Liputan6.com, Kuala Lumpur - Hari itu, 31 Oktober 2003 menjadi hari terakhir Mahathir Mohamad berkuasa di Malaysia. Dia mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Perdana Menteri Malaysia, setelah 22 tahun menjadi orang nomor satu di Negeri Jiran.
Mahathir Mohamad memercayakan amanah kepada Wakil Perdana Menteri, Abdullah Badawi untuk melanjutkan pemerintahan. Badawi pun memimpin Malaysia hingga pemilu digelar.
Baca Juga
"Saya rasa sudah cukup. Sekarang giliran orang lain. Sudah 22 tahun (saya berkuasa). Ini cukup bagi saya," ujar Mahathir, seperti dimuat BBC.
Advertisement
Serah terima jabatan dari Mahathir ke Badawi berlangsung di Istana Negara dan disiarkan langsung televisi.
Dr Mahathir dianggap telah berjasa dalam mengubah Malaysia dari sebelumnya sebagai negara 'terpencil' menjadi negara maju di bidang industri. Ia telah melakukan perubahan besar sejak Malaysia merdeka pada 1957.
Namun demikian, era pemerintahannya tak lepas dari kontroversi. Mahathir dikenal sebagai sosok pemimpin yang menerapkan konsep dan hukum Islam di Malaysia. Negara itu memang mayoritas penduduknya muslim.
Pria bernama lengkap Tun Datuk Seri Dr. Mahathir bin Mohamad itu juga kerap mengkritik negara Barat dan pihak asing atas kebijakan luar negeri mereka.
Sementara, dirinya dikritik sebagai pemimpin 'otoriter', terutama terkait pemberhentian dan penangkapan Wakil Perdana Menterinya kala itu, Anwar Ibrahim.
Pada tahun 1999, Anwar Ibrahim dijatuhi hukuman penjara selama 6 tahun atas kasus korupsi dan sodomi. Namun Anwar menegaskan bahwa ia tidak bersalah dan hukuman tersebut sarat muatan politik.
Setelah mundur dari Perdana Menteri, Mahathir membuka toko roti bernama The Loaf di Langkawi, Malaysia. The Loaf merupakan usaha patungannya dengan perusahaan Jepang.
Ia memegang 51 persen saham atas nama M&M Concolidated Resources Sdn Bhd. Toko rotinya berencana membuka cabang di Kuala Lumpur, Phuket, dan Singapura.
Sebelum terjun ke politik, Mahathir sudah dikenal sebagai pengusaha. Dia sebelumnya menjalankan usaha klinik kesehatan dan pom bensin.
Sejarah lain mencatat pada 31 Oktober 1999, pesawat maskapai EgyptAir Penerbangan 990 jatuh ke Samudra Atlantik dan menewaskan 217 orang penumpangnya.
Kemudian, 31 Oktober 2000, pesawat Singapore Airlines dengan nomor penerbangan 006 mengalami kecelakaan di Bandara Chiang Kai-Shek (sekarang Bandara Internasional Taoyuan Taiwan).