak hanya itu, sejumlah resep dan hasil masakannya ia unggah di situ.

Salah satu foto menampilkan Listiyani berdiri bersama kepala pastry, chef Adriano Zumbo.

Jadi Pastry Chef, Impian Miming Listiyani Sebelum Tewas  (Facebook)

Salah seorang teman dekat Listiyani menuturkan bahwa perempuan 27 tahun itu baru kembali ke Jakarta dengan keluarganya. Lantas ia kembali ke Sydney pada Sabtu 2 April lalu untuk mengurus status Permanen Residency nya.

Selama di Australia, Miming juga sering bercerita kepada teman-temannya tentang keinginan membuka restoran. Namun mimpinya kini tak akan sampai, ia telah meregang nyawa.

"Berapa saat ia akan kembali ke Sydney, ia berkisah akan membangun restoran roti dan kuenya sendiri," ujar salah satu teman Miming yang tak disebutkan identitasnya, seperti dilansir dari Sydney Morning Herald, Minggu 10 April 2016.

"Saat itu ia sangat bahagia, bisa mewujudkan impiannya," lanjutnya lagi.

Tak ada yang percaya Listiyani tewas terbunuh dengan cara sadis.

"Dia orangnya terbuka, santai dan cerdas," kata temannya yang lain. "Ia tak pernah menghakimi orang lain, dia berteman dengan siapa saja, bagaimana bisa ia seperti itu?" lanjutnya.

Namun, baru 5 hari di Sydney, polisi menemukan tubuh Miming Listiyani tewas mengapung tanpa sehelai benang pun di dermaga Cabarita. Ia ditemukan tak bernyawa menjelang tengah malam pada Kamis 7 April 2016 lalu.

Ada luka robek di wajahnya. Tubuhnya mengambang sekitar 30 cm dari air. 

Teman laki-lakinya, Khan Thanh Ly, yang dituduh sebagai pembunuh Listiyani berdiri telanjang tak jauh dari jasad perempuan 27 tahun itu.

Pembunuh WNI di Sydney 'Letnan' di Jaringan Bali Nine  (SMH)

Paramedis sempat mencoba menyelamatkan nyawanya, namun mereka memastikan, ia tewas beberapa waktu sebelum tim tiba.

Ly menarik perhatian publik karena perannya sebegai 'letnan' dalam jaringan sindikat obat terlarang Bali Nine. Ia bahkan teman SMA Myuran Sukumaran.

Keterlibatan dengan Bali Nine membuatnya ia divonis tahanan selama 7 tahun pada 2007.

Teman dekat Listiyani mengisahkan bahwa pasangan itu dekat satu sama lain. Bahkan bekas pengedar obat bius itu pernah beberapa kali ke Jakarta, berdua saja.

Namun, perempuan tersebut merahasiakan hubungan mereka dari teman-teman Listiyani. Hal itu dikarenakan latar belakang Ly.

Bagi teman-temannya itu, saat Listiyani tewas, pasangan tersebut tidak lagi memiliki hubungan romantis. Keduanya bertemu dan menjalin hubungan selama berapa tahun saat Listiyani kursus kue.

Sidang atas kasus dugaan pembunuhan Miming sudah digelar pada Sabtu 9 April, Ly tidak mendapatkan jaminan. Persidangan berikutnya akan berlangsung pada Mei mendatang.

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya