Istri 24 Tahun Lebih Tua, 3 Fakta Capres Prancis Emmanuel Macron

Berikut tiga fakta unik tentang calon presiden Prancis dari jalur independen, Emmanuel Macron.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 24 Apr 2017, 19:48 WIB
Diterbitkan 24 Apr 2017, 19:48 WIB
Istri 24 Tahun Lebih Tua, 3 Fakta Capres Prancis Emmanuel Macron
Istri 24 Tahun Lebih Tua, 3 Fakta Capres Prancis Emmanuel Macron (ERIC FEFERBERG / AFP)

Liputan6.com, Paris - Pemilu presiden Prancis baru saja digelar. Dari 11 kandidat, hanya dua yang mampu meraih suara terbanyak. Namun, keduanya tidak mendapat suara mayoritas. Mereka adalah sayap kanan Marine Le Pen dan independen Emmanel Macron.

Keduanya akan bersaing untuk merebut suara di putaran kedua yang akan berlangsung pada 7 Mei mendatang.

Banyak yang memprediksi bahwa Emmanuel Macron akan memenangkan pertarungan ini. Di putaran pertama, ia meraih 23,7 persen, sementara Le Pen mencapai 21,8 persen.

Sejumlah politisi dari partai establishment yang telah mendominasi politik Prancis selama puluhan tahun segera balik kanan mendukung Macron. Ia dianggap lebih mampu mengakomodir kepentingan pemerintahan sekarang.

Jika kelak ia terpilih menjadi presiden Prancis mendatang, Macron akan mencatat sejarah baru, di antaranya adalah ia akan menjadi presiden termuda di sejarah politik Prancis modern.

Berikut 3 fakta sosok Emmanuel Marcon yang Liputan6.com kutip dari berbagai sumber pada Senin (24/4/2017):

1. Istri 24 Tahun Lebih Tua

Macron bertemu calon istrinya --saat itu adalah gurunya -- kala ia berusia 15 tahun dan jatuh cinta. Ia berjanji akan menikahi perempuan itu pada suatu hari.

"Di usia ke 17, Emmanuel berkata padaku, 'apapun yang kamu lakukan, aku akan menikahimu," kata Brigitte Trogneux kepada majalah Prancis tahun lalu seperti dikutip Daily Mail.

Hubungan mereka bermuka ketika Macron turut dalam teater binaan Brigitte ketika pria itu berusia 18 tahun sekolah di sebuah pendidikan swasta Jesuit di Amiens, Prancis Utara.

Saat itu, Brigitte telah menikah dan memiliki anak tiga. Ia kaget bahwa pemuda itu menjadi anggota kelab sandiwara yang ia kelola.

Macron lalu pindah ke Paris di akhir tahun sekolahnya.

"Kami saling telepon tiap waktu, kami menghabiskan waktu di telepon berjam-jam," kenang perempuan yang kini berusia 64 tahun itu.

"Dan pelan-pelan, ia benar-benar meruntuhkan pertahananku, dengan cara yang luar biasa, dengan penuh kesabaran," lanjutnya.

"Ia tak sekedar remaja. Ia memiliki hubungan yang luar biasa dengan orang dewasa di sekelilingnya," tambah Brigitte.

Setelah 'pertahanannya' runtuh, ia bersatu dengan Macron ke Paris dan menceraikan suaminya. Semenjak saat itu, keduanya tak terpisahkan satu sama lain.

Pasangan itu menikah pada 2007 -- namun Brigette memilih tak menggunakan nama belakang Macron.

Ia kerap mendampingi sang suami berkampanye. "Saya tidak menyembunyikannya, dia ada di hidupku, selamanya," kata Macron.

Saat pidato pada bulan lalu, pasangan itu berciuman di panggung, dan Macron berkata, "saya berutang besar kepadanya karena dia telah berkontribusi dalam hidup saya, membentuk hidup saya seperti sekarang ini."

"Jika saya terpilih... tidak, jika kami terpilih, dia akan di sini dengan perannya sendiri."

2. Bankir Cemerlang

Macron lahir ada 21 Desember 1977 di Amiens. Ia meraih sarjana filsafat dari Paris Nanterre University, dan mengantongi master sebagai Public Affairs di Sciences Po dan lulus dari E École nationale d'administration (ENA) pada 2004.

Ia sempat bekerja sebagai inspektur keuangan di Inspectorate General of Finances (IGF), lalu menjadi bankir investasi di Rothschild & Cie Banque.

Di situ, ia menjadi bankir cemerlang. Karirnya melejit dan ia mampu menghasilkan jutaan dolar investasi. Ia pun dilirik oleh Presiden Prancis Francois Holande untuk mejadi penasihat keuangan. Lalu tahun 2012, dua tahun kemudian ia menjadi menteri keuangan.

3. Memilih Independen

Macron mendeskripsikan dirinya sebagai 'orang luar', bersih dan tak akan disusupi para politisi. Pada tahun 2016, ia membuat gerakan En Marche! atau Bergerak! Empat bulan kemudian, ia memilih mundur dari pemerimtahan dan kemudian ia mengumumkan jadi calon presiden Prancis.

Saat melaksanakan niatnya untuk jadi presiden, ia maju sebagai calon independen. Tak satupun partai di baliknya.

"Dalam beberapa bulan, Macron tumbuh dari 'anak-anak' menjadi 'remaja', dari 'remaja' menjadi 'dewasa'," kata Alain Minc, mentor dan penasihat terdekat Macron kepada BBC.

"Saya kenal dekat dengannya selama 15 tahun, danbegitu kaget bagaimana ia belajar tentang politik," lanjutnya.

"Ia benar-benar seperti 'kucing', Anda melemparnya keluar, dan ia mampu mendarat dengan kakinya".

Minc berpikir Macron akan berlaga menjadi capres pada 2022 mendatang.

"Anda salah, kesempatan ini sekarang saatnya! Prancis harus bergerak!," kata Macron kepada Minc.

Gerakan independen yang dibuatnya menjadikan anak muda tulang punggungnya. Para relawan berusia di bawah 30 tahun.

Macron berulang kali mengatakan ia ingin membuat politik baru yang segar di Prancis. Tanpa ada pengaruh para pemain lama.

"Gerakan ini adalah satu-satunya yang kita buat. Dari hari pertama, ini semua bergantung satu sama lain," kata Macron.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya