Liputan6.com, Washington DC - Pengakuan akhirnya meluncur dari Gedung Putih. Pihak kediaman resmi Presiden Amerika Serikat itu mengatakan bahwa antara 64 hingga 116 warga sipil tewas akibat serangan udara dan drone yang dilakukan AS.
Mereka semua kehilangan nyawa di luar zona perang, atas nama 'pemberantasan terorisme' dalam kurun waktu antara Januari 2009 hingga Desember 2015. Angka tersebut jauh lebih sedikit daripada perkiraan sejumlah organisasi pembela hak asasi manusia (HAM).
Sejumlah organisasi HAM mengatakan, korban tewas akibat serangan udara AS bisa mencapai ratusan.
Baca Juga
Laporan tersebut dirilis Gedung Putih berbarengan dengan perintah presiden (executive order) terkait peningkatan pengamanan warga sipil.
Seperti dikutip dari BBC, Sabtu (2/7/2016), Presiden [Barack Obama](antara 64 hingga 116 warga sipil tewas akibat serangan udara dan drone yang dilakukan AS. "") menandatangani aturan yang mewajibkan pemerintah mengungkapkan jumlah kematian warga sipil tiap tahunnya dalam upaya untuk meningkatkan transparansi dalam operasi militer AS.
Perintah tersebut -- yang bisa dibatalkan oleh presiden selanjutnya, meminta negara untuk menelaah serangan udara yang telah dilakukan, termasuk dengan memasukkan 'laporan kredibel' dari organisasi di luar pemerintah.
Sejumlah kelompok pembela HAM sudah lama menuding pemerintah AS menutup-nutupi jumlah korban warga sipil dalam serangan pesawat tak berawak (drone) dan serangan udara.
Bureau of Investigative Journalism, yang berpusat di London, memperkirakan antara 429 hingga 1.100 warga sipil tewas dalam serangan drone di Pakistan, Yaman, dan Somalia sejak 2002.
Angka tersebut, menurut mereka, berdasarkan laporan wartawan lokal, jurnalis internasional, LSM, dokumen pemerintah yang bocor, data pengadilan, dan hasil investigasi lapangan.
Di sisi lain, Pemerintahan Obama mengatakan, angka yang dirilis organisasi HAM bisa jadi digelembungkan. "Yang dilakukan secara sengaja, oleh sejumlah aktor termasuk organisasi teroris," demikian tanggapan Gedung Putih.
Gedung Putih juga mengungkapkan, antara 2.372 dan 2.581 anggota kelompok teroris tewas dalam 473 serangan -- sejak Obama menjabat pada tahun 2009.
Gedung Putih menolak untuk mengungkapkan di mana kematian warga sipil terjadi -- namun mengakui bahwa korban jiwa di negara-negara seperti Afghanistan, Irak dan Suriah dikecualikan dalam laporan tersebut.
Perkiraan yang dirilis Gedung Putih juga tidak memasukkan warga sipil tewas selama operasi militer ketika pasukan Amerika terlibat dalam pertempuran darat.