Liputan6.com, Rochester - Keberadaan makhluk ekstraterestrial hingga kini masih menjadi perdebatan. Banyak orang tak percaya eksistensinya, namun beberapa meyakini jika makhluk yang biasa disebut alien benar-benar ada.
Sejumlah pertanyaan pun terlontar, seperti: Apakah ada kehidupan lain di luar Bumi? Jika ada, apakah mereka dapat diajak berkomunikasi? Kalau benar-benar terdapat kehidupan di luar sana, berapa lama mereka dapat hidup?
Baca Juga
Beberapa spekulasi untuk menjawab pertanyaan tersebut pun diberikan oleh beberapa orang. Namun jawaban yang paling terkenal diungkapkan oleh seorang astronom bernama Frank Drake pada 1961.
Advertisement
Baca Juga
Frank Drake telah merancang rumus untuk memperkirakan jumlah peradaban makhluk ekstraterestrial di Galaksi Bima Sakti (Milky Way). Formula tersebut dikenal dengan nama 'Drake Equation' atau 'Persamaan Drake'.
Namun penggunaan Persamaan Drake membutuhkan teknologi tinggi untuk melengkapi variabel yang terdapat dalam rumus tersebut, seperti kecepatan formasi bintang di galaksi, fraksi bintang yang diduga memiliki planet layak huni, serta peradaban pemilik teknologi yang dapat menyiarkan keberadaan mereka ke ruang angkasa.
Meskipun terdengar rumit, sebuah artikel dalam bidang Astrobiologi menduga bahwa terdapat cara untuk menyederhanakan Persamaan Drake. Hal tersebut didasarkan atas penemuan exoplanet --planet yang mengorbit di luar tata surya kita-- pada 1990-an.
Dikutip dari Discovery News, Selasa (3/5/2016), penelitian tersebut dipimpin oleh seorang profesor fisika dan astronom di University of Rochester, Adam Frank. Hasil studi itu mengungkap bahwa terdapat banyak peradaban di luar Bumi, namun kemungkinan besar telah punah.
Walaupun hasilnya tak begitu memuaskan, namun para peneliti berkata bahwa hal itu dapat membantu untuk memperluas peradaban yang kita miliki.
Bagaimana Cara Kita Menemukan Alien?
"Pertanyaan tentang apakah terdapat peradaban maju di tempat lain di alam semesta selalu terganjal dengan ketidakpastian yang terdapat dalam Persamaan Drake," ujar Frank.
"Dari dulu kita telah memperkirakan berapa banyak bintang yang ada," tambahnya.
"Namun, kita tak tahu berapa banyak bintang tersebut yang memiliki kehidupan, seberapa sering kehidupan mereka berkembang dan melahirkan makhluk-makhluk cerdas, dan berapa lama peradaban tersebut dapat bertahan sebelum akhirnya punah," jelas Frank dalam menanggapi variabel Persamaan Drake yang harus dipenuhi untuk menemukan jumlah peradaban makhluk ekstra teresterial di Galaksi Bima Sakti.
Atas studi tersebut, tim peneliti akan mengganti beberapa variabel yang terdapat di dalam Persamaan Drake, diantaranya:
- Berapa banyak bintang yang memiliki planet yang dapat dihuni?
Satu dari lima bintang memiliki planet pada wilayah yang dapat dihuni. Hal tersebut diketahui berdasarkan pencarian teleskop angkasa luar Kepler dalam mencari exoplanet.
-Berapa lama peradaban alien dapat bertahan?
Pertanyaan tersebut sangat sulit untuk dijawab. Para peneliti memilih untuk bertanya "Apakah kita satu-satunya spesies melek teknologi yang pernah ada?
-Seberapa besar kemungkinan peradaban canggih terdapat di sebuah planet? (di luar Bumi)
Para peneliti sebaliknya mencoba untuk membayangkan alam semesta di mana manusia merupakan satu-satunya yang tinggal.
Dengan mengaplikasikan pertanyaan tersebut ke jumlah bintang yang diketahui, para peneliti menemukan kemungkinan terdapat 1 peradaban dari 10 miliar triliun bintang. Sementara di galaksi kita, angka tersebut meningkat yaitu menjadi 1 kesempatan di antara 60 miliar.
Para peneliti mengatakan, 1 dari 10 miliar triliun merupakan kemungkinan yang sangat rendah bahwa peradaban manusia hanya satu-satunya di alam semesta yang sangat luas.
Namun karena jarak yang sangat jauh di alam semesta, ditambah ketidakpastian berapa lama peradaban lain ada, sulit membayangkan bahwa kita dapat berkomunikasi dengan makhluk lain di luar Bumi.
Jadi, Berapa Banyak Alien di Luar Sana?
Peradaban kita yang diyakini berusia 10 ribu tahun tergolong masih singkat dibandingkan dengan umur alam semesta yaitu 13 miliar tahun. Atas dasar tersebut kemungkinan besar terdapat peradaban lain di luar Bumi yang telah punah.
"Hasil penelitian kita menunjukkan bahwa evolusi yang dialami manusia tidaklah sesuatu yang unik dan kemungkinan telah terjadi beberapa kali sebelumnya," ujar Frank.
"Kasus lain mungkin melibatkan energi intensif antara peradaban dengan planet mereka tumbuh. Hal tersebut menunjukkan bahwa kita bisa memulai menjelajah masalah dengan menggunakan simulasi untuk mendapatkan logika tentang apa yang menyebabkan suatu peradaban dapat bertahan lama dan juga sebaliknya," jelas Frank.