Liputan6.com, Melbourne - Tepat sepekan lalu 15 Maret, seorang penembak berkebangsaan Australia mendatangi Masjid Al Noor di Christchurch, Selandia Baru dan melakukan serangan sesaat sebelum salat Jumat dimulai.
Penembakan di Selandia Baru tersebut menewaskan 50 orang, termasuk satu warga Indonesia, yakni Lilik Abdul Hamid yang bekerja sebagai salah satu teknisi perawatan Air New Zealand.
Baca Juga
Korban tewas penembakan di Selandia Baru banyak ditemukan di dalam Masjid Al Noor, sementara puluhan jemaah lainnya mengalami luka tembak dan beberapa di antaranya sempat mengalami kondisi kritis.
Advertisement
22 Maret ini, salat Jumat pertama pascatragedi digelar di lapangan Hagley Park, tepat di depan Masjid Al Noor. Momen tersebut berjalan dengan penuh haru, dihadiri ribuah jemaah.
Untuk pertama kalinya azan dan salat Jumat disiarkan secara langsung oleh TV dan radio New Zealand, saluran media publik di Selandia Baru, termasuk di Australia oleh ABC News.
Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern ikut hadir dalam salat Jumat bersama dengan warga dari beragam latar belakang dan agama untuk menunjukkan rasa belasungkawa dan solidaritas.
"Hati kita hancur namun kita tidak hancur. Kita hidup. Kita bersatu, kita bertekad tak membiarkan siapapun memecah belah kita," kata Gamal Fouda, khatib sekaligus imam Masjid Al Noor yang selamat dari penembakan seperti dikutip dari ABC Indonesia, Sabtu (23/3/2019).
Saksikan juga video terkait penembakan masjid di Selandia Baru berikut ini:
'Menyatukan kita semua'
Komunitas Muslim di Selandia Baru dan Australia telah mengatakan tidak merasa takut setelah peristiwa penembakan dan penyerangan di Masjid Al Noor.
Kepada Erwin Renaldi dari ABC Indonesia, komunitas Muslim di negara Victoria yang tergabung dalam Indonesian Muslim Community in Victoria (IMCV) mengatakan aksi teror tersebut justru membuat umat Muslim, khususnya asal Indonesia untuk bersatu.
"Ini justru semakin menguatkan untuk menyatukan kita semua, tapi tetap extra vigilant [berhati-hati dengan kemungkinan mara bahaya]" ujar Teguh Iskanto, Presiden IMCV.
IMCV menggelar shalat Jumat di pusat komunitas di kawasan Springvale, tepatnya di Edinburgh Hall dan koordinator shalat Jumat mengatakan jemaah yang hadir diperkirakan mencapai 125 orang dan tidak hanya umat Muslim asal Indonesia.
"Tidak ada persiapan khusus, termasuk tidak ada keamanan spesial karena kita menggelar shalat di gedung pemerintah," ujar Awad Attamimi, koordinator shalat Jumat.
"Kami tadi juga mendoakan untuk para korban di Christchurch."
Shalat Jumat juga digelar di Kantor Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Melbourne yang berada di kawasan Queens Road, pusat kota Melbourne, seperti biasanya.
Kebanyakan jamaah yang hadir adalah pekerja kantoran dari kantor-kantor yang berada dekat KJRI.
Dua hari setelah terjadi penembakan, Masjid Westall milik komunitas Muslim Indonesia di Melbourne bersama 20 masjid lainnya di negara bagian Victoria menggelar acara 'Mosque Open Day'.
300 warga lokal, kebanyakan yang tinggal di sekitar Masjid Westall datang untuk menunjukkan rasa duka dan dukungan bagi komunitas Muslim Indonesia serta melihat langsung seperti apa umat Muslim beribadah.
Mereka berkesempatan juga mencicipi masakan Indonesia, beberapa pengunjung perempuan mencoba menggunakan kerudung, dan beberapa di antaranya meminta Alquran.
Advertisement