Liputan6.com, Jakarta Gunung Mayon di provinsi Albay, Filipina, tampaknya masih menyimpan magma di dalamnya, jelas para ilmuwan.
Dilansir dari VOA Indonesia, Kamis (25/1/2018), lebih dari 74 ribu orang tinggal di puluhan tempat pengungsian darurat.
Pasalnya, gunung berapi itu terus menyemburkan lava, abu, serta batu dan gas yang sangat panas.
Advertisement
Para pejabat khawatir erupsi ini akan berlangsung berbulan-bulan, sehingga memengaruhi fasiitas pendidikan, kesehatan dan mata pencaharian penduduk di sekitarnya.
Lembaga Vulkanologi dan Seismologi Filipina menyatakan, pihaknya telah mendeteksi adanya getaran, aliran piroklastik dan emisi sulfur dioksida pada hari Rabu dan Kamis dini hari.
Lava yang menyembur hingga ketinggian 500 meter mengalir di lereng gunung. Ada pula yang mengalir hingga 3 kilometer dari kawah.
Awan panas yang membubung hingga ketinggian 5 kilometer menyebarkan abu berterbangan hingga ke ladang-ladang dan kota-kota di sekitarnya, penduduk desa dipaksa untuk mengenakan masker.
Tingkat peringatan mengenai Mayon masih pada angka 4 dari skala 5, yang mengisyaratkan letusan besar mungkin terjadi dalam waktu dekat.
Belum ada laporan mengenai korban cedera, tapi aparat penegak hukum masih berusaha keras untuk mencegah warga desa dan wisatawan menyelinap masuk zona berbahaya, yang ditetapkan dalam radius 8 kilometer dari kawah.
Meskipun Gunung Mayon telah meletus 50 kali dalam 500 tahun terakhir, gunung yang terletak di timur laut Filipina ini masih populer di kalangan pendaki gunung dan wisatawan.
56.000 Warga Mengungsi
Gunung Mayon di Filipina dilaporkan telah menyemburkan lava dahsyat pada 23 Januari 2018 malam waktu setempat, sebuah peristiwa alam yang memesona secara visual, tapi membahayakan keselamatan bagi warga sekitar.
Selasa malam kemarin, terjadi ledakan dahsyat yang disusul semburan lava setinggi 600 m yang mengalir hingga sejauh 3 - 5 km dari kawah, beserta muntahan material lainnya dari Gunung Mayon. Semburan lava tersebut menandai aktivitas vulkanis tertingginya usai berstatus Awas sejak lebih dari sepekan lalu. Demikian seperti dikutip dari media Filipina, Inquirer (24/1/2018).
Usai menyembur, lava tersebut meluncur turun dari kawah dengan membentuk dua jalur besar utama sejauh 5 kilometer -- berdasarkan titik terjauhnya.
Lava yang mengalir tergolong sebagai kategori piroklastik, mengandung gas super panas dan puing-puing material vulkanik, menurut Institut Vulkanologi dan Seismologi Filipina (Phivolcs) pada Rabu, 24 Januari 2018 pagi waktu setempat.
Sebelumnya, pada Senin, 22 Januari, pihak berwenang telah memperluas perimeter zona larangan masuk dan melintas sejauh 8 kilometer dari kaki Gunung Mayon.
Perluasan zona perimeter itu juga dilengkapi imbauan bahaya akan adanya letusan dahsyat dan lava piroklastik dari Gunung Mayon yang dapat terjadi dalam hitungan jam atau hari -- hingga akhirnya benar-benar terjadi pada Selasa malam waktu setempat.
Pada hari yang sama, otoritas setempat juga telah mengevakuasi sedikitnya 56.217 penduduk di sekitar Gunung Mayon ke 46 kamp (kemah) penampungan yang aman.
Proses evakuasi dibantu oleh polisi, tentara, dan aparatur sipil setempat.
Advertisement