Sah, Donald Trump Tunjuk Bos Exxon Mobil sebagai Menlu AS

Tillerson tak memiliki pengalaman diplomatik apa pun. Ia dikabarkan memiliki hubungan dekat dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 14 Des 2016, 05:30 WIB
Diterbitkan 14 Des 2016, 05:30 WIB
 CEO Exxon Mobil, Rex Tillerson dipilih Donald Trump untuk mengisi jabatan Menlu AS?
CEO Exxon Mobil, Rex Tillerson dipilih Donald Trump untuk mengisi jabatan Menlu AS? (Reuters)

Liputan6.com, Washington, DC - Presiden terpilih Amerika Serikat (AS), Donald Trump mengonfirmasi kabar bahwa ia menunjuk CEO Exxon Mobil, Rex Tillerson sebagai Menteri Luar Negeri AS. Ia memuji Tillerson (64) sebagai "pemimpin dan pengambil keputusan ulung dalam dunia bisnis".

"Karier Rex Tillerson adalah wujud dari American dream--mimpi Amerika," kata Trump seperti dikutip dari BBC, Selasa (13/12/2016).

"Kegigihan, pengalaman yang luas dan pemahaman geopolitik yang mendalam menjadikan ia pilihan terbaik untuk menduduki pos Menteri Luar Negeri," imbuhnya.

Penunjukkan Tillerson dilaporkan membuat kubu Demokrat dan sejumlah Republikan khawatir. Pasalnya ia disebut-sebut memiliki hubungan baik dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin.

Namun Trump masih membutuhkan persetujuan Senat untuk mengesahkan semua orang yang dinominasikannya masuk dalam kabinetnya.

Sementara itu menanggapi pengumuman Trump tersebut, Tillerson mengatakan ia menghormati penominasiannya. Ia sekaligus menegaskan berbagi pandangan yang sama dengan Trump, yakni memulihkan kredibilitas AS di dunia internasional dan memajukan keamanan nasional.

Kabar kedekatan Tillerson dengan Rusia akan membuatnya "diperiksa secara ketat" menyusul laporan intelijen yang menyebutkan bahwa hacker Rusia bertindak diam-diam untuk mempromosikan kampanye Trump. Atau dengan kata lain, intelijen atau dalam hal ini CIA menilai, ada Rusia di balik kemenangan Donald Trump dalam Pilpres AS 2016.

Sejumlah sumber yang mengetahui penyelidikan terkait dugaan peretasan oleh pihak Rusia mengatakan, komunitas intelijen AS yakin bahwa pihak Kremlin ikut campur tangan dalam Pilpres 2016, untuk mengarahkan peluang kemenangan pada Trump -- bukan hanya untuk melemahkan atau mengganggu proses politik.

Washington Post sebelumnya mengutip pejabat Amerika yang mengatakan bahwa badan-badan intelijen telah mengidentifikasi individu terkait Pemerintah Rusia yang memberi ribuan email yang diretas dari Komite Nasional Demokrat dan ketua tim kampanye Hillary Clinton, John Podesta -- kepada Wikileaks.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya