Liputan6.com, Lima - Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengatakan bahwa langkah-langkah yang dilakukan Israel telah mengakhiri Perjanjian Damai Oslo 1993 dan 1995. Hal tersebut ia ungkapkan pada Minggu, 14 Januari 2018 waktu setempat.
"Tak ada Oslo," ujar Abbas dalam sebuah pertemuan dengan sejumlah pejabat Palestina di Ramallah, saat membahas pengakuan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang menyebut bahwa Yerusalem adalah ibu kota Israel, seperti dikutip dari BBC, Senin (15/1/2018).
"Israel mengakhiri Oslo," imbuh dia.
Advertisement
Perjanjian Oslo menyebabkan terbentuknya Otoritas Palestina dan kesepakatan untuk bekerja sama menuju rekonsiliasi terkait isu-isu seperti permukiman Israel di Tepi Barat, status Yerusalem, dan hak Palestina atas tanah yang mereka klaim sebelum Perang 1948.
Baca Juga
Dalam kesempatan itu, Abbas juga mendeskripsikan bahwa upaya mewujudkan perdamaian di Timur Tengah oleh Donald Trump merupakan "tamparan pada Abad ini".
"Perjanjian Abad ini merupakan tamparan Abad ini dan kami tidak akan menerimanya," ujar Abbas.
Beberapa pekan lalu, Donald Trump mengancam akan menghentikan bantuan kepada Palestina jika mereka menolak melakukan pembicaraan damai.
Namun warga Palestina berpendapat bahwa langkah Trump yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel menunjukkan bahwa AS tak bisa menjadi perantara yang netral.
Mahmoud Abbas: Saya Tak Terima Semua Rencana Perdamaian AS
Pada akhir Desember 2017, Mahmoud Abbas mengatakan bahwa dirinya tak akan menerima rencana apapun dari Amerika Serikat dalam proses perdamaian dengan Israel.
Pemimpin Palestina itu juga menolak sebuah kerangka kerja baru AS untuk perdamaian. Rencana yang ditolak bahkan sebelum diluncurkan itu disusun oleh utusan Timur Tengah Donald Trump, Jared Kushner.
"Amerika Serikat telah terbukti menjadi mediator yang tidak jujur dalam proses perdamaian dan kami tidak akan lagi menerima rencana apa pun dari Amerika Serikat," ujar Abbas dalam sebuah konferensi pers di Paris.
Pernyataannya disampaikan setelah Majelis Umum PBB menolak keputusan AS yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel dalam sebuah sidang darurat.
Washington dalam beberapa bulan terakhir telah menyusun rencana perdamaian Israel - Palestina terbaru, meski belum membocorkan rincian apa pun.
Advertisement
Donald Trump Ancam Hentikan Bantuan untuk Palestina
Donald Trump mengawali tahun baru 2018 dengan menyerang secara verbal ke sejumlah negara: seperti Pakistan, Korea Utara. Dan kini, miliarder nyentrik itu mengancam Palestina.
"Bukan hanya Pakistan, di mana kita kucurkan miliaran dolar tapi tak mendapatkan apa pun," kata Donald Trump dalam akun Twitter pribadinya, @realDonaldTrump seperti dimuat BBC.
"Sebagai contohnya, kita mengeluarkan uang untuk Palestina ratusan juta dolar tiap tahunnya. Tapi kita tak mendapatkan apresiasi atau penghormatan. Mereka bahkan tidak ingin menegosiasikan perjanjian damai yang telah lama tertunda dengan Israel," kata Trump.
Donald Trump mengklaim, pihaknya telah menyelesaikan soal Yerusalem yang menjadi kunci dari negosiasi. Alasannya, isu tersebut "sangat memecah belah" di luar meja perundingan.
Padahal, Donald Trump telah mengklaim secara sepihak kota suci tiga agama itu, secara keseluruhan, sebagai ibu kota Israel. Ia bahkan berniat memindahkan kedubes AS dari Tel Aviv ke Yerusalem.
Pihak Palestina mengatakan, langkah tersebut menunjukkan bahwa AS tak lagi menjadi pihak netral untuk menjadi perantara perdamaian.