September 2019, Astronot Pertama Uni Emirat Arab Siap ke Angkasa Luar

Insinyur Sultan al-Neyadi, akan menjadi orang Uni Emirat Arab pertama ke angkasa luar.

oleh Liputan6.com diperbarui 27 Feb 2019, 12:00 WIB
Diterbitkan 27 Feb 2019, 12:00 WIB
NASA
Citra satelit dimanfaatkan untuk membantu Indonesia selama beberapa minggu dan bulan mendatang pascabencana. Di sini, petir dapat dilihat di dekat pulau Kalimantan pada tahun 2014, dari atas Stasiun Angkasa Luar Internasional. (REDI WISEMAN / NASA)

Liputan6.com, Abu Dhabi - Astronot pertama dari Uni Emirat Arab siap terbang ke Stasiun Angkasa Luar Internasional pada 25 September 2019. Demikian menurut kantor berita Associated Press, mengutip pernyataan otoritas negara itu pada Senin 25 Februari.

Seperti dikutip dari VOA Indonesia, Selasa (26/2/2019), antara pilot militer Hazza al-Mansoori atau insinyur Sultan al-Neyadi, akan menjadi orang Uni Emirat Arab pertama ke Angkasa Luar. Ini merupakan bagian dari program ruang angkasa yang ambisius untuk negara Teluk Arab yang memiliki gedung tertinggi di dunia dan bandara tersibuk untuk perjalanan internasional.

Al-Mansoori dan al-Neyadi terpilih dari 4.000 pelamar. Ketika ditanya mengenai kasus kegagalan roket Rusia membawa astronot ke Stasiun Angkasa Luar, mereka mengatakan tidak khawatir.

"Setelah kejadian itu kami lebih percaya diri dengan kesiapan misi," kata al-Mansoori kepada Associated Press. "Jika terjadi kegagalan, ada peralatan di atas roket untuk memastikan keselamatan awak yang membuat kami lebih percaya bahwa sistem bekerja dengan tingkat kecukupan yang memadai."

Insiden itu terjadi pada 11 Oktober, dimana roket Soyuz-FG yang membawa astronot Nick Hague dan Kosmonot Rusia Alexei Ovchinin gagal tak lama setelah peluncuran akibat sensor yang rusak. Kedua astronot itu mendarat dengan selamat di Kazakhstan.

"Para astronot yang terlibat akan segera pergi ke Angkasa Luar," kata al-Neyadi. "Ini menunjukkan betapa amannya Soyuz, karena para astronot dapat bertahan hidup jika terjadi kecelakaan."

Keduanya telah menjalani pelatihan intensif di pusat Angkasa Luar Star City di luar Moskow, yang meliputi tes ruang tekanan, tes sentrifugal, pelatihan penerbangan parabola, dan pelatihan bertahan hidup musim dingin. Penerbangan parabola memungkinkan para astronot untuk berlatih menjadi tidak memiliki bobot saat berada di Angkasa Luar.

Al-Neyadi mengatakan tantangan terbesar yang dia hadapi bukanlah tantangan fisik, melainkan belajar bahasa Rusia, yang akan digunakan untuk berkomunikasi di dalam pesawat ulang-alik.

"Itu juga bahasa yang mereka gunakan saat berlatih bersama di pusat pelatihan di Rusia," kata al-Neyadi kepada AP.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Pesawat Ruang Angkasa

Hotel Luar Angkasa
Ilustrasi Aurora Station, hotel luar angkasa pertama di dunia. (Foto: Orionspan.com)

Pesawat ruang angkasa Soyuz Rusia saat ini adalah satu-satunya kendaraan yang dapat mengangkut awak ke Stasiun Luar Angkasa Internasional setelah armada pesawat ulang-alik AS berhenti beroperasi.

Astronot pertama akan melakukan perjalanan pada September dengan misi luar angkasa Rusia di atas pesawat Soyuz MS-15 dan menghabiskan delapan hari di Stasiun Luar Angkasa Internasional. Astronot yang dipilih akan kembali ke atas pesawat Soyuz MS-12 dan kemudian digantikan oleh astronot kedua.

Uni Emirat Arab memiliki program ruang angkasa yang baru dengan ambisi besar. Mereka meluncurkan satelit buatan lokal pertamanya, KhalifaSat, pada Oktober dari Jepang. Mereka juga ingin melakukan misi penelitian ke Mars pada 2020.

Uni Emirat Arab juga mengatakan ingin membuat koloni di Mars pada 2117 dengan mendirikan kota dan memfungsikannya secara penuh bagi 600.000 orang.​

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya