Liputan6.com, Warsawa - Max Spiers, seorang ahli teori konspirasi ditemukan meninggal di sofa di kediamannya Polandia. Menurut aparat, ia tutup usia secara wajar, namun sejumlah fakta mengindikasikan hal sebaliknya.
Kematian itu terjadi beberapa hari setelah mendiang mengirim pesan pendek atau SMS ke sang ibu. Ia mengatakan bahwa 'investigasinya' soal UFO akan berdampak bahaya terhadap dirinya.
Baca Juga
Apalagi, tak ada pemeriksaan post-mortem terhadap jasad pria 39 tahun itu. Ayah dua anak berusia ditemukan tak bernyawa di tengah persiapannya jelang pemaparan teori konspirasinya tentang UFO di Polandia.
Advertisement
Dikutip dari News.com.au pada Senin (17/10/2016), investigasinya yang misterius terhadap UFO dan pemerintah diduga membuat banyak musuh menginginkan kematiannya. Hal itu diungkapkan oleh sang ibu Vanessa Bates.
"Anak laki-lakimu dalam kesulitan. Jika ada apa-apa terhadapku, tolong selidiki," demikian salah satu isi pesan Max pada sang ibu.
Pria asal Centerbury di Inggris itu tinggal di AS selama beberapa tahun. Namun, sebelum berangkat ke Polandia ia sempat tinggal bersama sang ibu di Britania Raya.
Menurut Vanessa, anak laki-lakinya akan berbicara di forum tentang konspirasi teroris di Polandia pada bulan Juli lalu.
"Ia tinggal bersama perempuan yang baru dikenalnya dan perempuan itu yang menemukan anakku meninggal di sofa," ujar Vanessa.
Vanessa curiga kematian Max terkait dengan penelitiannya tentang hal-hal yang semestinya tidak boleh diketahui oleh umum.
Max tertarik dengan penampakan UFO dan mendalami dugaan bahwa pemerintah menutup-nutupi fakta tersebut.
Bahkan, kata Vanessa, Max kini lebih berani mencari misteri terselubung di kalangan petinggi politik, pebisnis, dan artis.
Kematiannya yang tak jelas itu, serta perlakuan pemerintah setempat yang asal-asalan mengambil kesimpulan, membuat para pengikutnya curiga, Max dibunuh.
Max dan para pengikutnya yakin bahwa pemburu UFO yang mendekati fakta sesungguhnya "dimusnahkan" oleh 'Secret Service' atau kerap mereka sebut sebagai 'Men in Black'.
Dalam salah satu situs, Project Camelot, seorang blogger menulis: "Seluruh keadaan mencurigakan dan aku mendorong semua orang membocorkan rincian tentang apa yang sebenarnya terjadi dan menuntut agar jasad Max diotopsi."
Blogger Craig Hewlett, menambahkan: "Jika memang tidak benar apa yang ia bicarakan, mengapa mereka berniat membunuhnya? Orang yang sehat tidak mungkin mendedak sakit dan mati, mereka pasti diracuni. "
Ibu Max Vanessa, seorang guru bahasa Inggris, percaya akan teori yang mengatakan, kematian anaknya tak wajar.
"Max adalah orang yang sangat sehat, namun ia meninggal mendadak di sofa," kata Vanessa.
"Penjelasan yang kuterima berupa sertifikat kematian dari pihak berwenang Polandia yang mengatakan, kematiannya alami. Tapi tidak ada pemeriksaan post-mortem yang dilakukan. Bagaimana mereka bisa tahu itu? "
Max dimakamkan di Canterbury setelah ibunya meminta tubuhnya diterbangkan ke rumah seminggu setelah kematiannya.
Pemeriksaan post-mortem dilakukan oleh ahli patologi di Kent timur, tapi Vanessa mengatakan, lebih dari dua bulan kemudian dia masih tidak tahu hasil otopsi itu, atau apakah pemeriksaan memang dilakukan.
"Mungkin dia tidak menderita luka fisik tetapi ia bisa saja perlahan-lahan diracuni. Itu mengapahasil tes toksikologi dari post-mortem begitu penting."
Sementara, kantor koroner di North East Kent mengonfirmasi kematian Max tengah diselidiki pihaknya.
Kematian Max Spiers, ahli teori konspirasi, masih jadi misteri dan memicu 'teori konspirasi' baru.