PM China: Kami Akan Membuat Langit Jadi Biru Kembali

China berada di peringkat teratas dalam daftar negara dengan polusi udara terburuk di dunia.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 06 Mar 2017, 06:54 WIB
Diterbitkan 06 Mar 2017, 06:54 WIB
20170103-Polusi-China-Reuters
Suasana di daerah pegunungan yang diselimuti Kabut asap tebal akibat polusi udara di provinsi Hebei, Cina, 2 Januari 2017. Kabut tebal ini membuat sejumlah warga mengunakan masker saat beraktivitas. (Reuters/Jason Lee)

Liputan6.com, Beijing - Perdana Menteri China Li Keqiang berjanji membuat langit di negaranya kembali biru dan "bekerja lebih cepat" untuk mengatasi polusi yang disebabkan pembakaran batu bara untuk pemanas rumah dan sumber pembangkit listrik.

Pernyataan tersebut disampaikan Li pada pembukaan Kongres Rakyat Nasional, yang menyoroti bagaimana ketidakpuasan publik soal kabut asap telah menjadi prioritas pemerintahaan saat ini.

Kongres Rakyat Nasional yang berlangsung selama 10 hari di Beijing diwarnai langit biru yang cerah berkat hembusan angin kencang dari utara.

Protes meningkat di sejumlah kota di Tiongkok di mana warga menentang keras pembangunan pabrik kimia dan insinerator sampah. Hal itu sekaligus menunjukkan tingkat kesadaran masyarakat kelas menengah di China semakin tinggi akan bahaya polusi.

Li menegaskan, saat ini rakyat sangat berharap adanya kemajuan yang cepat dalam upaya meningkatkan kualitas udara.

"Kita akan membuat langit jadi biru kembali," ujar Li di hadapan 3.000 delegasi di Kongres Rakyat Nasional yang diselenggarakan di the Great Hall of People atau Balai Besar Rakyat seperti dikutip dari Independent, Senin, (6/3/2017).

Lebih lanjut, PM China yang menjabat sejak tahun 2013 menggantikan Wen Jiabao ini juga menjelaskan bahwa pemerintah akan bekerja untuk men-upgrade pembangkit listrik tenaga batu bara demi mencapai emisi yang teramat sangat rendah, konservasi energi, serta memprioritaskan integrasi sumber energi terbarukan ke dalam jaringan listrik.

Pejabat ekonomi China telah memangkas target pertumbuhan menjadi 6,5 persen dan memperingatkan bahaya dari tekanan global atas kontrol perdagangan. Sementara di lain sisi, Beijing mencoba mendorong ekonomi konsumen dan mengurangi ketergantungan terhadap ekspor dan investasi.

Dalam kesempatan yang sama, PM Li juga berjanji akan memotong surplus produksi baja yang mengancam hubungan dagang antara China dengan Washington dan Eropa. Ia juga menekankan pihaknya akan memberikan perlakuan yang sama terhadap perusahaan asing di bawah strategi pembangunan pemerintah yang disebut "China Manufacturing 2025."

PM Li juga menyoroti risiko tingkat utang China yang melonjak di mana para ekonom melihatnya sebagai ancaman terhadap pertumbuhan. Li menyebut tidak ada inisiatif utama, namun secara luas disinggungnya hal tersebut dinilai sebagai upaya Partai Komunis untuk menghindari guncangan jelang kongres pada akhir tahun ini, di mana Presiden Xi Jinping direncanakan akan kembali menjabat untuk lima tahun ke depan.

Para analis memperkirakan ajang Kongres Rakyat Nasional digunakan untuk menekankan agar risiko keuangan berkurang dan menjaga pertumbuhan yang stabil.

Li juga memperingatkan, Tiongkok tengah menghadapi situasi perekonomian yang sulit, baik di dalam maupun luar negeri.

"Keduanya, baik tren de-globalisasi dan proteksionisme meningkat. Ada banyak ketidakpastian tentang arah kebijakan ekonomi dan efek spillover, serta faktor-faktor yang dapat menyebabkan ketidakstabilan dan ketidakpastian juga meningkat," imbuhnya.

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya