Liputan6.com, Sana'a - Kolera telah membunuh setidaknya 115 orang di Sana'a, Yaman. Terkait fenomena tersebut, pada Minggu 14 Mei, pemerintah mengumumkan situasi darurat dan meminta bantuan internasional demi mencegah bencana lebih lanjut.
Sana'a saat ini dikendalikan oleh kelompok pemberontak Houthi yang didukung Iran dalam perang melawan koalisi pimpinan Arab Saudi. Keberadaan pasukan Saudi di sana dalam rangka mendukung pemerintahan Presiden Abd Rabbuh Mansur Hadi.
Lebih dari 10Â ribu orang terbunuh akibat perang memasuki tahun kedua, sementara itu jutaan lainnya mengungsi. Konflik bersenjata juga menghancurkan sebagian besar infrastruktur di negara tersebut.
Advertisement
Hanya sedikit fasilitas medis yang masih berfungsi dan dua pertiga penduduk Yaman tidak memiliki akses terhadap air minum bersih. Hal tersebut disampaikan oleh pihak PBB.
"Apa yang terjadi hari ini melebihi kemampuan sistem kesehatan yang sehat, jadi bagaimana kita bisa mengatasi situasi yang rumit ini?" ungkap Menteri Kesehatan versi pemberontak Houthi Mohammed Salem bin Hafeedh seperti dimuat kantor berita Saba dan dilansir The Guardian, Rabu (17/5/2017).
Setelah bertemu dengan koordinator kemanusiaan PBB di Jamie McGoldrick dan sejumlah pejabat lainnya di Sana'a, Salem meminta agar organisasi kemanusiaan dan lembaga donor membantu mencegah adanya "bencana yang belum pernah terjadi sebelumnya."
Salem mendesak negara-negara donor untuk memenuhi janji bantuan lebih dari US$ 1 miliar yang disepakati di Jenewa pada April lalu. Menurut Saba, terdapat 8.595 kasus kolera yang tercatat di Sana'a dan provinsi lainnya pada periode 27 April - 13 Mei, sementara yang dikonfirmasi adalah 213 kasus.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebelumnya menetapkan jumlah korban tewas mencapai 51 orang. WHO juga mengatakan bahwa 7,6 juta orang di Yaman tinggal di wilayah yang berisiko tinggi tertular kolera.
Akhir tahun lalu, epidemi kolera sempat mereda, namun wabahnya menjadi lebih sering terjadi.
Data WHO menyebutkan, Sana'a merupakan daerah yang terkena dampak parah, diikuti dengan Provinsi Amanat al-Semah. Kasus kolera dilaporkan juga terjadi di sejumlah kota besar termasuk Hodeidah, Taiz, dan Aden.
Bulan lalu, WHO mengatakan kurang dari 45 persen fasilitas medis di Yaman telah beroperasi. Namun pasokan obat nyaris berkurang 70 persen.
PBB memperkirakan 17 juta dari 26 juta penduduk Yaman kekurangan makanan dan setidaknya 3 juta anak dalam kondisi kritis kekurangan gizi. Negara yang tengah dilanda konflik ini merupakan satu dari empat yang berisiko mengalami kelaparan.
Pada Februari lalu, kelaparan diumumkan terjadi di Sudan Selatan. Sementara itu peringatan diberikan kepada Nigeria dan Somalia.
Saksikan juga video berikut ini: