, Jakarta - Setiap tahun, setidaknya satu satelit hancur akibat bertabrakan dengan sampah antariksa.
Saat ini, lebih dari 130 juta puing terperangkap di orbit sekitar Bumi—dan jumlah ini terus bertambah. Badan Antariksa Eropa (ESA) memperingatkan bahwa padatnya orbit dan peningkatan peluncuran wahana komersial memperbesar risiko tabrakan, yang dapat mengganggu layanan penting seperti navigasi GPS dan pemantauan bencana lingkungan.
Baca Juga
“Satelit menjadi sumber informasi vital untuk kehidupan kita sehari-hari, mulai dari komunikasi, navigasi, hingga pertahanan,” ujar Direktur Jenderal ESA, Josef Aschbacher, dalam konferensi tahunan tentang sampah antariksa, seperti mengutip DW Indonesia, Senin (7/4/2025).
Advertisement
Seiring bertambahnya jumlah satelit dan serpihan antariksa, manuver penghindaran tabrakan kini menjadi hal rutin bagi satelit yang mengorbit Bumi. Manuver ini bahkan berdampak pada keamanan astronot di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).
Salah satu contoh nyata adalah satelit Copernicus Sentinel-1A, yang tertabrak proyektil sampah antariksa berukuran hanya 2 milimeter satu dekade lalu. Meski hanya menyebabkan penyok selebar 5 cm, insiden ini menyoroti betapa besarnya ancaman serpihan kecil di luar angkasa.
“Sepotong puing berukuran satu sentimeter bisa memiliki energi setara granat tangan,” kata Tiago Soares, insinyur utama Clean Space Office ESA.
ESA memperkirakan setidaknya ada satu juta puing berukuran seperti itu yang kini beredar di orbit rendah Bumi.
Risiko Tabrakan
Ancaman yang lebih besar datang dari potensi terjadinya efek Kessler—fenomena reaksi berantai ketika tabrakan antara dua objek luar angkasa menciptakan ratusan bahkan ribuan serpihan baru. Jika ini terjadi secara berulang, orbit Bumi bisa menjadi tidak lagi dapat digunakan, mematikan fungsi seluruh kategori satelit.
“Hal itu akan menjadi bencana. Orbit tidak bisa digunakan lagi. Semua layanan yang bergantung pada satelit bisa lumpuh,” tegas Aschbacher.
Untuk menangani krisis ini, ESA menyerukan tindakan cepat dan kolektif untuk membersihkan orbit dari sampah buatan manusia, seperti pecahan satelit atau wahana yang sudah tidak berfungsi. Tahun 2023, ESA meluncurkan Zero Debris Charter (Piagam Nol Sampah), yang telah ditandatangani oleh 17 negara Eropa. Meksiko dan Selandia Baru juga bergabung dalam inisiatif ini.
Advertisement
